Loading...
Logo TinLit
Read Story - Words Unsaid
MENU
About Us  

Dear Anonymous,

 

Our relationship has always been complicated, huh?

At least, for me, haha!

We’re friends. We’re just friends. Some could even say that we were just acquaintances, barely friends. Yet, I’ve always felt this aching urge that we could be so much more.

I remember when we first met. (Do you?). I remember you were a transfer student from another school. I remember you introducing yourself in front of our large class of forty students. I remember sitting on the rear of the class not paying attention.

I can’t remember how long it took for us to finally talk to each other but it took quite some time, didn’t it? You were friends with a friend of mine and then I was finally, formally, introduced to you. (I couldn’t be more grateful.)

I definitely can remember all the laughter we had, all the inside jokes we had and all the smiles we gave each other once we clicked. I know we didn’t talk that much but every time we did, I loved every second of it.

We fitted so well, like two puzzle pieces that needed each other to be complete.

I had no idea if you felt the same way, and I was too terrified to ask.

And I guess, it all drastically changed at some point. I knew you felt that something was wrong between us and I’m admitting it now that I was actually the reason.

You know, it happened so fast and so quickly. It was an instinctive decision. Once I realized I wanted more from our relationship, I locked myself up from you. I didn’t want change. Our relationship hadn’t even made it as far as close friends. I started talking to you less, even with the butterfly fluttering constantly in my stomach. I started deliberately ignoring you, even with a heavy heart that seemed to want to drown me. I began looking away when our eyes met, even with the choking feeling that just wouldn’t disappear.

We drifted apart, just because I was a coward. We seldom hung out, just because I wanted to make my feelings vanish. We rarely saw each other, just because there were words I was afraid to say. (I was extremely selfish, I had no excuse.)

When we reached our final year in high school, we were barely friends.

I was heartbroken when you began going out with another girl, even if I had no right whatsoever to feel that way. I could only pretend that I was okay. I could only smile as you smile with someone other than me. I could only watch in pain as you laugh with someone other than me.

We then graduated and went our separate ways. (You happily, me miserably.)

For four years, I haven’t once told you my feelings. There are words still unsaid that I have always wanted to tell you.

 

...I loved you.

 

(And I still do.)

 

Until now, I am filled with nothing but regret.

 

Yours,

Lucy

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Gareng si Kucing Jalanan
11455      3630     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
When I\'m With You (I Have Fun)
677      392     0     
Short Story
They said first impression is the key of a success relationship, but maybe sometimes it\'s not. That\'s what Miles felt upon discovering a hidden cafe far from her city, along with a grumpy man she met there.
The Past or The Future
470      373     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Dosa Pelangi
650      387     1     
Short Story
"Kita bisa menjadi pelangi di jalan-jalan sempit dan terpencil. Tetapi rumah, sekolah, kantor, dan tempat ibadah hanya mengerti dua warna dan kita telah ditakdirkan untuk menjadi salah satunya."
Tentang Hati Yang Patah
522      385     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
Annyeong Jimin
30302      4114     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
DELUSION
6496      1885     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
NADI
6284      1735     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Pertimbangan Masa Depan
246      213     1     
Short Story
Sebuah keraguan dan perasaan bimbang anak remaja yang akan menuju awal kedewasaan. Sebuah dilema antara orang tua dan sebuah impian.
When I Met You
647      373     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".