Hari cerah dengan secangkir kopi hangat. Sungguh menawan taman dengan burung – burung bertebaran. Sayangnya itu semua hanya bisa kulihat di kebunku saja. Aku harap Pak Tua Mattel juga bisa mempunyai taman sebesar tamanku. Hebatnya tamannya lebih banyak terdapat hiasan patung.
Aku tidak terlalu suka dengan hal itu. Asalkan kaca penutup kubah taman tidak ada yang kotor sudah cukup untukku. Terakhir yang kutahu bahwa pacarku tidak terlalu nyaman terkena sinar terang matahari. Dia lebih memilih dinginnya udara di kubah ketika hujan.
“Otniel, kita kehabisan roti. Tapi kulkasmu tidak memesan otomatis. Aku harus memesan online.” Keluh Jerry dari dapur.
“Hey jangan membuang sampah sembarangan. Mahal perawatan kebersihan taman.”
“Sudah tenang saja. Aku tahu kalau biaya tamanmu tidak seberapa dibanding game dan TV barumu.” Tawanya.
“Hahaha benar, setuju” Samar – samar terdengar tawa teman – teman.
Memang pembiayaan rumah baruku sangat mahal. Tapi sepadan dengan kenaikan pangkatku menjadi kapten dari grup pengamanan bangsawan. Aku tidak menyangka bisa segera mendapat jenjang karir bagus di usiaku yang ke-27. Usia muda dengan harta dan segala hal yang serba mewah. Menyenangkan hidup seperti ini. Apalagi seluruh teman – temanku tidak ada yang berubah. Semua tetap kacau dan penuh pesta. Tapi dengan rumah bersih putih berteknologi tinggi. Aku percaya serba mudah untuk semuanya.
“Niel, kukira kamu masih menggunakan virtual reality. Tapi ini benar – benar teknologi 3D dengan proyeksi nyata.” Tawa kagum Dassel.
“Aku melihat tamanmu yang dihadapkan langsung dengan dapurmu saja sudah luar biasa. Aku tidak menyangka kamu bisa punya drone pengintai di sekitar rumah.”
Aku hanya bisa tertawa mendengar mereka terkagum dengan teknologi yang kudapat. Biaya besar memang tapi penuh kepuasan tersendiri. Hal yang harus mereka pahami adalah teknologi membawa kesenangan tiada henti. Memang bagi kaum yang belum pernah merasakan teknologi mewah seperti drone pengintai bersenjata, layar 3D, serba otomatis meminta barang, pasti terkaget-kaget bahagia. Tapi semua kemewahan itu biasa saja bagiku yang sudah sering memegang senjata berteknologi tinggi.
“Niel, kenapa tidak memesan apartemen dekat Menara Naga saja?” kata Jerry
“Itu terlalu elit, lagipula sempit di sana.” Gerutuku
Menara dengan orang – orang kaya. Dengan fasilitas robot android di manapun mata memandang. Penjaga keamanan di sana juga merupakan yang terbaik. Terlihat dari tamanku, dari kejauhan menjulang tinggi. Menara tinggi dengan drone dan android berbentuk naga mengitarinya. Fungsinya hanya dipahami oleh mereka yang tinggal di sana. Aku pernah mengawal bangsawan yang tinggal di sana. Itupun orang luar tidak bisa masuk. Hanya bisa memandang halaman luas dengan taman dan android penjaga. Aku bisa paham kenapa Aegis memperkerjakan manusia. Untuk alasan komunikasi dan meninggikan kepercayaan diri kaum elit.
Semoga dengan rumah serba putih mengkilap ini bisa menandingi sosialita Kota Opulence. Semua hanya mementingkan baju droid dengan fasilitas pengatur suhu atau elektronik mikro. Aku hanya bisa berbangga dengan teknologi elektronik di rumah. Lebih baik aku bisa tidur nyenyak dibanding terus mendengar iklan gadget terbaru dan bualan media.
Imajinasi si penulis ini sungguh tak terbatas. Banyak sekali istilah2 teknologi dan nama2 monster yg disebutkan. Herannya mengapa si penulis bisa bgt memplot2kan banyak nama jalan, serta kondisi dari setiap pemain di cerita ini pun juga dijelaskan dengan detail perannya sebagai apa. Recomended sih ini buat dibaca, bagi pecinta cerita aksi dan fantasi. Good Luck ya untuk Autor. Ditunggu chapter berikutnya
Comment on chapter Dark Portal : The Pathfinder