Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bye, World
MENU
About Us  

31 Desember 2346
Palembang, Indonesia.

"Ah, Neo! Akhirnya! Perbaikanmu lama sekali, kami lelah melihatmu tidur terus, tahu. Bahkan, Ver saja sudah sembuh sejak dua minggu yang lalu." Oceh Foss ketika perempuan yang terbaring lemah di kasur itu membuka matanya, memperlihatkan mata amber-nya yang indah.

"Hei, dasar. Kau melupakan kecepatan penyembuhan milik Ver. Dia beruntung mendapatkannya." Neo berkata dengan nada jengkel yang masih terdengar lemah sambil bangkit berdiri dan kembali berkata, menyindir Zo'r yang lain, "Salah siapa juga yang membuat perbaikanku lama?"

"Maaf, kami tidak mengerti mesin, dan Si Jenius Vil ini berkata bahwa banyak alat bagian di tubuhmu yang rusak, harus diganti yang baru." Jawab Xi pelan, membuat Neo mengalihkan pandangannya, sehingga dia berakhir jatuh terduduk di lantai dan mengaduh kesakitan dengan jengkel. "Aduh. Hei, apa kalian tidak memperbaiki pergelangan kakiku? Aku tidak bisa berdiri kalian tahu."

"Masih baik kau masih kami perbaiki, jika kami jahat, kami telantarkan saja kau hancur begitu." Jawab Vil santai sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding berwarna abu-abu itu, membuat Neo mengukir senyum miring, "Yakin, Vil? Sayangnya, jika kalian tidak memperbaikiku, siapa yang akan memberi tahu rencana selanjutnya?"

"Aku bisa membuat yang baru tahu." Jawab Vil sambil memajukan bibirnya ke depan, membuat yang lainnya tertawa, sehingga Vil menutup mukanya yang memerah sambil berucap galak, "Apa? Apanya yang lucu?"

Namun, yang lainnya semakin keras tertawa hingga Ver menghentikan tawa itu dengan pertanyaannya, "Oh iya, kapan kau menyiapkan rute pelarian itu?"

"Bukan aku, tapi Sir Luz." Jawab Neo santai sambil memperbaiki posisi duduknya di lantai, yang langsung mendapat ucapan terkejut dari Mel, "Apa? Hei, jika begitu, bukankah, Sir Luz harusnya bisa mengejar kita dengan cepat?"

"Tidak, bukan itu maksudku, itu rute pelarian milik Sir Luz saat membawaku, saat kalian sibuk dengan para bodyguard yang menelantarkanku di lantai itu dan Sir Luz yang sibuk dengan Sir Maxime, aku diam-diam mencari rute itu dengan semua tenagaku yang tersisa. Kalian tahu, bukan, menggerakkan kamera-kamera itu dari jarak jauh membutuhkan banyak tenaga? Untung saja Sir Luz tidak menyadari ada kamera yang menempel di bajunya, jadi aku tahu rupa jalan itu, dan aku menemukannya." Neo berkata santai, sambil memainkan kakinya, membuat yang lainnya menyadari satu hal, yang langsung disuarakan oleh Xi, "Jadi, maksudmu, tenagamu masih lebih dari cukup untuk lepas dari dua bodyguard yang menahanmu itu sebelum kau menghabiskannya untuk mencari jalan keluar?"

"Tentu saja." Jawab Neo yang langsung diberi tatapan jengkel oleh yang lainnya dan suara Foss yang sangat jengkel, "Kau jahat. Kami pikir kau benar-benar tidak berdaya."

"Hei, lagi pula jika aku melepaskan diri, itu juga tidak ada gunanya. Aku tidak bisa berdiri karena ada masalah di pergelangan kakiku, bukan? Itu hanya akan mengurangi tenagaku saja." Perempuan berambut merah muda dengan beberapa helai pirang itu menurup matanya pelan, sambil menyenderkan tubuhnya ke sisi kasur di lantai itu. "Aku lelah, rasanya ingin melaksanakan itu sekarang juga."

"Tidak, tidak boleh. Itu harus menjadi adegan penutup kisah kita sebagai pembunuh nanti." Ucap Vil sambil mendudukan dirinya seperti yang lain dan kembali menyenderkan punggungnya ke dinding abu-abu di belakangnya. Setelahnya, senyum miring muncul di wajahnya, "Aku penasaran, apa reaksi dari Sir Luz? Apa dia akan bahagia? Ataukah semakin membenci kita? Ah, sudahlah."

"Cukup, hentikan. Sekarang, perbaiki pergelangan kakiku." Ucap Neo sambil bangkit perlahan ke atas kasur, walau sesekali ia mengaduh kesakitan, membuat yang lainnya menahan tawa, jarang sekali mereka melihat Neo kesakitan. "Apa? Menertawakanku di tengah kesengsaraanku? Dasar, kalian tidak punya hati."

"Baiklah, baiklah. Aku akan memperbaiki sendiri, ambilkan aku peralatannya, kalian tahu apa saja yang kubutuhkan." Neo menghembuskan napasnya kasar sambil berbaring terlentang di kasur yang tidak terlalu besar itu, membuat ke-dua ujung tangannya menggantung di udara. Ketika salah satu dari mereka beranjak untuk mengambilnya, Neo kembali berkata, membuat yang lainnya menatap Neo malas seolah berkata: kau itu ... sebenarnya niat atau tidak, sih?, "Ah, sudahlah. Aku malas. Panggil Leva dan Mai saja."

Tidak lama, Levasseur dan Lemaigre tiba di sana, dan tanpa berkata-kata langsung memperbaiki Nona mereka yang malas itu setelah menon-aktifkan Neo agar tidak terasa sakit ketika diperbaiki. Setelah selesai, Neo kembali diaktifkan, dan perempuan itu langsung berlari seperti anak kecil di ruangan itu, membuat yang lainnya menatap datar ketua mereka yang childish itu, "Ah, kaki, aku rindu kamu. Akhirnya kamu bisa diajak berlari lagi."

"Neo, apa prosesor di kepalamu baik-baik saja?" Tanya Foss dengan muka polos, tetapi dengan nada yang menyindir. Namun, yang disindir tidak merasa dan malah menjawab dengan muka yang tidak kalah polosnya, "Sepertinya tidak ada tanda-tanda kerusakan, ada apa memangnya?"

"Oh iya, bukankah, seharusnya kalian memanggil Leva dan Mai saja untuk memperbaikiku? Atau Si Jenius Vil itu sengaja mau melakukan sesuatu di tubuhku?" Neo bertanya dengan nada selidik yang ditujukan kepada Vil, membuat laki-laki itu salah tingkah. "Ah, ah, iya. A-aku baru kepikiran mengenai Leva dan Mai."

"Hei, Vil, katakan. Apa yang kau perbuat?" Neo berkacak pinggang di depan Vil, membuat lelaki itu semakin tergagap, "Ha-hanya i-ingin me-melihat pro-prosesor di ke-kepalamu, kok! So-soalnya, ku-kupikir  itu ber-berbentuk se-seperti o-otak. Se-seperti di fi-film yang pe-pernah kutonton."

"Ya ampun, Vil. Bukankah, kau bisa bertanya padaku setiap saat? Kenapa tidak kau tanyakan saja?" Neo tertawa terbahak-bahak, membuat yang lain juga ikut tertawa ketika mendengarnya, "He-hei! Ti-tidak ada yang lucu! Dasar kau, Neo!"

Bukannya berhenti, Zo'r lain malahan semakin keras tertawa, membiarkan Vil tenggelam dalam rasa malunya. Namun, sebuah pertanyaan dari Mel menghentikan tawa itu, "Sebenarnya, kita sedang apa, sih?"

"Senang-senang, tentu saja." Jawab Xi dengan nada tidak peduli, yang diangguki oleh yang lain kecuali Mel yang kini kembali berkata, "Oh, maaf. Aku hanya berpikir sekarang kita sedang mengukir momen yang menyedihkan."

"Hentikan, Mel. Jangan katakan lebih banyak lagi. Bukankah, kita masih punya rencana untuk holiday bersama?" Neo berkata, sesaat dirinya memandang kosong, tetapi dia dengan cepat kembali ceria, di waktu yang telah hampir mencapai tengah malam itu, Neo bersorak girang, "Selamat tahun baru 2347 untuk kita semua!"

 

[Cerita ini juga tersedia di Wattpad @FelitaS3]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • felitas3

    @aisalsa09 yes, reinkarnasi. Btw makasii

    Comment on chapter 00| Epilog
  • aisalsa09

    Ini mereka di kmpus reinkarnasi gitu?
    Wkwk, fantasinya matapp uiii

    Comment on chapter 00| Epilog
Similar Tags
The Cherlones Mysteries (sudah terbit)
20407      2280     13     
Mystery
Chester Lombardo dan Cheryl Craft tidak pernah menyangka kalau pembunuhan trilyuner Brandon Cherlone akan mengubah hidup mereka untuk selamanya. Selain bertemu dengan tiga sosok keluarga Cherlone yaitu Don, Sarron, dan Farah, mereka juga ikut menyingkap berbagai misteri dahsyat di dalam keluarga tersebut, selama 12 jam. Cerita ini menjadi pembuka kisah perdana dari Duo Future Detective Series ya...
LULLABY
14672      2846     2     
Fantasy
Lowin mengingat Nasehat terakhir yang diberikan oleh sang kakak mowrine sebelum ia mengemban tugas dari kerajaan. Sang kakak mowrine juga harus melanggar larangan dan terpaksa berbohong untuk mendapat kepercayaan dari keluarga yang akan ia tinggalkan. Bukan tanpa alasan mowrine melakukan hal itu, ia melihat sesuatu didiri lowin yang mengusik ketenangan. Namun, Kenyataan tidak sesuai dengan har...
Shinta
6519      1873     2     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
Teman Khayalan
1685      731     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?
Gloomy
600      395     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
Sistem Kekayaan zero
28      26     1     
Fantasy
Kisah seorang pemuda yang bernama xai yang diputuskan oleh kekasihnya Yolanda, Yolanda lebih memilih pria lain yang statusnya lebih tinggi dari xai, akan tetapi xai mendapatkan sistem zero yang mengubah kehidupan nya .
Crystal Dimension
320      222     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Orkanois
2641      1025     1     
Fantasy
Ini adalah kisah yang ‘gila’. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby, atau kerap dipanggil Mar yang dengan lantang menginginkan kiamat dipercepat. Permintaannya itu terwujud dengan kehadiran Orkanois, monster bertubuh tegap, berkepala naga, dengan tinggi 3 meter, dan ia berasal dari planet Orka, planet yang membeku. Orkanois mempunyai misi berburu tubuh ...
Black Roses
32513      4652     3     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
Melihat Tanpamu
141      115     1     
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak. Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...