Loading...
Logo TinLit
Read Story - He or Them?
MENU
About Us  

Wait, untuk apa aku menghitung kecepatan buah Apel tepat sebelum menyentuh tanah? Sungguh pertanyaan yang tidak penting!

Amane mengerang frustasi, kedua tangannya terangkat dan meremas rambutnya sendiri. Diliriknya, Shouta, mahasiswa paling pintar di jurusan Fisika yang kini sedang santai membaca komik sambil menjilati eskrim coklat, duduk tepat di hadapannya.

"Tidakkah Shuouta-kun mau berbaik hati memberiku clue?" Amane berusaha mencari simpati dengan memperlihatkan puppy eyes andalan yang biasanya bisa meluluhkan hati seluruh makhluk hidup di sekitarnya. Tapi, tak berlaku untuk Shouta. Pemuda itu hanya meliriknya sedetik sebelum kembali menekuni komik dan eskrimnya. Shouta bahkan tak menawarinya untuk sekedar berbagi eskrim itu. Tahukan Shouta bahwa dirinya sangat mengharapkan bekas jilatan itu? Susah payah ia menelan ludah, lalu kembali menundukkan kepala. Dia mencorat-coret pinggiran kertas  dengan menggambarkan Gokku datang dan mengkame-hame soal nomor 3 hingga musnah.

"Tiga puluh menit lagi," ucap Shouta acuh, setelah melirik sebentar jam hitam di pergelangan tangan kirinya.

Amane mendongak. "Apa? Bukankah Shouta-kun memberiku waktu dua jam? Aku belum mengerjakan satu pun!" protesnya. Amane melihat jam tangannya sendiri untuk memastikan kesalahan Shouta, tapi dia menghela napas, terpaksa menerima kebenaran ucapannya. Dia sudah duduk di bangku itu bersama Shouta selama satu setengah jam, membaca soal di hadapannya berkali-kali, tanpa mampu memahami satupun maksud soal-soal itu. Meski dia tahu, dia harus mencari kecepatan buah Apel tepat sebelum menyentuh tanah, tapi otaknya masih menolak. Menurutnya, untuk apa dirinya harus mencari kecepatan? Mengapa tidak biarkan saja buah itu jatuh, tanpa harus memusingkan orang disekitarnya?

Amane menatap nanar selembar kertas berisi soal-soal dihadapannya. Jika bukan demi mendapatkan jawaban Shouta atas pernyataan cintanya satu setengah jam yang lalu, dia tak akan sudi menyentuh kertas itu. Dia memutar kepala, tatapannya beralih ke jendela kaca di samping pintu. Di balik jendela, hampir setengah pemuda dari jurusan Fisika berdiri sambil membawa spanduk, kertas, atau papan bertuliskan pernyataan cinta mereka, bunga, coklat, dan segala hal-hal romantis lain. Dan mereka dengan setia menunggu dan mencintainya tanpa syarat. Amane menghela napas. Diliriknya kembali pemuda yang tak terusik di hadapannya. Haruskah dia menyerah saja? Seandainya Shouta saat ini ada di antara mereka, Amane akan dengan senang hati melemparkan diri ke pelukan pemuda itu.

"Bisakah kau menerimaku saja, Shouta-kun?" tanyanya, memelas.

Shouta menggeleng, tanpa mengalihkan pandangannya dari komik. "Aku tidak mau punya pacar cantik, tapi berotak kosong," ucapnya singkat.

"Aku akan mengisi dan menggunakan otakku! Aku janji!" pekik Amane sambil mengacungkan satu tinjunya ke udara.

"Selesaikanlah dulu, masih ada lima menit lagi."

"Tapi aku buntu!"

"Gunakan apa yang ada di dalam kepala cantikmu itu, Amane-chan?"

"Aku ... cantik ...?" Mata Amane berbinar-binar mendengar pujian dibalik sindiran Shouta.

Shouta menghela napas, lalu kembali melirik lembar soal yang diberikannya pada Amane sebagai tes seleksi penerimaan pernyataan cintanya dua jam lalu. Lembar kertas itu penuh dengan gambar-gambar anime, Kenshin  menebas soal nomor 1, Tsubasa menendang nomor 2, Gokku  mengkame-hame nomor 3, Saitama  memukul nomor 4, dan Marshal D. Teach yang melahap nomor 5.

"Ternyata otakmu sedikit berisi, Amane-chan," ucap Shouta sambil tersenyum.

"Jadi? Apakah aku diterima?" tanya Amane dengan mata berbinar-binar tak sabar.

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 1 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    Kereeeennn!!! Aku zuka!

  • ochanndn

    Segala anime keluar semua untuk membasmi soal hahaha

Similar Tags
Kata, Kita, Derita
440      304     1     
Short Story
Aku hanyalah sepotong kenangan. Mengiba pada waktu untuk mencipta temu, meski aku tak sanggup memilikimu.
Semut di Ujung Pulau
500      306     2     
Short Story
Bagai semut di ujung pulau, itulah aku di matamu.
Fallen
354      252     0     
Short Story
Ternyata, dirimu itu diperlukan. Dirindukan. Disayangi.
Dia yang Bukan Aku
424      304     0     
Short Story
“Berhentilah menganggap aku tak bisa menafsirkan aksara yang kau rangkai untuk dia.”
I'm A Sunset
391      281     3     
Short Story
Banyak hal yang tidak bisa dipaksakan. Salah satunya adalah cinta.
Sampai Kita Bertemu Nanti
233      195     1     
Short Story
Aku sering berpikir bahwa perpisahan adalah salah satu hal yang menyakitkan. Namun, setelah kualami, perpisahan adala salah satu proses perubahan yang membuat kita tetap hidup. Maka, inilah perpisahanku.
Throwback Thursday
1193      587     8     
Short Story
Kenangan masa muda adalah sesuatu yang seharusnya menggembirakan, membuat darah menjadi merah karena cinta. Namun, tidak halnya untuk Katarina, seorang gadis yang darahnya menghitam sebelum sempat memerah. Masa lalu yang telah lama dikuburnya bangkit kembali, seakan merobek kain kafan dan menggelar mayatnya diatas tanah. Menghantuinya dan memporakporandakan hidupnya yang telah tertata rapih.
Sad Symphony
378      274     0     
Short Story
Aku ingin kamu ada dalam simfoni hidupku. Tapi kamu enggan. Aku bisa apa?
134340
629      378     3     
Short Story
"Pada suatu waktu, aku pernah menjadi bagian dari mentari..." "Aku masih akan berkeliaran di sekitarmu tanpa ada yang berubah kecuali perasaan yang dulu kusebut cinta sama seperti Pluto yang dibuang dari solar sistem dan akan selalu berputar mengelilingi matahari..."
Selamat Tinggal Sayang
396      263     3     
Short Story
Cinta tak harus memiliki, itu yang aku yakini. Karna sekarang aku harus melepaskan cintaku untuk orang lain.