Loading...
Logo TinLit
Read Story - Unending Love (End)
MENU
About Us  

Hai...

Sesuai janjiku, hari ini aku up date chapter baru. Ngomong-ngomong, terima kasih untuk teman-teman yang mendukung karyaku ini, sampai saat ini sudah ada 500 views dan itu sangat membanggakan. Cerita ini adalah cerita fantasi pertamaku, sudah ada yang mau baca aja aku bersyukur sekali.

Karena masih banyak sekali kekurangan, dengan senang hati aku menerima kritik dan saran.

Selamat membaca, salam hangat,

SR

.

.

.

.

Victoria datang seminggu kemudian, dengan kue buatannya juga kekhawatiran yang kentara dari raut wajahnya. Aku tidak paham sistem penyebaran informasi di dunia ini. Surat menyurat saja jarang sekali mereka gunakan, apalagi internet dan sosial media. Tapi kenyataannya Victoria datang karena mendengar kabarku yang diserang oleh siren dulu.

“Siren bukan makhluk yang agresif.”

“Axel pun mengatakan hal yang sama.”

“Mustahil sekali jika Elen mengusik mereka.”

“Axel pun masih tidak mempercayai kehadiran siren itu.”

“Tapi siapa vampir yang berani mengganggu siren? Perbatasan wilayah Selatan termasuk wilayah paling aman karena Kepala Militer memimpin di sana.”

Kepala Militer, atau Paman Axel, memiliki kedudukan yang sama seperti Axel di wilayah Selatan.

Tunggu!

“Ada apa?”

“Tidak, tidak ada apa-apa. Oh iya, kuemu yang waktu itu sangat lezat. Seperti yang sering kumakan di dunia manusia.”

“Benarkah? Syukurlah, aku pergi ke penjual barang-barang manusia untuk mencari buku resep kue kering, dan aku mencoba membuatnya. Tadinya aku khawatir jika rasanya jauh dari dugaanmu.”

“Justru enak sekali, aku bahkan tidak pandai membuat kue.”

“Aku membicarakanmu dengan Tuan Easter saat kau pergi ke desa waktu itu.”

Oh, saat Axel terlihat akrab dengan Victoria. Kenapa rasanya ada hawa panas menjalar tubuhku ya?

“Aku bilang sangat senang bertemu manusia sepertimu, bisa berteman akrab denganmu. Kukira kau akan membenci kami para vampir.”

“Hahaha… Kenapa aku harus membencimu?”

“Karena kau pasti merasa dimanfaatkan oleh kami yang memangsamu. Terkadang aku selalu khawatir ketika ingin berinteraksi dengan manusia lain, ada rasa bersalah yang tidak begitu jelas asalnya dari mana.”

“Memangnya manusia tidak memangsa makhluk lain? Kami bahkan memangsa lingkungan kami untuk kemajuan manusia itu sendiri. Apa bedanya dengan para vampir? Objeknya saja yang berbeda.”

Victoria terkekeh, ia memegang lenganku yang kusimpan di atas pangkuan.

“Pola pikirmu yang hebat itu juga membuatku tertarik. Walaupun Tuan Easter sepertinya tidak tertarik dengan ucapanku itu, tapi aku sungguh-sungguh senang melihatmu ada di mansion ini, aku jadi punya alasan lain jika ayahku memintaku datang kemari, tentu saja untuk menemuimu.”

Pantas saja yang kulihat dulu Axel terlihat akrab, ternyata mendengar cerita Victoria membuatku merasa prihatin karena wanita anggun nan cantik ini harus berhadapan pria dingin, datar, dan tajam seperti Axel.

“Tapi bagaimana jika ayahmu tahu semua ini? Tentangku terutama. Beliau pasti akan marah besar.”

“Hanya ayahku, semarah apapun dirinya, tidak mungkin ia tega mengusirku, keluarga satu-satunya.”

“Hehe…”

“Kau harus percaya diri Elen, menjadi manusia bukan berarti membuatmu tidak percaya diri. Memang apa salahnya untuk bergantung pada Tuan Easter dan orang-orang di tempat ini?”

“Terima kasih, Victori.”

“Tak perlu sungkan. Sepertinya aku harus pamit, sebentar lagi Tuan Easter pasti kembali, aku tak ingin ia marah karena aku datang untuk menjengukmu.”

“Aku bisa mengatasi kemarahannya, tak perlu khawatir padanya.”

“Begitu juga denganmu, Elen. Tak perlu khawatir padanya, dan pada dunia ini.”

Aku tersenyum tulus mendengar ucapannya. Senang rasanya bisa berbagi cerita dengan seseorang yang mengerti keadaan hati yang sebenarnya. Kemudian aku mengantar Victoria hingga ke depan pintu.

“Lain kali aku akan mampir kemari, dan kuharap kau semakin membaik, Elen.”

“Iya, terima kasih. Lain kali ikutlah makan siang bersamaku, aku bisa menghidangkan beberapa makanan cepat saji dari dunia manusia.”

“Akan kutunggu, Dah!”

“Dah!”

Setelah Victoria masuk ke dalam kereta kencananya, kereta itu pun melaju pergi melewati pohon besar tempat aku keluar masuk menuju dunia manusia, lalu menghilang setelah melewati gerbang mansion ini. Aku pun kembali menutup pintu dan kembali ke ruang tamu, membersihkan gelas-gelas yang tadi kami pakai, walaupun Chas sudah terlebih dulu merapikannya.

“Sepertinya Nona sangat senang ketika Nona Zendwick datang kemari,” ucap Chas.

“Rasanya seperti punya teman bergosip.”

Lalu suara ketukan pintu terdengar oleh kami, Chas baru saja akan menghampiri pintu tersebut, namun aku urungkan.

“Biar aku saja, mungkin Victoria meninggalkan barangnya di sini.”

Tubuhku seketika kaku melihat Paman Axel sedang berdiri di balik pintu dengan auranya yang menakutkan dan tegas itu. Aku segera menundukkan pandanganku namun suara tegas Paman Axel membuatku mau tak mau menatap wajahnya.

“Axel?”

“Ia sedang pergi ke istana.”

“Ck! Anak itu kabur lagi.”

Aku tidak paham maksud kabur yang selalu dikatakan Paman Axel, sebab Axel tidak benar-benar kabur, mungkin menghindar adalah kata yang tepat, dan membuatku berada dalam situasi harus berhadapan dengan Paman Axel.

“Kenapa anggota keluarga Zendwick kemari?”

Meski hanya sekadar gumaman, aku yakin sepertinya Paman Axel menyadari jika Victoria datang kemari beberapa saat lalu, tapi kenapa terdengar seolah Paman Axel sedang keheranan?

“Wine bangsawan itu benar-benar buruk.”

Wine?

“Katakan padanya aku datang mencarinya. Sia-sia aku datang kemari.”

Aku menunduk lalu melihat sepasang kaki milik Paman Axel melangkah menjauh dari hadapanku. Ketika aku melihat kereta kencana yang digunakannya, juga kedua pengawal yang sama pernah kulihat di halaman belakang, mendorongku untuk bertanya sesuatu yang cukup membuatku penasaran pada Paman Axel ini.

“Tunggu, Tuan.”

Paman Axel berbalik menatapku. Jika Axel sudah gila sejak lama, maka kegilaanku ini muncul akibat tertular darinya.

“Ada yang ingin kutanyakan padamu, Tuan. Tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh Axel.”

“Hm?”

“Apa mungkin beberapa peristiwa yang menyerangku ada kaitannya dengan Anda?”

Aku menunjuk ke arah dua pengawal yang menunggu Paman Axel di sisi kereta kencana.

“Seragam yang mereka kenakan, kenapa persis dengan dua vampir yang sempat menyerangku dulu. Apa mungkin Tuan ada hubungannya dengan penyerangan yang selalu terjadi padaku?”

Aku menduga mungkin Paman Axel akan murka dan benar-benar menendangku dari dunia ini karena telah lancang menuduhnya dengan bukti seminim ini. Tapi yang terjadi, Paman Axel mendesah, tubuh tegapnya itu mulai mengendor dan wajahnya terlihat gelisah.

“Kau ingin mampir ke rumahku?”

Pertanyaan dengan nada yang lebih lembut, bahkan mirip seperti orang tua yang meminta seorang anak terlantar untuk masuk ke dalam rumahnya untuk segelas teh dan sedikit rasa iba.

Sejujurnya aku ragu dan takut, bisa saja mungkin Paman Axel akan membunuhku di rumahnya, tapi setelah aku memegang kalung yang diberikan Axel, aku yakin apapun yang terjadi padaku, sejauh apapun aku pergi, Axel akan menemukanku.

Dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut Paman Axel ke rumahnya, tanpa sepengetahuan siapapun.

 

****

 

Mansion Paman Axel sebenarnya tak jauh berbeda besarnya dari milik Axel, mungkin mansion ini tidak banyak ditumbuhin pepohonan dan rerumputan seperti di mansion Axel. Namun lambang Polisi Militer dan keluarga Easter terlihat kentara di atas bangunan tersebut, mungkin maksudnya Paman Axel sungguh-sungguh menjunjung tinggi lambang yang menjadi kebanggaannya itu.

Paman Axel membawaku masuk ke ruang tamu, benar-benar seorang Kepala Militer sejati. Beberapa pedang dan pistol tergantung di dinding-dinding ruangan ini, juga foto hitam putih Paman Axel beserta beberapa orang yang kemungkinan adalah pasukannya. Lalu sebuah lemari kaca berisi lencana-lencana yang tidak aku pahami dalam rangka melambangkan apa, tapi pasti itu hebat.

Aku duduk di sebrang Paman Axel, seorang pelayan membawakan segelas teh padaku. Paman Axel duduk dengan tenang, lalu menyimpan tongkat jalan di sisinya. Sebuah cahaya tiba-tiba muncul dari kalung yang diberikan Axel. Warna kelopak hitam itu perlahan memudar menjadi berwarna abu dan lebih mengeras dari biasanya.

Aku menyentuh kelopak itu, rasanya seperti memegang es batu.

“Kenapa?”

“Aku menyegelnya, agar Axel tidak mengganggu pembicaraan kita.”

Aku cukup terkejut dan cemas ketika Paman Axel menyegelnya, berarti kehadiranku tidak akan terdeteksi oleh Axel, apa aku akan baik-baik saja? Atau aku salah memilih?

“Mirai mendapatkan kalung yang sama ketika Loui mengajaknya untuk menikah.”

Mirai? Loui? Siapa?

“Kau tidak tahu, Axel tidak memberi tahumu ya? Mereka itu orang tuanya Axel. Kakak tiri dan kakak iparku.”

Dari sini saja ucapan Paman Axel sudah memberikanku informasi mengenai keluarga Easter yang tidak kuketahui sama sekali.

“Anak itu, kenapa ia tak menceritakan keluarganya padamu.” Paman Axel sedikit menggerutu, yang kupikir ia terlihat seolah kesal karena keponakannya banyak merahasiakan soal kehidupannya padaku. Aneh.

“Kenapa Tuan menceritakan hal itu?”

“Panggil saja aku Paman, bagaimana pun kau juga sudah menjadi keponakanku.”

Hah?!

Paman Axel menyeruput teh di hadapannya, lalu berdeham dan menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin di atas sofa berwarna coklat dan terlihat klasik ini.

“Aku tinggal di kaki gunung, setelah beberapa ratus tahun para vampir mengungsi ke dunia ini, kami masih harus hidup dengan kesusahan karena beradaptasi juga memulai kembali dunia baru kami. Ayahku yang hanya seorang petani dan vampir tingkat rendah pun tidak bisa berbuat banyak ketika ajalnya tiba. Setelah ayahku meninggal, keluarga Easter menemukanku dan mengajakku tinggal di mansionnya. Kupikir aku akan bekerja sebagai pelayan keluarga bangsawan tersebut, tapi ternyata Rein Easter, Kakek Axel, ayah tiriku, mengangkatku sebagai anak dari keluarga Easter. Aku yang hanya seorang vampir tingkat rendah, tanpa memiliki nama keluarga pun akhirnya memegang nama Easter di belakang namaku.”

“Loui yang memang sudah memiliki kekuatan besar dari keluarganya pun menjadi kakak yang hebat dan melindungiku, seolah-olah aku memang adik kandungnya. Dulu kerajaan vampir belum terstruktu seperti sekarang, keluarga Easter dan keluarga bangsawan lain masih hidup di bawah kekuasaan Lord Vampir pada saat itu. Lambat laun, dunia vampir berkembang dan setiap keluarga bangsawan memegang wilayah masing-masing dan memimpinnya. Ayah tiriku meminta Lord Vampir untuk memberikan kekuasaan wilayah Selatan padaku jika kelak aku sudah dewasa, dan wilayah Timur untuk Loui.”

“Setelah kami dewasa dan hanya tinggal berdua di bawah nama keluarga Easter, Loui bertemu cintanya, Mirai, seorang manusia keturuanan Asia yang cantik dan lembut. Loui jatuh cinta padanya, aku selalu setuju dengan apapun yang dipilih kakakku itu. Meski pun Loui terlihat cukup keras dan tegas, ia benar-benar luluh pada Mirai lalu tak lama Loui menikahi Mirai dan memiliki anak bernama Axel.”

Jadi, Ibu Axel itu seorang manusia? Ucapan Axel yang selalu menyangkut pautkan diriku dan ibunya, apa mungkin karena kami berdua sama-sama seorang manusia? Memang hal krusial apa yang membedakan seorang manusia dan vampir? Kenapa Axel bisa merasa lekat denganku dan seolah-olah bahwa perasaan nyaman yang kuberikan sama dengan yang diberikan ibunya?

“Aku baru tahu jika Ibu Axel itu seorang manusia. Kenapa Axel tidak menceritakannya padaku, mengenai ibunya?”

“Saat Axel berusia tujuh belas tahun, usia yang terlalu dini bagi seorang vampir, Mirai meninggal karena penyakitnya. Kepergiannya sangat mendadak dan mengejutkan banyak orang. Axel mungkin tidak ingat mengenai ibunya itu, dan Loui yang paling menderita. Mirai hanya meninggalkan Axel, puluhan bunga mawar di halaman belakang, juga luka abadi yang membekas di hati Loui. Lalu, hampir satu abad kemudian, peristiwa kebakaran di mansion itu pun terjadi. Jasad Mirai yang sengaja diawetkan itu tidak terselamatkan, juga Loui yang memilih untuk menjadi abu bersama Mirai itupun meninggalkan Axel dan Grine. Ia menanggung luka berpuluh-puluh tahun, hingga pada akhirnya Loui menyerah pada rasa itu dan memilih untuk menyusul Mirai.”

Air mataku keluar secara tiba-tiba dari muaranya, cerita yang sangat menyesakkan bagi keluarga Easter, bagi Axel, pun bagi Grine. Seberapa sakitkah luka itu hingga seseorang sampai tak sanggup menanggungnya?

Paman Axel hanya menunduk sambil menghela napas panjang, pun denganku yang masih berurai air mata, aku hanya tidak membayangkan sejarah keluarga Easter yang cukup menyakitkan itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • ShiYiCha

    Whoaa ... Seruu ini. Aku suka😍. Minim typo juga. Liked

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • cintikus

    @YantiRY Hai, makasih ya udah membaca tulisanku. Chapter-chapter selanjutnya sudah siap menanti :)

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
  • YantiRY

    Like. Ditunggu chapter2 berikutnya.

    Comment on chapter #1 Hari Perjumpaan
Similar Tags
Lovebolisme
167      147     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Dont Expect Me
522      394     0     
Short Story
Aku hanya tidak ingin kamu mempunyai harapan lebih padaku. Percuma, jika kamu mempunyai harapan padaku. Karena....pada akhirnya aku akan pergi.
Hematidrosis
399      268     3     
Short Story
Obat yang telah lama aku temukan kini harus aku jauhi, setidaknya aku pernah merasakan jika ada obat lain selain resep dari pihak medis--Igo. Kini aku merasakan bahwa dunia dan segala isinya tak pernah berpihak pada alur hidupku.
Cinta Datang Tanpa Menyapa
783      515     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?
Mendadak Pacar
9381      1901     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA
Titip Salam
3949      1499     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Anikala
1371      599     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
L for Libra [ON GOING]
7800      1743     8     
Fantasy
Jika kamu diberi pilihan untuk mengetahui sebuah kenyataan atau tidak. Mana yang kamu pilih? Sayangnya hal ini tidak berlaku pada Claire. Dirinya menghadapi sebuah kenyataan yang mengubah hidupnya. Dan setelahnya, dia menyesal telah mendengar hal itu.
Why Joe
1315      672     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
A Ghost Diary
5461      1776     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...