4 tahun adalah waktu yang lama bagi banyak orang, tetapi tidak bagiku. 4 tahun berjalan sangat cepat dan cukup indah, oh tidak.. ini bahkan lebih dari indah. Aku bahkan tidak menyadari bahwa ini adalah sebuah perjalanan kesakitanku selama 4 tahun lamanya. Ini bahagiaku, cerita asmara sederhanaku yang tidak banyak diketahui orang.
Aku pertama kali bertemu dengannya di acara perkemahan mahasiswa baru di kampus. Lucu, dia sangat kurus dan dekil dulu, tapi dia tegas dan bijaksana sebagai kapten di grup kami. Sepertinya hanya aku satu-satunya anggota grup yang terlihat paling dekat dengan dia, sampai-sampai aku digosipkan menjalin hubungan dengannya. Aneh.. ini aneh ! aku senyum-senyum sendiri jika banyak yang menggosipkan kami sedang menjalin hubungan. Dia tampan ? kaya ? populer ? tidak !! dia adalah laki-laki yang sangat sederhana dan apa adanya, dia sangat perduli terhadap sesamanya, tapi keperdulian nya terhadap sesama mampu membuatku nyaman dan jatuh cinta.
Aku setia menemani dia, berada disampingnya ketika dia sedang sibuk menjalani tugas dari organisasi kemahasiswaan. Bahkan tanpa sadar, aku sering telat makan, berat badanku terus menurun karena ketidakperdulian ku terhadap kesahatan, aku terlalu asik menjadi “Budak cinta” nya. Yaa.. aku adalah budak cintanya, yang baru aku sadari sekarang. Dia sama sekali tidak mencintaiku, TIDAK ! dan TIDAK akan PERNAH !!
Bahkan aku lupa sudah berapa kali aku merasakan sakit hati, tapi aku terlalu kuat untuk menahannya dulu. Aku selalu menemani dia mengantar berkas dan dokumen ke kampus tetangga, aku menunggunya sholat di musholla dekat pom bensin, aku menunggu dia makan sepotong roti, aku berusaha tegar dan kuat di depannya ketika lambung ku sudah mulai menunjukkan kesakitannya, Doa ku untuknya tidak pernah putus di setiap malamku. Tidak.. aku tidak mendoakan dia agar bisa bersamaku, tapi aku mendoakan nya agar dia bisa langgeng dan terus bersama dengan kekasihnya yang kini berada jauh. Aku memang menyayanginya, tapi aku tidak mengizinkan egoku mengalahkan sayangku padanya. Kebahagiannya bukan dengan aku, tapi dengan kekasihnya. Sakit ? aku bahkan bingung harus merasa sakit atau bahagia, jika kebahagiannya harus aku tebus dengan kesakitanku aku ikhlas, melihatnya bisa terus bersama dengan kekasihnya adalah kebahagiaan luar biasa yang aku rasakan sampai saat ini.
Iya.. bahkan sampai saat ini, lebih dari 4 tahun aku mengagumi dan menyayanginya, sudah banyak hati yang singgah, tapi entah mengapa aku belum menemukan kenyamanan yang sama dengan kenyamananku padanya beberapa tahun silam. Aku bukannya tidak membuka hati, aku selalu membuka hati, tapi rasanya aku sudah capek mengapa hati ini tidak bisa diajak kompromi sedikitpun. Oh iya, kudengar kabar terbaru dari dia, saat ini dia sedang menyiapkan acara pernikahan dengan kekasihnya dulu, iya kekasinya yang dulu sering dia ceritakan kepadaku betapa bahagia dan sayangnya dia kepada kekasihnya. Aku bersyukur aku tidak menuruti egoku untuk terus bersamanya dan memilikinya, aku bersyukur dia menemukan kebahagiaannya, aku bersyukur pernah mencintainya dan berjuang dalam jiwa dan setiap untaian doa, mungkin Tuhan dulu bosan mendengarkan nama nya di setiap doaku (hehe).
Aku melihat kebahagiaannya sekarang, aku lega, tapi aku ? bahagiaku akan datang bersamaan dengan orang yang selalu menyebut namaku dalam untaian doa nya.