Setelah apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, Airin menjalani kehidupannya seperti biasa sebagai seorang aktris. Pagi hari menyambangi acara musik, siang hari ada acara live talkshow, dan sore hari ada acara pemotretan. Sebenarnya dari kecil Airin tak pernah bercita-cita menjadi seorang aktris, dia ingin menjadi seorang designer dan memiliki brand pakaian sendiri. Ia bahkan lulusan sekolah design S1 di salah satu sekolah seni di Jakarta. Namun, tampaknya cita-citanya itu tak sekuat cintanya pada Rayn.
Semasa kuliah ia sudah berusaha untuk melupakan Rayn. Bukannya lupa, malah Airin terus mengingatnya karena dimana-mana ada gambar Rayn. Airin ingat betul, saat dia masih kuliah semester 4, Rayn telah menjadi seorang aktor pendatang baru yang digilai banyak wanita. Tiba-tiba rasa cemburu itu datang, Airin tidak suka Rayn dielu-elukan para wanita dan berdekatan dengan lawan mainnya di film maupun sinetron. Akhirnya, saat ia menginjak semester 6, Airin memutuskan untuk terjun ke dunia entertainment berharap ia bisa kembali berada di dekat Rayn. Alih-alih menjadi semakin dekat dengan Rayn, Airin merasa diantara mereka ada jurang pemisah. Mereka sering ada proyek bersama, namun Rayn terlihat sama sekali tak tertarik padanya. Di saat itu, Airin pun memutuskan untuk mencoba menghapus Rayn dari hatinya. Airin lantas menjalin hubungan asmara dengan teman-temannya di sesama dunia entertainment. Bukannya melupakan Rayn, Airin malah dicap sebagai playgirl. Sejak saat itu, image playgirl tersemat dalam dirinya. Banyak orang yang berpikiran buruk terhadap Airin, tak terkecuali Rayn. Namun demikian, Airin tak pernah menyesal. Selama ia bisa berada di dekat Rayn, bagi dia itu sudah cukup.
Saat ini Airin baru saja menyelesaikan fotoshoot dan wawancara dengan salah satu majalah kenamaan di Indonesia. Ia tampak bersalaman dengan orang-orang yang ada disitu. Lantas setelah berpamitan, kemudian ia menuju mobil alphard putihnya yang telah terparkir manis di depan gedung tempatnya melakukan fotoshoot. Setelah sampai, ia menggeser pintu bagian kiri mobilnya, kemudian mendudukkan dirinya, lalu menggeser pintunya lagi bermaksud untuk menutupnya. Di samping kanan Airin sudah ada Icha yang memang sedari tadi menunggu Airin di dalam mobil.
"Akhirnya selesai juga..", kata Airin menghempaskan punggungnya di senderan kursi mobil.
"Lelah ?", tanya Icha sambil menyodrkan minuman berisotonik.
"Biasa saja", kata Airin sambil menerima minuman dari Icha, kemudian ia menenggak minuman itu
Saat sedang menenggak minumannya, tiba-tiba ponsel Airin berbunyi. Lantas Airin menyudahi aktivitas minumnya dan mengarahkan pandangannya ke layar ponsel. Setelah membaca nama seseorang yang menelepon itu, lantas Airin mengerutkan dahinya. Melihat perubahan ekspresi Airin, lantas Icha bertanya.
"Siapa ?"
"Dave Wijaya (memperlihatkan layar ponsel kepada Icha)"
"Wah, aku berani taruhan malam ini dia pasti akan mengajakmu kencan"
"Mana ada..."
"Angkat saja teleponnya kalau tidak percaya", kata Icha sambil mengerlingkan matanya.
Selang beberapa detik, Airinpun mengangkat telepon dari Dave. Hal pertama yang didengar Airin adalah sapaan Helo dari Dave. Kemudian percakapan berlanjut.
"Dimana?", tanya Dave di seberang sana.
"Aku sedang di perjalanan pulang dari acara fotoshoot", jawab Airin.
"Apa kau lelah ?", tanya Dave.
"Hm, tidak begitu. Kenapa kak ?"
"Nanti malam aku mau mengajakmu makan malam berdua"
Mendengarnya Airin lantas menjauhkan ponselnya dari telinganya. Sambil menutupi bagian microphone ponselnya, ia berbisik kepada Icha.
"Sst, dia mengajakku makan malam berdua"
"What! Sudah kuduga", kata Icha sambil berbisik pula.
Lantas Airin mengerutkan dahinya sambil menaikkan dagu sebagai tanda ia meminta pertimbangan kepada Icha. Melihat gestur tubuh sahabatnya lantas Icha mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Halo Airin, kamu masih di sana ?"
"Eh.. Iya-iya kak. Bisa-bisa... Jam berapa ?", tanya Airin.
"Hmm, aku jemput jam 8 malam ya"
"Oke"
Lantas setelah mereka sedikit berbincang, Dave pun menutup sambungan teleponnya. Sedangkan Airin,
"Aduh-aduh bagaimana ?", kata Airin setengah panik.
"Calm down baby, kamu ini seperti tidak pernah berkencan saja", kata Icha sambil membetulkan rambutnya di depan cermin yang dia pegang.
" Bukan kencan, dia hanya mengajakku makan malam.", kata Airin lalu menenggak minuman yang tadi sempat ia pegang.
"Hell, apa bedanya. Kalian hanya makan malam berdua kan."
"Iya, ta-tapi, kenapa aku gugup ya ?"
"Sepertinya malam ini dia akan menyatakan cintanya padamu hehe"
"Huu sok tahu..", kata Airin sambil melempar tisu ke arah Icha.
Icha yang di lempar tisu pun hanya mampu cekikikan melihat betapa gugup sahabatnya kali ini. Lantas merekapun melanjutkan perjalanan ke rumah.
***
Seperti kesepakatan awalnya dengan Dave, Saat ini Airin telah siap untuk makan malam dengannya. Airin telah bersiap di loby lantai bawah Apartemennya. Sesekali ia melongokkan kepalanya ke arah luar berharap segera menemukan eksistensi Dave Wijaya. Tak lama berhentilah sebuah Roll Royce Phantom hitam di depan loby gedung apartemen Airin. Tak mau membuang waktu, lantas Airin melangkah mendekati mobil itu. Setelahnya, keluarlah dari dalam mobil itu seorang lelaki tampan mengenakan setelan jas hitam, dengan kemeja dalam yang berwarna hitam pula. Lelaki itu lantas mengitari bagian depan mobil depannya untuk sampai dihadapan Airin.
Lantas, saat tepat berada di depan Airin, lelaki itu menatap Airin dengan tatapan terpesona. Wajar saja, saat ini Airin mengenakan dress selutut berwarna putih gading tanpa lengan. Di lengan kanan dan lehernya terdapat perhiasan dari bahan logam. Rambutnya yang ikal dibiarkan tergerai indah menutupi bahunya. Lalu wajahnya dimake up natural, namun memakai lipstick merah merekah yang menambah kesan seksi dalam dirinya. Merasa tak ada pergerakan dari lelaki di depannya, lantas Airin pun bersuara.
"Kak Dave.."
Mendengar namanya di panggil, lantas ia kembali ke alam sadarnya.
"Oh sorry, i just feel like youre so pretty", kata Dave jujur.
"Thanks, so should we go now, or..."
"Yes sure. Hold my arm, my lady..", kata Dave sambil menyodorkan lengannya ke Airin.
Lalu mereka pun bergegas memasuki mobil Dave. Setelah beberapa menit terlewati, di dalam mobil tampak suasana canggung begitu terasa. Baik Airin dan Dave tidak ada yang berniat mengeluarkan suara. Mereka terlalu sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hingga pada akhrinya...
"Airin.."
"Dave..."
Ucap mereka bersamaan.
"Kamu duluan..", kata Airin.
"No, lady first",
"Tapi..."
"Oke aku duluan, kamu.. terlihat cantik", kata Dave tanpa menoleh ke arah Airin.
"Hmm, kakak tadi sudah mengatakannya"
"Oh ya (menoleh ke Airin) haha youre so awesome" Dave menatap Airin dalam.
Mendengar itu, lantas Airin memalingkan wajahnya dari Dave. Ia yakin saat ini wajahnya pasti sudah semerah kepiting rebus. Melihat respon Airin, lantas Dave ikut tersipu juga.
"Oh, ya tadi apa yang ingin kamu katakan", kata Dave sambil menatap jalanan.
"Aa, itu... kenapa kakak mengajakku makan malam lagi ?"
"Aku hanya ingin menebus kesalahanku kemarin karena tidak bisa mengantarkanmu pulang"
"Hmm begitu"
Setelah itu mobilpun kembali melaju membelah jalanan ibukota. Setelah menempuh kurang lebih setengah jam perjalanan akhirnya sampailah mereka di depan suatu gedung. Mengetahui mobil yang ditumpanginya telah berhenti, lantas Airin menghadapkan kepalanya ke kaca mobil samping kirinya.
"Hotel Mulia ?"
"Hmm", Sahut Dave.
"Wow"
Iya, wow adalah kata yang umum dilontarkan orang-orang ketika mendengar nama Hotel Mulia. Wajar saja, karena hotel ini adalah hotel termahal di Indonesia yang menyediakan fasilitas layaknya kediaman sultan. Satu malam menginap di hotel ini bisa dibanderol seharga 64 juta rupiah. Belum lagi fasilitas restoran, kolam renang dan ballroom yang luarbiasa mewah dan elegan membuat orang-orang kaya berlomba-lomba untuk singgah di hotel ini entah untuk menginap atau sekedar menikmati makan malam.
Seperti biasa, Dave pun membukakan pintu untuk Airin lalu Dave mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celananya.
"Aku tutup matanya dulu yaaa"
"What ? Apa harus ?"
"Yes sure my lady, ini kejutan"
Kemudian Dave mengikatkan sapu tangannya melingkari mata Airin. Lalu Dave pun membimbing Airin menuju lift yang berada di samping kanan loby hotel. Setelah sampai di dalam hotel, Dave menekan tombol yang bertuliskan angka 26. Tak berapa lama akhirnya mereka telah sampai di lantai tujuan. Dave keluar dari lift lalu memasuki sebuah pintu. Di balik pintu itu ternyata adalah sebuah balkon besar yang diisi oleh beberapa meja dan kursi makan, tidak ada orang selain mereka berdua dan satu orang pemain musik. Kemudian Dave membimbing Airin untuk menuju spot di pojok kanan balkon. Setelah memastikan Airin duduk di kursinya, lantas Dave perlahan melepas sapu tangan yang diikatkannya pada mata Airin. Saat ikatan itu terlepas, seketika terdengarlah permainan musik klasik romantis menggema lembut memenuhi balkon.
Seketika itu mata Airin terbelalak kagum melihat apa yang tersuguh di hadapannya. Hal pertama yang ia temukan adalah set perlengkapan makan malam di depan mejanya. Lalu ia mengangkat wajah dan menemukan 5 meter dari mejanya ada 1 orang pianis beserta pianonya. Kemudian ia mengedarkan pandangannya dan menemukan pemandangan yang luar biasa cantiknya. Latar belakang dinner mereka adalah gedung pemerintahan Indonesia yang baru, dimana tak jauh dari gedung itu ada air mancur raksasa yang membentang dari ujung ke ujung. Airin tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap Dave.
"Kak... ini..."
"Kenapa hmmm ? Cantik bukan ?"
"This is one of the beautiful moment in my life"
"And iam so proud to be a man who can involve in your beautiful moment"
Tiba-tiba seorang waiter pria datang membawakan beberapa makanan yang akan mereka santap. Makanan itu terdiri dari soup jagung, stik daging dan teman-temannya serta blueberry cake. Jangan lupa bahwa itu semua adalah makanan favorit Airin semua.
"Ini..."
"Makanan favoritmu"
"Darimana kakak tahu ?"
"Tidak sulit menemukan informasi tentang aktris terkenal sepertimu"
Mendengar itu, Airin pun hanya tersenyum. Lalu mereka menyantap hidangan makan malam mereka dengan diselingi percakapan ringan.
"Apakah ada hal yang ingin kamu lakukan tapi belum terlaksana sampai sekarang?"
"Hmm apa ya, sepertinya aku ingin kencan di jalanan ibukota dengan pacarku. Makan di pinggir jalan, memainkan mesin permainan di pinggir jalan, bernyanyi bersama di pinggir jalan dengan tanpa ada yang menginterupsi kami seperti orang minta foto atau yang lainnya."
"Haha, Kenapa ?"
"Selama ini aku selalu berkencan di tempat-tempat mahal. Itu sudah biasa bagiku, aku hanya ingin mencoba hal baru"
"Oh jadi ini hal biasa"
"Tidak, ini luar biasa...", kata Airin sambil mengangkat gelasnya mengajak Dave bersulang.
Dave turut mengangkat gelasnya untuk menyambut gelas Airin. Setelah meenggak air dalam gelas itu, tiba-tiba Dave berdiri sambil melepaskan jasnya lalu ia berjalan mendekati Airin dan menyelimuti punggung Airin dengan jas yang telah ia tanggalkan tadi.
"Semakin malam semakin dingin, aku tidak ingin besok kamu sakit"
Setelah mengatakan itu, Dave pun kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan kegiatan makannya. Sedangkan Airin, lagi-lagi dia dibuat tersipu malu oleh tindakan Dave.
Tak berapa lama berselang, setelah memastikan makanan yang tersaji di meja makan telah dilahap habis oleh dirinya dan Airin, lantas Dave berdiri sekali lagi kemudian berjalan mendekati Airin. Bingung dengan pergerakan Dave yang tiba-tiba, Airin hanya memiringkan kepalanya tanda bingung. Seolah menjawab kebingungan Airin, lalu Dave mengulurkan tangannya.
"Mau berdansa denganku ?", kata Dave.
"Lagi ?", mengingat ini adalah kali kedua Dave mengajaknya berdansa
"Why not ?"
Airin pun tersenyum menanggapi Dave. Kemudian ia menyambut uluran tangan Dave setelah menanggalkan jas yang tadi dipakaikan Dave padanya. Airin berdiri menghadap Dave. Tangan kanannya berlabuh di dada kiri Dave, sedangkan tangan kirinya memeluk pundak Dave. Sedangkan Dave, kedua tangannya melingkari pinggang ramping Airin. Mereka berdansa mengikuti irama yang dimainkan oleh pianis di sebelah sana. Bukan dansa yang penuh gerakan seperti saat pertama mereka bertemu, tapi dansa yang hanya berpindah langkah dan sesekali diselingi putaran badan oleh Airin. Suasana terasa sangat romantis, apalagi saat ini yang dimainkan pianis adalah musik instrumental dari Yiruma yang berjudul Love Me. Ah, Airin jadi teringat dengan Rayn. Kemarin saat mereka berdansa di pesta penyambutan Dave, musik yang dimainkan juga tak kalah indah. Menyadari bahwa sampai sekarang ia belum bisa sepenuhnya menghapus Rayn dari hatinya, membuat ia murung. Mengetahui perubahan mimik muka Airin, lantas Dave pun bersuara.
"Are you okay ?", tanya Dave.
"Oh, yes sure. I just think that how lucky iam. You know, this is like an amazing", jawab Airin menutupi perasannya.
"You know, i can give you more than it"
"Maksudnya ?"
"Kau pasti tahu jika sejak pertama melihatmu, aku telah memiliki ketertarikan yang sangat besar padamu"
"Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu setelah malam dansa kita.", sambung Dave. Airin masih diam mendengarkan.
"Jadilah kekasihku, dan aku akan memberikan segalanya untukmu"
Saat Dave mengatakan itu, dibarengi dengan perubahan posisi di mana Airin membelakangi tubuh Dave, dan kedua tangan Dave merengkuh tubuh Airin dari belakang. Airin tampak berpikir sebelum membalas perkataan Dave.
"Bagaimana nona, jadi apa jawabanmu ?"
"Kau tahu, aku memiliki seseorang yang aku cinta di masa lalu, dan.."
"Dan sampai sekarang kau masih belum bisa melupakan dia sepenuhnya, bukankah begitu ?"
"Hmm", Airin mengangguk
"No problem, aku bisa mengerti itu.", kata Dave menyenderkan dagunya di pundak Airin.
"Are you serious ?"
"Yes sure. Anggap saja nanti hubungan kita adalah semacam hubungan simbiosis mutualisme. Aku bisa selalu dekat denganmu karena kau kekasihku, dan kau bisa menggunakan aku untuk perlahan melupakan cinta masalalu mu ? bagaimana ?"
"Apa tidak apa-apa ?"tanya Airin.
Jujur saja pernyataan Dave seolah-olah menjelaskan bahwa Dave siap dimanfaatkan Airin untuk melupakan Rayn sebagai cinta masa lalunya. Airin merasa ragu, apakah ia harus menerima tawaran Dave dan memanfaatkannya. Seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan Airin, lantas Dave menjawab,
"Nope, kau tidak perlu merasa kau sedang memanfaatkanku. Selagi aku bermanfaat, maka manfaatkanlah. Aku tak masalah jika itu kau"
Mendengar perkataan Dave, Airin merasa terharu. Matanya mulai berkaca-kaca. Akhirnya Airin benar-benar menemukan seseorang yang akan membantunya melupakan Rayn sebagai cinta masalalunya. Lantas Airin membalikkan badannya lalu menatap dalam mata Dave.
"Apa kau yakin ?", tanya Airin memastikan.
"Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku", jawab Dave mantap.
Mendengarnya Airin pun akhirnya tersenyum dan mengangguk.
"Jadi, apa artinya anggukanmu ?"
"Ya, aku mau jadi kekasihmu.."
"Serius ?"
"Aku tidak pernah seserius ini dalam hidupku"
Mendengar itu Dave hendak memeluk Airin. Namun tiba-tiba Airin menginterupsi Dave.
"Tunggu.."
"Mungkin saat ini aku belum bisa melupakan cinta masalaluku, dan belum bisa sepenuhnya mencintaimu. Tapi percayalah padaku, aku akan segera melupakannya dan belajar mencintaimu"
Mendengar itu, Dave pun segera merengkuh Airin dalam dekapannya. Dave merasa sangat bahagia. Akhirnya, ia mampu memenangkan Airin. Meskipun Airin belum mencintainya, tapi ia yakin ia mampu membuat Airin mencintainya. Bukankah cinta itu datang karena terbiasa ? Sedangkan Airin, satu air mata lolos dari matanya. Airin sangat berharap, dengan adanya Dave di sisinya akan benar-benar mampu menghapus Rayn dalam hatinya. Sejak saat ini tanggal 23 Maret 2048, Airin resmi menyandang status sebagai kekasih Dave Wijaya.
Bersambung.....