Aku tidak tau apa yang Lala bicarakan dengan mami, sehingga mami membolehkan aku untuk pergi lagi ke Korea, kalau mengenai Lucas untungnya dia tidak banyak tanya dan tidak curiga sedikitpun, aku hanya bilang kalau Lala mengajakku untuk berlibur lagi ke Korea. Awalnya Lucas ingin menemani aku tetapi karena banyaknya kerjaan dia di kantor dan banyaknya jadwal meeting yang harus dia ikuti maka Lucas tidak bisa dan itu sangat menguntungkanku. Kalau sampai Lucas tau tujuan aku ke Korea pasti dia tidak akan mengijinkannya. Jujur aku beruntung memiliki Lucas sebagai tunanganku, dia bukan tipe tunangan yang curigaan dan suka mencampuri urusan pasangannya.
Kini aku dan Lala sudah berada di bandara dan bersiap untuk berangkat ke Korea.
"La, aku penasaran apa yang kamu bilang ke mami sehingga dia membolehkan aku ke Korea", ujarku pada Lala di dalam pesawat
"Hehehehe, ada deh, yang penting mami mengijinkan kamu pergi khan Lu"
"La, aku salut sama kamu, betapa ikhlasnya melepas Woojin dan malah mengajakku yang merupakan musuhmu perebut pacarmu untuk menemui Woojin, kalau aku jadi kamu belum tentu bisa seperti ini", ujarku padanya
"Khan seperti yang aku bilang Lu, awalnya tentu saja aku tidak ikhlas, mana ada cewek yang rela pacarnya berselingkuh dengan cewek lain, apalagi cewek itu aku sangat kenal baik, tetapi seiring waktu dengan keadaan Woojin seperti itu tentu saja aku harus ikhlas, apalagi aku tau kalau yang sangat dibutuhkan Woojin saat ini bukanlah aku", ujar Lala sambil tersenyum padaku
"Makasih ya La, makasih sudah memaafkan aku yang merebut pacarmu", ujarku dengan nada tulus
"Justru aku yang makasih banyak sama kamu Lu, kamu mau bantu dan ikut aku ke Korea untuk kesembuhan Woojin", ujar Lala sambil memegang tanganku
"Iya La, sekarang kita berdoa sama Tuhan, semoga Woojin cepat sadar dengan kedatanganku"
"Aamin. Itulah yang aku sangat harapkan Lu"
Akhirnya kami sampai juga di Korea setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama dan Lala mengajakku untuk menginap di apartemennya saja untuk menaruh barang-barangku dulu dan kami istirahat baru sorenya kami ke rumah sakit.
"Masuk Lu, maaf ya apartemenku kecil", ujarnya mempersilahkanku masuk. Walaupun apartemen Lala ini tergolong kecil tetapi dalamnya sangat bersih dan asri. Lala mengatur apartemennya dengan sangat rapi, selain itu Lala menaruh beberapa pot tanaman di dalamnya, sehingga membuat apartemennya kelihatan sangat asri. Jujur aku sangat menyukai isi apartemen Lala ini.
"La, aku suka banget sama isi apartemen kamu ini. Kalau aku jadi kamu belum tentu bisa kayak gini"
"Bisa aja kamu Lu, ohya kamu mau makan apa, biar aku masakin ya"
"Nggak usah repot-repot La, kamu pasti juga capek khan La. Gimana kalau kita makan di luar aja nanti sebelum ke rumah sakit"
"Oke, kalau gitu. Lu, kamu bisa masukin koper kamu ke kamarku dulu, habis itu kamu bisa mandi duluan Lu, ohya kamu nggak keberatan khan kita berbagi tempat tidur, maklum apartemenku hanya ada satu kamar dan aku hanya punya satu tempat tidur, masa aku suruh kamu tidur di sofa", ujar Lala padaku
"Ya ampun La, nggak apa-apa kali, aku tidur dimana saja juga bisa, di sofa pun nggak jadi masalah, malah harusnya aku nginep di hotel aja, yang ada aku malah merepotkan kamu seperti ini"
"Nggak sama sekali Lu"
"Ya udah La, aku masukin koper dulu ya, habis itu aku mandi duluan ya"
"Iya, ohya Lu, kamu suka susu coklat nggak?"
"Suka banget,hehehe"
"Ya udah aku buatin, kamu mandi aja duluan"
"Iya"
Tepat pukul 3 sore Lala mengajak aku makan di salah satu rumah makan dekat apartemennya. Walaupun rumah makan ini sangat sederhana tetapi makanannya sangat luar biasa dan tanpa sadar aku sampai nambah tiga kali.
"Aku nggak sangka ternyata kamu bukan cewek pemilih makanan", ujar Lala padaku yang melihatku makan dengan lahap
"Maksud kamu La?"
"Iya, tadinya aku sudah khawatir aja kalau kamu tidak cocok dengan makanan di rumah makan ini, apalagi pasti kamu terbiasa dengan makanan-makanan mewah dari restoran terkenal", ujar Lala
"Hahaha, nggaklah La. Aku tuh bukan tipe cewek kayak gitu. Bagiku tuh yang penting makanannya enak dan bersih mau rumah makannya seperti apapun"
"Aku semakin yakin wajar kalau Woojin jatuh cinta padamu dan berpaling dariku. Kamu tuh cewek yang istimewa. Walaupun kamu terlahir dari keluarga kaya tetapi kamu tidak sombong Lu"
"La, yang kaya itu orang tua aku, bukan aku. Aku mah nggak punya apa-apa, malah aku yang harusnya iri sama kamu"
"Kamu iri sama aku Lu, kok bisa? Aku khan nggak punya apa-apa", sahut Lala seakan tidak percaya dengan perkataanku
"Kata siapa kamu nggak punya apa-apa, buktinya kamu bisa sewa apartemen dari uang kamu sendiri, bisa kuliah dari beasiswa dan satu lagi kamu bisa hidup dengan tangguh di negara orang La, sedangkan aku masih mengandalkan uang dari orang tua. Belum tentu aku bisa seperti kamu La"
"Hiduplah yang membuatku harus mandiri dan tangguh Lu. Kalau aku hanya mengandalkan uang beasiswa saja mana bisa hidup, sedangkan orang tuaku mana sanggup mengirimkanku uang saku bulanan, yang ada aku yang mengirim ke mereka"
"Nah, betul khan yang aku bilang, aku yang harusnya iri sama kamu La"
"Hahahaha, iya deh. Ya udah, kita sudah beres khan makannya habis itu kita langsung ke rumah sakit"
"Aku yang bayar ya La, khan aku yang paling banyak makan. Pokoknya kamu nggak boleh nolak, khan kamu sudah memberikanku tempat tinggal", ujarku
"Iya, iya, aku kalah sama kamu Lu", sahut Lala tertawa kecil
"Nah gitu dong. Inget ya, mulai sekarang kita bukan sekedar teman saja tetapi kita sudah menjadi saudara, oke La", ujarku sambil memegang tangannya
"Oke, mulai sekarang kita adalah saudara"
Beres makan Lala, langsung mengajakku menuju rumah sakit. Entah mengapa di dalam perjalanan perasaanku tidak enak. Jujur, aku belum siap melihat Woojin terbaring koma di ruang ICU.
"Kenapa Lu, kok diam aja", ujar Lala melihatku yang hanya diam saja selama kami berada di dalam taksi
"Aku takut La"
"Takut? Takut kenapa Lu?"
"Jujur La, aku takut melihat Woojin terbaring koma di ruang ICU. Aku belum siap La", ujarku sambil menangis
"Aku paham Lu, pasti berat melihat Woojin seperti itu, tetapi kamu harus kuat Lu, dan ingat tujuan kamu adalah untuk menyembuhkan Woojin, bukan begitu", sahut Lala menguatkanku
"Iya sih, apa yang kamu katakan benar banget La. Makasih ya sudah membuatku kuat lagi"
"Sama-sama, mending kamu berdoa dalam hati, minta sama Tuhan untuk kesembuhan Woojin"
"Iya"
"Ya Tuhan, kuatkanlah aku nanti ketika bertemu Woojin. Aku mohon Tuhan sembuhkanlah Woojin dengan kedatanganku ini. Aku sangat mencintai suamiku itu Tuhan. Aku tidak bisa hidup tanpa dia Tuhan", ujarku dalam hati