SALAH ANTAR
Diary? Salah satu hal yang sangat disukai oleh Emma, setiap harinya seluruh kejadian akan dia tuangkan kedalam buku diarynya, seperti waktu si kakak kelas menyatakan cinta kepadanya.
Dear diary,
Omg! Demi apapun aku gak percaya kalau hari ini aku jadian sama kak Indra. Dia romantis banget ngasih bunga dan surat segala. Uhh semua cewek-cewek di sekolah akan iri sekali kepadaku HAHA.
Emma bisa dibilang kecandungan menulis diary dan makin dia kecandungan kini dia sudah merambah ke dunia modern, di tahun 2010 setelah dia lulus SMA akhirnya dia memiliki sebuah laptop sendiri. Dan setiap malam dia tidak berhenti untuk mencurahkan isi hatinya di Microsoft Word.
Dear laptop,
Ini hari pertama aku punya kamu, aku mulai mencoba sedikit-sedikit belajar cara mengetik sangat emosial seperti saat aku menulis di buku diary biasanya. Btw, hari ini aku seneng banget bisa masuk kuliah pertama dan kenal sama senior-senior yang hmmm…. Ganteng-ganteng
aku jadi makin semangat buat kuliah!! yeeeayy!!!
Memasuki dunia kuliah, kini Emma menjadi sosok yang sangat .... biasa-biasa saja. Dia masih menjalani hubungan dengan kak Indra yang tidak lain seniornya di SMA dan di Kampus, hubungan yang sangat lama ini kadang membuat Emma sangat bosan dan ingin mengakhiri hubungannya dengan berbagai cara, mulai dari chattingan sama cowok, jalan sama cowok, dijemput dan bahkan diantar sama cowok pun tidak membuat kak Indra marah terhadap Emma.
Dear laptop,
Hubunganku dengan kak Indra sudah berjalan 3 tahun tapi kenapa aku merasa ingin mengakhirinya ya?apa aku sudah tidak mencintainya atau ini hanya rasa bosan saja? huhuhutapi aku sudah sangat bosan.... lebih baik aku berpisah saja, tapi bagaimana caranya aku mengakhiri tanpa harus melakukannya? ah aku dapat ideeeee
Jakarta 2010, Emma secara nekat datang ke toko bunga dan memesan setangkai mawar hitam yang konon digunakan jika ingin mengakhiri sebuah perpisahan. Dengan wajah berseri Emma pun menghampiri meja kasir untuk membayar bunga tersebut.
"Mba. kok seneng? padahal yang dibeli mawar hitam?" kata si kasir laki-laki yang masih terlihat sangat muda dan gagah.
"Gakpapa mas, saya cuma bahagia aja. Oh iya mas, disini ada jasa antarnya gak? saya mau diantar aja bunganya."
"Ada kok mba, saya sendiri yang anter biasanya jam 3 sore. Mau dianter kemana ya mba?" Emma menuliskan alamat kak Indra diatas kertas dan memberikannya kepada si kasir.
"Kok alamatnya di kampus mba?"
"Gakpapa mas, biar saya bisa lihat reaksinya dari jauh. Jam 3 sore kan mas? Jangan lupa telepon saya dulu ya mas, itu ada nomer telepon saya. Oh iya!! Jangan bilang dari saya, bilang aja dari kekasih hatimu."
Si kasir pun berterima kasih dan Emma berjalan pulang menuju rumah, dengan wajah berseri dia berjalan dibawah langit sore yang mulai menghilang. "Semoga saja ini berhasil."
Malam ini Emma tidak menulis diary karena terlalu berekspetasi dengan apa yang akan terjadi besok.. sungguh hal yang sangat dinantikan, Emma terjaga sepanjang malam dan baru terpejam saat subuh datang, alhasil siangpun menanti.
“Jam 2.50? sial! Utung saja gak ada ujian hari ini, astaga kak Indra? Aku hampir lupa!” Emma dengan buru-buru mandi dan bergegas ke kampus
, dia berharap bunga itu akan sampai ke kak Indra.
“Hallo mba, saya sudah di depan fakultas hukum. Kelas yang mba bilang, saya sudah tanya sama orang disini mana yang namanya Indra mba.”
“Tunggu saya mas!” Emma berlari sekuat tenaga menulu fakultas hukum.
“Kamu kenapa lari-lari?” kata Indah saat berpapasan dengan Emma.
“Nanti aja aku jelasin.” Emma masih berlari menuju fakultas hukum, menaiki tangga dan sampailah dia, mengeluarkan ponsel dan segera mengubungi mas bunga.
“Iya mas, saya sudah disini hosh hosh ... mas kasih aja langsung ke Indra.”
“Ok mba.” Si mas pengirim bunga menghampiri kumpulan teman-teman Indra, nampak disana Indra sedang duduk dengan gitar di tangannya.
Tanpa disangka!!!!
“LOHHH!! Kok ke Ivan? Loh!!” Emma segera menelpon si mas pengantar bunga.
“Halo? Kenapa mba?”
“Mas ithukk slatsh nasgjsih bujjgkan sia.”
“Apa mba? Suaranya srek-srek.” Kata masa pengantar bunga yang langsung pergi keluar menurun tangga, terlihat Ivan sangat marah. Mungkin dia berpikir bahwa Indah yang mengirim bunga itu, aku segera berlari mengikuti mas pengantar bunga.
“Mas!!”
“Eh mba, kenapa?”
“Mas itu bukan Indra tapi Ivan yang tadi mas kasih.”
“Loh salah? Jadi gimana ini mba?”
“Mas nya tanggung jawab dong!”
“Ya sudah saya minta balik lagi aja bunganya?” Emma terdiam sambil berpikir. Ide licik pun kembali muncul di kepala Emma.
“Hmm, nama mas siapa?” Emma bertanya, “Tony mba, kenapa?” katanya heran.
“Ya sudah mas pulang aja.” Tony pun berpamitan dan meminta maaf sekali lagi kepada Emma.
Dear laptop,
Hari ini aku gagal, si mas nya salah ngirim bunga. Yaudah deh gakpapa yang penting udah kenal sama mas nya. Udah daa nomernya juga HAHA. Btw kak Indra ngajakin makan malam besok hmmm apa aku harus buat dia kecewa?
Keesokan harinya, Emma dan kak Indra pergi ke salah satu restoran mewah di Jakarta, Emma lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun kak Indra. Tanpa kado maupun ucapan, dia baru tahu saat seorang pelayan membawakan kue dan makanan istimewa ke meja kami.
“Maaf, aku lupa kalau kakak ulang tahun. Tugas aku di kampus banyak banget.”
“Iya gakpapa, kamu sudah ada disini menemaniku saja, aku sudah sangat senang.” Kata Kak Indra sambil memegang tangan Emma. “Oh iya, kamu tahu? Kemarin Ivan dan Indah bertengkar di kelas karena Indah mengirimkan setangkai mawar hitam ke Ivan tapi katan Indah dia gak ada ngirim, Hahaha.” Katanya sembari tertawa kecil.
“Haha aneh ya.” Emma menahan malu.
Emma dan kak Indra menghabiskan malam Jakarta di Restoran dengan gaun merah membuat kak Indra terpesona akan kecantikan Emma, “Kamu cantik malam ini dan seterusnya. Mungkin itu membuat rasa cintakus semakin kepadamu.”
“Aku tidak secantik itu.” Wajah Emma memerah. Apa-apaan? Aku tidak berdandan tapi masih dipuji cantik olehnya? Aku salah menilai cinta dari dia, pikir Emma.
Malam semakin gelap, kak Indra mengantarkan Emma ke rumah dan berpisah setelahnya. Emma terbaring lemah di atas kasur tempat tidur. Mungkin dia harus melakukan hal ekstrim untuk menakhiri semua ini dan dia teringat sesuatu.
[Emma]: Hi Kak Tony!
[Tony]: Ini siapa ya?
[Emma]: Ya, nomer aku gak disimpan? Ini aku yang kemarin beli bunga mawar hitam terus minta dikirim malah salah orang.
[Tony]: Ohh kenapa ya?
[Emma]: Saya beli bunga mawar merah dong mas, tapi dikirim lagi ya ke fakultas yang kemarin tapi kasih ke saya.
[Tony]: Oke mba.
Dear laptop,
Aku berharap besok akan berhasil.
Emma sangat bersemangat hari ini, dia berdandan dan memakai parfum terharum yang ia punya. Emma duduk di taman kampus bersama Indah disampingnya, terlihat dari jauh kak Tony sudah tiba di dekat fakultas dan berjalan sambil mencari keberadaan Emma segera Emma mengambil ponsel dan menyuruh kak Indra datang ke taman bertepatan dengan kak Tony yang sedang memberikan bunga kepada Emma.
“Apa-apa ini!!”
“Aduh kak, maaf aku sama dia emang udah lama dekat. Maafkan aku.” Kata Emma dan kak Tony hanya diam tak mengerti.
“Apa maksud kamu?!” kak Indra membentak.
“Sebentar dulu...” kata kak Tony tapi terhenti.
“Diam! Apa maksud kamu? Kamu bilang sudah lama dengan dia? Iya sudah lama?” kak Indra semakin membentak. “Kenapa kamu membentakku seperti itu?”
“Jawab apa yang aku tanya!” Emma terdiam.
“Kamu tahu? Dia itu kakak ipar aku! Dia sudah menikah dengan kakak ku dan kamu bilang kamu sudah lama sama dia? Benar itu kak?!” suara kak Indra semakin meninggi.
Emma terkejut mendengar apa yang keluar dari mulut kak Indra. Emma melakukan sebuah kesalahan. “Sebentar, aku tidak pernah dekat dengan dia!” kata kak Tony membela diri, “Aku hanya mengirimkan bunga ini, lihat ini.” Kata kak Tony menunjukkan smsnya dengan Emma.
Emma terdiam, air matanya mulai membasahi pipinya, “Maaf, aku hanya ingin berpisah denganmu.”
“Aku tahu.” Kata kak Indra, “Jangan menangis.”
“Aku pergi, ini masalah kalian berdua.” Kata kak Tony.
“Aku minta maaf, aku hanya bosan dengan status kita. Aku iri dengan orang-orang lain yang sudah...” Emma berusaha menahan tangisnya.
Kak Indra mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya,
“Will you be my Fiance?” kata kak Indra dilihat oleh teman-temannya dan Indah.
“OMG!” Emma semakin tidak bisa menahan tangis harunya.
“Aku sudah menyimpan lama ini, aku ingin kamu memilikinya. Aku akan menunggu hingga kamu lulus kuliah dan kita bisa menikah, memiliki 2 anak dan..”
“Aku maunya 4.” Kata Emma yang masih menangis dan segera memeluk kak Indra. Sebuah cincin kemudian disematkan oleh kak Indra di jari Emma, semua teman-teman bersorak dan saling berpelukkan.
Kini Emma lebih bahagia dari sebelumnya, Rasa cinta Emma mulai terasa lebih besar dibanding rasa bosannya yang sementara dan kesungguhan hati kak Indra membuatnya selalu luluh hingga 5 tahun kemudian mereka menikah di Bandung tempat keluarga Kak Indra.