Belaian angin lembut itu merayuku sesaat lalu pergi begitu saja. Mecampakkan aku dan gadis mungil bernama Raina di hadapanku. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan warna Jingga juga sudah memenuhi langit tetapi gadis ini masih juga menangis.
"Aku benci dia." Ucapnya yang kemudian kembali menangis dengan bahu bergetar.
Aku segera merengkuh tubuh mungil itu ke dekapanku, mengelus pucuk kepalanya dengan lembut. "Aku yakin kau tak bisa membenci kekasihmu."Ucapku dengan senyuman kecil di wajahku.
Raina itu gadis yang kuat, hanya saja ia sedikit emosional dalam hubungan dan sering kali tersakiti karena perasaan rapuhnya. Namun gadis itu hanya butuh sebuah pelukan dan semuanya akan baik-baik saja. Ia gadis yang sederhana.
Aku menjauhkan tubuhnya dari tubuhku lalu menghapus jejak air mata di pipinya. " Kau pasti lelah menangis dengan mata sipitmu itu. Tunggu di sini, aku akan membelikanmu minum." Aku segera berlari ketika mendapat anggukan kecil gadis itu dan beruntungnya aku melihat mesin minuman yang tak jauh dari posisi Raina. Bahkan dari sinipun aku bisa melihat sosok mungil yang sedang menunduk tersebut.
Baru aku ingin memasukkan beberapa lembar uang, seorang pemuda tegap menghampiri Raina dan terlihat berbincang dengan gadis tersebut. Itu kekasihnya.
Terkadang aku bingung kenapa Raina mau menjalin hubungan dengan lelaki yang sering membuatnya menangis. Aku benar-benar tak mengerti bagaimana pikiran wanita berjalan.
Tak lama kemudian ku lihat mereka berpelukan dan aku tersenyum lega. Semoga saja ini yang terakhir kalinya pemuda itu membuat Raina menangis.
Ah... Tugasku hari ini mungkin sudah selesai. Raina pasti akan bahagia dengan kekasihnya di sampingnya.
Tapi... Kenapa pipiku terasa lembab?
Ku lihat langit cerah tanpa awan kelabu disekitarnya jadi tak mungkin sekarang turun hujan.
Namun saat aku bercermin di kaca mesin minuman aku menyadari bahwa lembabnya pipiku berasal dari air mataku yang entah kenapa keluar begitu saja.
Aku menghapus air mataku dengan linglung. Ada apa denganku?
Ku lihat lagi Raina yang berjalan menjauh dengan kekasihnya lalu ku rasakan sakit yang menjalar dari arah jantungku.
Ah... Ini gawat. Aku terlalu mencintai Raina.