Tak pernah terlihat ada meskipun didepan mata. Kalimat itulah yang menggambarkan seorang Reina dimata Alfin.
Ya, hal itu memang sudah terjadi sejak gadis itu menyelesaikan semester 2 nya di salah satu universitas negeri kebanggaan Kota Solo.
Sore itu, Reina membuka salah satu aplikasi favorit di ponselnya. Wajah cowok yang di gandrunginya selama ini muncul pertama kali ketika itu. Tak perlu pikir panjang, Reina mengetuk layar ponselnya dua kali tepat pada foto yang di posting cowok itu. Tak sampai disana, Reina juga membaca komentar - komentar yang ada pada postingan tersebut. Sontak saja Reina kaget, cowok yang selama ini dia sebut dalam doanya adalah milik orang lain. Ya, Alfin ternyata memiliki hubungan dengan perempuan lain. Reina tidak tahu siapa perempuan itu.
"Ternyata selama ini kamu masih punya dia, lalu kenapa kamu selalu memperlakukanku seolah akulah satu - satunya di hidupmu?" Tanya Reina pada foto yang masih dia pandangi.
Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Ingatannya mengajak Reina kembali pada memori setahun yang lalu. Masa dimana ia dan Alfin masih bisa berbahagia bersama. Reina masih ingat betul ketika Alfin menceritakan sesuatu yang sangat sensitif menurut Reina. Mengenai titik terlemah Alfin. Reina masih ingat betul, Alfin tidak sekuat kelihatannya. Dia lemah, dia sakit, dan dia menderita. Hal itulah yang membuat Reina merasa iba terhadap Alfin. Reina yang merasa dirinya dipercaya oleh Alfin pun bertekad untuk menjadi teman Alfin. Ia ingin terus menjaga Alfin, ia tak ingin melihat seniornya itu kembali merasakan sakit.
Sore itu Alfin datang untuk menemui Reina, ia mengajak Reina untuk menikmati senja di salah satu titik di Kota Solo.
"Kita mau kemana kak?" Tanya Reina yang kebingungan mendapati dirinya yang sejak tadi duduk di jok belakang motor Alfin tanpa tahu akan dikemanakan dia. Namun rupanya pertanyaan itu tidak digubris oleh Alfin. Sampai akhirnya mereka berhenti di suatu tempat yang sangat indah, Reina sangat senang karena ia bisa melihat senja yang sangat indah di tempat ini.
"Rein, kamu mau berjanji satu hal sama aku?" Tanya Alfin tiba - tiba mengagetkan Reina. "Berjanji untuk apa kak?" Reina bertanya balik pada Alfin, namun pertanyaannya hanya dianggap angin lalu oleh Alfin.
2 jam telah berlalu, dan mereka hanya saling diam. Reina yang mulai bosan dengan kesunyian mengajak Alfin untuk pulang dengan alsan dia capek. Alfin pun membawa Reina membelah ramainya jalanan Kota Solo kala itu. Namun, ternyata dia berhenti di sebuah warung kecil dan mengajak Reina untuk makan disana. Tak disangka, Alfin kembali bercerita kepada Reina. Namun ini bukan soal penyakitnya, melainkan tentang cewek yang Alfin sayang.
"Dia cantik, baik, dia teman ku sejak SMP. Sayangnya dia gabisa nerima kekuranganku" itulah kalimat terakhir Alfin saat mendeskripsikan cewek yang dia sayang. Jujur saja hati Reina hancur, ia pikir selama ini Alfin mencintainya, ternyata Reina salah besar.
"Percayalah diluar sana ada cewek lain yang bisa nerima kekurangan kak Alfin, percaya deh" kata Reina untuk menenangkan Alfin.
"Cewek itu aku kak. Aku janji, aku akan terus mencinta kak Alfin, aku akan tetap menjaga kak Alfin, meskipun aku tau, bukan aku yang kakak harapkan" batin Reina.
Curhat ya mbak wkwk