Read More >>"> Awesome Me (1. Muses) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Awesome Me
MENU
About Us  

Muses

Shall I stay, would it be a sin

If i can’t help falling in love with you?

Di tengah alunan lagu itu aku menatap keluar sambil terkantuk-kantuk, jam pelajaran ketiga masih setengah jam lagi. Di sekolahku waktu istirahat yang diberikan cukup panjang, 2 jam lamanya. Lit Academy adalah sekolah yang menjadi wadah bagi semua anak dengan bakat di atas rata-rata, dengan kata lain, jenius. 

Lit Academy berada dibawah naungan Professor dan teman-temannya, kami terbiasa menyebutnya professor karena identitas para pendiri Lit Academy dirahasiakan, pernah terdengar cerita bahwa salah satu senior kami yang sedang bersedih di taman sekolah karena gagal memenangkan sebuah lomba yang menurutnya bisa membantu karir di masa mendatang,  dihibur oleh petugas kebersihan sekolah yang entah bagaimana disadari olehnya adalah Professor. Jangan berpikiran bahwa orang jenius tak mungkin gagal, kegagalan adalah milik semua manusia yang berusaha dalam kehidupan konyol ini tak terkecuali penghuni Lit Academy, namun kau harus tahu bahwa senior itu sekarang menjadi agen kesayangan sebuah organisasi inteligen Amerika yang kau pasti tahu apa itu.

Ternyata professor sering melakukan hal-hal konyol seperti menyamar menjadi petugas sekolah, petugas kantin dan bahkan pernah kudengar menjadi satpam untuk mengawasi langsung muridnya, hanya segelintir siswa yang pernah melihat Professor, mereka semua yang jumlahnya sekitar lima orang dan selalu memberikan gambaran berbeda tentang Professor, senior Joe bilang Professor adalah lelaki obesitas bersenyum ramah seperti bapak-bapak pada umumnya, senior Lice bilang Professor berwajah sangar dan berbadan langsing, senior Frank bilang professor berbadan jangkung dan berwajah pucat dengan bibir pink merona, namun berdasarkan analisaku kemungkinan besar Professor selalu mengondisikan bentuk fisik dirinya entah dengam menggunakan ilusi sekitar yang membuat orang-orang melihat dari berbagai persepsi atau professor yang dilihat oleh mereka adalah "para professor" yang tentunya wajar menimbulkan perbedaan fisik. Dan jika kau bertanya kenapa mereka harus menyamar jika ingin mengawasi kami di sekolah mereka sendiri? untuk menghindari terbongkarnya identitas bila terdesak karena sangat banyak penghuni Lit Academy yang berjiwa analisis ala Sherlock Holmes, wajar bagi mereka untuk merahasiakan jati diri karena memiliki Lit Academy seperti memiliki daftar nama orang-orang berpengaruh di masa depan beserta potensinya. Lit Academy hanya terdiri atas murid pilihan, pilihan disini adalah benar-benar pilihan, tapi bukan berarti penghuni Lit Academy pintar dalam segala hal karena satu yang pasti adalah setiap siswa memiliki kegeniusan mereka masing-masing, jangan heran jika melihat penghuni Lit Academy yang tidak mengerti tentang faktorisasi pada matematika tetapi bisa menulis buku berisi puisi-puisi best seller hanya dalam waktu satu minggu. 

Untuk masuk Lit Academy tidak pernah diadakan proses seleksi masuk secara resmi, bisa saja kau bangun di  pagi hari dan melihat undangan Lit Academy di depan pintu rumahmu, di dalam kotak makan siangmu, di selipan halaman buku kesukaanmu, atau dimanapun itu karena itulah yang terjadi kepadaku dan teman-temanku, ini semua karena Lit Academy melakukan proses seleksi secara informal, melihat keseharian siswa bahkan saat di luar sekolah, melihat ambisi mereka dalam hidup, melihat kebaikan hati mereka dalam keadaan tak sadar bahwa mereka diperhatikan. Alasan Lit Academy melakukan semua proses seleksi melelahkan ini adalah untuk sebuah ketransparan, sesuatu yang benar-benar adalah dirimu tanpa dibuat-buat, tanpa rekayasa nilai, karena well kau tahu nilai yang tercantum di selembar kertas  tidak bisa dipercaya karena banyaknya rekayasa numerik disana. 

Lit Academy berdiri sebagai sekolah sekaligus asrama yang tidak mengenal sistem kelas, yang ada adalah istilah building yang mengacu kepada bangunan tiga lantai yang semakin ke atas semakin luas sehingga membuat bangunan ini membentuk sebuah trapesium terbalik, lantai pertama sebagai tempat parkir kendaraan siswa, lantai dua sebagai ruangan belajar beserta kantin, dan lantai tiga sebagai asrama siswa. Lit Academy hanya terdiri atas tujuh building untuk masing masing grade, building disini dibedakan melalui nomor dan angka, nomor mengacu pada kelas dan angka mengacu kepada tingkatan kelas atau grade, jika seseorang mengatakan dia berasal dari building five-B, maka ia berada di building atau kelas nomor lima dan duduk di tingkat dua. Diantara tujuh building yang ada, penghuni buliding four adalah yang teratas dalam setiap grade, smartest from the smartest. Tiap building hanya terdiri atas dua belas siswa siswi dan jika kau menyukai mitologi Yunani maka kau akan sadar bahwa kami seperti 12 dewa Olympus yang terasing, lelucon yang sepertinya dirancang oleh professor dan teman-temannya.

Aku berasal dari building four-A, yeah aku siswi baru disini dan menghuni gedung utama, well kadang kita harus mengakui bahwa pemeran utama selalu datang dari tempat terbaik kan? Ah, namaku Victoria Mousa Enola, ,mulai hari ini aku akan hidup di building 4 bersama sembilan orang asing, kenapa hanya sembilan? Karena aku mengenal baik Camelia sebagai sahabatku dan Albert Keinlock sebagai tetangga sekaligus teman masa kecilku dan .....orang yang kusukai, awalnya aku berpikir aku menyukainya hanya karena kami terlalu sering bersama, dia baik, dan ini hanyalah roman picisan yang sering terjadi pada banyak orang, namun saat kami pergi ke seolah yang berbeda sewaktu smp aku benar-benar merindukannya dan kau tak tahu seberapa senangnya aku saat tahu Kein juga menerima surat dari Lit Academy dan berada di gedung yang sama denganku, aku mematahkan salah satu kaki tempat tidur karena melompat kegirangan.

Kein memiliki pandangan mata yang tajam dan tenang di balik kacamatanya, pandangan mata yang benar-benar membuat terpesona dan kau tak bisa membayangkan apa yang terjadi padaku jika ia mulai menatap dengan mata hitamnya yang seakan tak berdasar sambil tersenyum.  Kein selalu melihat langsung ke mata lawan bicaranya dan itu adalah hal yang benar-benar kubenci,  demi Neptunus aku tak suka orang lain melihat langsung ke mataku, Kein tahu benar itu dan dia selalu melihatku tepat di mata. Kein memiliki wajah tenang yang sama tenang dengan pikirannya, otak yang sama mempesona dengan wajahnya, kulit putihnya yang terpapar sinar matahari bukanlah lelucon, mata hitamnya yang dalam dibingkai kacamata lensa negatif, kacamata itu tak mampu menutupi tatapan mengintimidasi yang ada di baliknya, rambut hitam yang menggoda juga menjadi sesuatu yang kusukai dari dirinya, jari jari tangan Kein merupakan suatu cobaan berat bagiku jika aku melihatnya tergeletak begitu saja, ada tahi lalat kecil di balik telinga sebelah kiri Kein dan itu merupakan hal kecil yang sangat sering kuperhatikan karena menurutku manis. Sebenarnya Kein lebih muda tiga tahun daripada aku namun karena ia merupakan anak akselerasi yang langsung duduk di kelas empat sekolah dasar jadilah Kein berada di grade yang sama denganku dan kau harus tahu bahwa Kein lebih tinggi dariku padahal untuk anak seumuranku aku tergolong tinggi dan bisa dibilang ia tak terlihat seperti lebih mudah tiga tahun dari kami yang ada di building four. Dan aku benar-benar tak pandai menggambarkan diriku sendiri secara fisik, jadi aku meminta sahabatku Camelia untuk membantu. 

Haiii, aku Camelia Elaeis Terpischore, nama yang cantik bukan? Hahaha, Mousa memintaku memberikan gambaran tentang dirinya,  well jika melihatnya kau akan langsung tahu bahwa ia cantik, mata cokelatnya besar dan tajam kadang malah terkesan sinis padahal memang begitulah cara Mousa menatap, sekali lihat kau juga langsung tahu bahwa ia cerdas terpancar jelas dari tatapan matanya yang mengintimidasi dan kepercayaan diri yang kuat, namun dari semua hal baik yang diberikan Tuhan kepada Mousa melalui kontribusi gen orang tuanya aku paling suka dengan jari jari tangan Mousa yang panjang dan terkesan manis padanya, sedangkan dari segala hal baik yang ada padanya jika aku boleh memiliki satu saja maka aku akan memilih untuk memiliki senyuman Mousa, senyumannya benar benar manis dan menawan, demi Pluto dan kegelapan itu benar benar menggoda dan terkadang aku sangat iri, namun Mousa sangat jarang tersenyum karena ia merasa senyumannya jelek kau tahu ia berpikir bahwa senyumannya jelek??? Bukan, ia berkata begitu bukan karena ia bersikap seperti gadis gadis menyebalkan yang berharap akan dipuji lebih, ia mengatakan itu karena ia benar-benar merasa dirinya jelek, Mousa tak percaya diri soal fisik tapi sangat percaya diri dengan cara kerja otaknya, rambut sepundak Mousa yang jatuh dan lembut juga cantik, kakinya jenjang dan dia tergolong tinggi untuk ukuran anak seumuran kami. Aku memujinya bukan karena ia sahabatku , namun karena faktor-faktor diataslah aku bersahabat dengannya, maaf tapi aku sangat realistis dalam menentukan orang yang kemungkinan akan menjadi teman dalam waktu jangka panjang, tapi setelah kupikir lagi sebenarnya aku tidak memuji Mousa kan? Sejak awal aku disuruh menggambarkan Mousa dan memang begitulah gambarannya, jadi sejak awal kata pujian tidak cocok disini. Itu semua hal fisiknya, namun karena aku sudah terlanjur sejauh ini maka sekalian saja hal lainnya, Mousa sangat benci jika orang melihat langsung ke matanya namun kau tidak tahu seberapa sering ia melihat langsung ke mata orang dengan tatapan tajam dan mengintimidasi, Mousa si rubah kecilku ini hebat dalam bidang seni, ia juga sangat ahli memasak sampai aku menyarankannya untuk menjadi patisserie chef di Perancis jika tak ada organisasi hebat yang mau menerimanya walaupun saran ini sebenarnya sia-sia karena jika kau melihat Mousa kau pasti tahu tak mungkin tak ada organisasi yang menginginkannya. Mousa menyukai Kein si bodoh yang tak mengerti perasaannya sendiri dan aku punya firasat Kein akan membuat Mousaku bersedih dan aku benar benar tak memiliki gambaran apakah Kein menyukai Mousa atau tidak karena ia selalu tenang, argghh aku benci sifat tenangnya yang berlebihan itu. Namun begitulah Mousa, selalu menyukai hal hal yang rumit.

Aku merasa Cam menulis  terlalu banyak tapi tak apa karena ia sahabat yang diam-diam kujadikan sahabat hanya karena aku bosan dengan kehidupan smp tanpa Kein. Sudah sebulan sejak aku menempati gedung four dan sejauh ini yang kutahu tentang teman sekelasku adalah mereka terdiri atas empat perempuan dan lima laki-laki selain Cam dan Kein. 

Ada Ignatius penghuni kamar nomor 8 yang berarti ia merupakan tetanggaku karena aku menghuni kamar nomor 7, berbadan jangkung dan kurus dengan kulit putih pucat yang langsung memerah jika ia berlari atau melakukan aktivitas fisik. Ia berteman baik dengan Kein padahal sejauh yang aku ketahui sulit untuk bisa dipercayai Kein menjadi temannya, sepertinya ia dulu berada di sekolah yang sama dengan Kein. Saat pertama kali melihat Ignatius aku langsung sadar bahwa ia konyol dan lucu, mungkin Kein berteman dengannya untuk mencari bahan tertawaan. Yang membuat Ignatius masuk ke Lit Academy adalah kemampuan programmingnya yang tak-perlu-kau-tanyakan dan otak fisikanya.

Kemudian ada Hera Polymnia penghuni kamar nomor 12 yang berada di pintu masuk lorong kamar sebelah kiri, dia adalah Goddess of Math. Badan Hera tergolong berisi dengan tinggi badan rata-rata perempuan seusianya, ia memiliki kulit sawo matang yang sepertinya dirawat dengan telaten. Hera berwajah lembut dan terkesan pemalu, berbanding terbalik dengan kepribadiannya yang bebas dan berani, ia benar benar tipe yang menghargai isi pikirannya dan mengeluarkan isi pikiran seperti ia mengeluarkan karbondioksida dari dalam tubuh secara otomatis, bayangkan Hera mengatakan bahwa ia menyukai Adonis secara terang-terangan di ruang kumpul asrama pada hari ketiga kami menempati tempat itu dan meninggalkan Adonis kebingungan menghadapi gadis yang setengah keturunan Irlandia itu. 

Adonis dalam mitologi yunani adalah dewa yang tampan namun jika kau melihat Adonis milik kami maka kau akan sadar bahwa impian orang tuanya sepertinya gagal dilaksanakan oleh nama itu karena bukannya tampan Adonis malah imut di luar jangkauan, bukan hal yang buruk memang namun jika kau melihatnya berjalan di ruang kumpul asrama dengan kacamata di wajah sambil mengenakan pajamas maka kau bisa salah mengira ia sebagai anak sekolah dasar yang tersesat, keahlian Adonis sebagai  profiler sangat tak sesuai dengan wajah polosnya dan Adonis menghuni kamar nomor 5. Ah satu lagi, Adonis adalah seorang otaku.

Minerva Erato penghuni kamar nomor 2, mantan atlet renang nasional sewaktu smp namun vakum selama satu tahun ini karena mengalami cedera, Erva bertubuh mungil jika dibandingkan dengan penghuni building four lain yang tingginya memang di atas rata-rata. Erva imut dan juga cantik, wajahnya yang mungil dihiasi bibir tipis dengan mata cokelat gelap. Ia terkenal di kalangan pria karena ramah, ramah disini bukan ramah wanita murahan tapi ramah seorang gadis baik, Erva adalah atlet kebanggan Lit Academy atau mungkin negara. 

Winston Rohn penghuni kamar nomor 3, hei aku harus mengatakan bahwa diantara semua pria yang ada aku paling menyukai Winston karena ia memiliki mulut jahat sepertiku, kami benar-benar cocok jika diajak bersarkasme bersama, Winston mengumpulkan banyak dark humor yang sering dia kirim ke grup chat building 4, yang kemudian akan disambut dengan penuh sukacita oleh kami semua. Mulut jahat yang ia miliki sangat bisa diandalkan sebab kemampuan berbicara Winston tergolong tiga teratas di building four setelah Aku dan Kein, jika ia merupakan bagian dari tiga terbaik di building four maka ia juga terbaik di Lit Academy, dan bila ia terbaik di Lit Academy berarti ia salah satu yang terbaik yang dimiliki negara ini. Winston selalu tahu bagaimana mempengaruhi orang menggunakan kata-kata. Winston yang eksentrik ini berbadan gemuk dan putih dengan pipi merona, saat sedang tidak mengenakan seragam Lit Academy yang hitam mempesona itu Winston selalu mengenakan pakaian-pakaian dengan style tabrak lari baik dari segi warna atau pun cara berpakaian, namun tak peduli semengerikan apa pun pakaian yang dikenakan Winston, ia akan selalu mengenakan sebuah scarf hitam yang sepertinya dirajut dengan lumayan baik. Ekspresi wajahnya benar-benar datar dan mulutnya jahat, namun karena mulut jahatnya tidak sesuai dengan kesan anak obesitas berorientasi gula yang ia miliki justru membuat kami semakin sering menertawai si jahat Winston.

Frida Saturn Melpomene penghuni kamar nomor 1, Frida adalah sebuah tragedi, ia merupakan korban kekerasan seksual pada usia tiga belas tahun dan ia menceritakan hal itu pada kami sewaktu pengenalan diri pada hari pertama tanpa menangis seakan ia sedang bercerita tentang masa kecil anak kebanyakan, seorang gadis berkulit hitam dengan senyum pahit di wajahnya, ia jelas sudah melewati banyak hal dibanding kami semua, Frida sendiri sangat menyukai hal-hal yang menyedihkan seperti cerita-cerita sarat penderitaan seakan ia mencoba menenggelamkan diri dalam kesedihan, namun di luar itu semua ia adalah wanita dengan pikiran yang kreatif, sangat teramat kreatif. Frida dipaksa dewasa sebelum saatnya, ia bahkan tak pernah berpikiran akan melanjutkan sekolah menengah atas, sewaktu ia menerima undangan Lit Academy di balik buku harian berwarna cokelat usang miliknya, ia akhirnya menangis.

Clio Hans penghuni kamar nomor 6 yang berada di pintu masuk lorong sebelah kanan, teman sekolah menengah pertamaku dulu namun hubunganku dengannya sewaktu smp biasa saja karena aku hanya berteman dengan Cam, namun aku sering mendengar namanya semasa duduk di bangku smp karena ia sering memenangkan perlombaan dalam bidang catur, basket, dan menyanyi. Hans terkenal pintar memainkan alat musik dan memiliki suara indah,  pernah sekali aku mendengar ia menyanyikan lagu “good bye” milik Air Supply di perpisahan angkatan atas sewaktu smp dan itu cukup membuatku tertarik. Hans terkenal di kalangan perempuan bahkan senior perempuan dari grade C datang ke gedung kami hanya untuk sekedar berbasa basi mengajak Hans ke farewell night mereka dengan alasan menyuruh Hans menyanyi untuk mengisi acara. Hans tampan dengan garis wajah sempurna, senyum manis, ditambah dengan mata cokelat yang besar, tubuh tinggi atletik, dan berjiwa seni, wajar banyak yang menyukainya. Cam bilang Hans menyukaiku dengan alasan Hans sering menatapku, entah darimana argumen konyol ini bisa muncul di kepala Cameliaku. 

Shania Caliope menghuni kamar nomor 11, seorang jenius dunia seni, lukisannya benar-benar indah, pemikirannya tentang seni pun benar benar indah, ia pernah mempresentasikan pendapatnya tentang sebuah lukisan karya Frida Kahlo istri dari Diego Rivera dengan sangat hebat seakan karya itu adalah miliknya dan ia paham betul arti dari setiap goresan yang ada. Shania berteman dekan dengan Frida atau lebih tepatnya ia yang memaksa masuk ke dunia sepi Frida, ia seakan ingin menolong Frida malang kami. Shania berbadan mungil dengan kulit kuning langsat yang terawat, ia memiliki wajah ramah yang sesuai dengan kepribadian bunglonnya, ia bisa beradaptasi dengan cepat dalam tiap ruang lingkup yang ada. Di ruang kumpul asrama ada sebuah pojok lukis milik Shania yang entah sejak kapan sudah berada di sana dan kami menikmatinya karena seni yang ia ciptakan melalui  goresan jari-jari mungilnya mempesona.

Shane yang menghuni kamar nomor 10, astronom Lit Academy yang diyakini akan menggantikan posisi senior Glass yang sudah lulus dan mendalami astronomi ilmu keplanetan. Shane adalah pria yang lembut dengan tingkat sopan santun tinggi terhdap wanita, ia terlihat seperti pria perancis yang menghargai wanita secara keseluruhan namun membungkusnya dengan tidak membosankan. karena percayalah, pria yang bersikap baik pada semua perempuan dalam artian harafiah adalah pria yang sangat membosankan. Shane kami yang polos ini benar-benar menjadi bahan tertawaan kami karena kepolosannya serta jalan pikiran transparan yang ia miliki. kau bisa menebak isi pikiran Shane tanpa harus bepikir banyak. Badan Shane merupakan yang paling mungil di antara laki-laki building four, sebenarnya badan Shane tidaklah kecil hanya saja anak laki-laki lain di atas rata-rata. Kacamata tebal yang selalu menggantung di wajah Shane dan seakan bisa jatuh kapan saja itu merupakan ciri khas Shane polos kami yang tentu saja tanpa kacamata itu ia akan buta.

Cam menghuni kamar nomor 9 yang masih berada satu baris dengan kamarku, Cam sangat ahli dalam hal interpersonal atau membangun hubungan dengan orang lain, ia mampu memahami perasaan orang lain dan membangun chemistry, pandai dalam menempatkan diri sebagai orang lain sehingga lawan bicaranya sering merasa dimengeti, sebagai contoh, ia mampu masuk ke dalam lingkaran yang kubuat. Kemampuan yang dibutuhkan untuk menggali informasi sebanyak mungkin atas dasar "rasa percaya". Cam si beruang idiotku ini berkepribadian sinting dan realistis, ia sering kali mengurangi tekanan yang ada di sekitar tanpa kami sadari, Cam itu seperti.....lentera menurutku. Dan tepat di depan kamar Cam idiotku adalah kamar nomor 4 yang dihuni oleh Kein, ia memiliki banyak kelebihan jadi aku lumayan bingung ia masuk ke Lit Academy karena kemampuan yang mana, programming, speaking, profiler, atau sains. 

Jadi pada intinya aku akan berada satu rumah dengan mereka dari hari Senin hingga Jumat karena pada hari Sabtu pagi kami sudah diperbolehkan untuk meninggalkan Lit Academy dan pulang ke rumah masing-masing. Kegiatan belajar di Lit Academy berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 17.00 dengan catatan waktu istirahat selama 2 jam pada pukul 12.00 hingga 14.00, waktu istirahat yang panjang ditambah kelas yang hanya berbeda satu lantai dengan kamar menjadi penyebab kami bisa naik ke lantai tiga building four untuk tidur di kamar masing-masing. 

Di building ini kami semua benar-benar bebas, tidak ada pembedaan kelompok kamar antara pria dan wanita, terdapat ruang kumpul asrama yang berada di depan lorong kamar para siswa, bahkan disediakan sebuah tempat tidur king size, kami tidak diawasi oleh siapa pun, tanpa kamera pengawas, tanpa guru pengawas, atau pun pengawas-pengawas  lainnya. Namun dengan segala kebebasan itu Lit Academy tidak pernah sekalipun menerima undangan pernikahan dari siswa yang MBA (married by accident) ataupun “kecelakaan” lainnya, tahu mengapa? Karena sekolah ini berisi manusia manusia dengan tingkat kesadaran tinggi yang berpikiran bahwa,

“Menikah itu sulit tahu”

“Aku masih ingin bebas”

“Menikah itu menambah beban yang tak diperlukan dalam kehidupan”

“Membesarkan seorang anak hingga memiliki kepribadian yang baik bukanlah hal mudah”

“Siapa yang mengatakan menikah itu diperlukan?”

“Aku tidak mau menikah dan memikirkan banyak hal terkait istri dan anak yang seharusnya bisa kuhindari” 

“Menikah bahkan tidak masuk ke dalam 100 prioritasku”

sedangkan alasanku adalah “Sulit mencari pria yang bisa membuatku berniat untuk hidup bersamanya”. 

Sejak berada di building four aku semakin sering bertemu Kein dan aku senang, sebenarnya orangtuaku dan orangtua Kein bersahabat sejak SMA, orangtua kami bekerjasama membuka sebuah bisnis yang kami tidak tahu pasti bisnis apa tapi nampaknya menguntungkan. Mumnya Kein dan Mumku selalu berkata bahwa kami akan sangat cocok jika menikah, aku memang menyukai Kein tapi aku tak suka jika dibuat seperti tak punya pilihan. Orangtua Kein dan orangtuaku sangat sibuk, puncak sibuknya mereka justrus jatuh pada weekend saat kami pulang dari Lit Academy yang sering membuat Kein datang ke rumahku bersama adiknya untuk sekedar bermain atau aku yang bermain ke rumah mereka karena well kami kesepian. Kein memiliki dua saudara dibawahnya,  Irene yang berusia 10 tahun namun terkesan dewasa, Irene berbeda dua tahun dengan Kein dan berbeda lima tahun dariku, namun aku merasa nyambung saat berbicara mengenai hal hal yang tak umum dengan Irene, mungkin karena ia mirip Kein. Sedangkan adik kecil Kein adalah Maxwell yang lucu dan masih berusia sekitar empat tahun. Setiap akhir minggu aku selalu pulang bersama Kein karena ia membawa mobil dan Mumnya menyuruh untuk membawaku, semua berjalan seperti biasa selama sebulan pertama di Lit Academy, Kein mengantarku pulang, setiap weekend kami pergi ke toko buku bersama dan mencari cari di deretan novel misteri, bermain catur bersama dan bahkan Kein sering tertidur di kamarku saat kami sibuk membaca. Terkadang aku berpikir bahwa Kein tahu aku menyukainya. 

Minggu pagi, aku masih tergeletak di atas tempat tidur mengenakan night dress berwarna putih, aku sudah membuka mata sejak 23 menit yang lalu, tapi tak memiliki kekuatan untuk beranjak, hingga Kein datang dan melihatku lalu mendecakkan lidah 

"Mousa, pose tidur udangmu itu sudah saatnya untuk dihentikan" 

Ocehannya berhasil membuatku menggerakkan kepala 30 derajat untuk melihatnya sambil mendengus kesal. Kein lalu tepat berada di samping tempat tidurku dan tanpa aba-aba langsung menggelitik pinggangku sambil terus tertawa melihatku yang menggeliat dan sekarang lebih mirip ulat daripada udang. Kami bergelut di atas tempat tidur sambil tertawa hingga Kein kelelahan dan melepaskan tangannya dariku, sambil masih mengatur kembali nafasnya ia berbaring di sebelahku lalu bertanya tentang tugas dari Mr. Puff

“Mous, hewan pilihanmu apa?”

"Lion, like always" jawabku sambil mengatur napas

Aku lalu beranjak mandi dan meninggalkan Kein yang mengajakku untuk menonton sebuah film roman sejarah karena ia bilang sejarahnya jadi terlihat lebih jelas jika ditonton karena ia yakin dengan kualitas produser film tersebut. Aku kembali ke kamar dalam waktu 20 menit dan sudah mengganti night dress dengan kaus putih polos dan celana  pendek berwarna cokelat

“Kein, ayo mulai”

“Apa?”

“Tapi kau datang ke sini karena ingin menonton” jelasku 

“Ah, aku lupa” 

Setiap adegan dalam film itu diambil dengan sangat apik. Selama menonton aku dan Kein hanya berbicara sekali saat Kein bertanya apakah pria itu tidak terlalu bodoh untuk meninggalkan segalanya hanya untuk perempuan imigran ilegal, yang kujawab dengan persetujuan sebab menurutku si pria sudah muak akibat keributan perang, mungkin yang ingin ia tinggalkan adalah perang, tapi meninggalkan perang berarti meninggalkan segala-galanya.

Sorenya setelah menonton film roman sejarah yang berakhir menyedihkan itu, kami kembali ke Lit Academy. Sebenarnya kami bisa saja berangkat esok pagi pukul 7 hingga bisa sampai sebelum kelas dimulai, tapi seperti ini rasanya lebih baik. Di asrama building four ada 2 orang yang tidak pernah pergi meninggalkan Lit Academy, Frida dan Ignatius. Aku tak mau bertanya mengenai alasan mereka tidak pernah pulang menju rumah keluarga mereka, menurutku itu tak baik untuk ditanyakan. Saat aku dan Kein sampai di lantai tiga building four, ruang kumpul asrama tampak kosong, sepertinya Frida dan Ignatius sedang berada di kamar mereka masing-masing

Hari ini di minggu ketiga di Lit Academy kami memiliki tugas dari Mr. Puff untuk mempresentasikan satu hewan yang kami anggap menarik dan menjelaskan alasannya, tugas yang sederhana namun membuat berpikir dan semakin berbeda jika diberikan kepada mereka yang “berpikir”. Yang pertama maju adalah Winston si mulut jahat, ia menampilkan gambar gagak hitam, yang membuatku tak tahan untuk berbisik kepada Cam yang duduk di sebelahku 

“Mengapa Winston menunjukkan simbol dirinya?” yang diabaikan oleh Cam karena ia mulai terpesona dengan kemampuan berbicara Winston. 

“Gagak dianggap sebagai lambang kemalangan atau kesialan karena identik dengan warna hitam, namun hitam juga bisa berarti rahasia dan menutup diri dan itu merupakan sifat paling hebat yang bisa kau miliki karena membuat dirimu menjadi samar dan tak  terbaca, yang berarti menjadi ‘tak terganggu’. Dan orang mungkin tak tahu jika gagak merupakan hewan peliharaan Apollo sang dewa matahari dalam mitologi Yunani, sesuatu yang menjadi dewa atas hal paling bersinar dan memilih seekor hewan yang identik dengan kegelapan sebagai peliharaan. Gagak juga selalu menyukai  benda yang berkilauan, itulah mengapa gagak menarik. Mereka hitam dan samar, namun mereka tetap bisa membedakan mana hal yang menarik untuk dibawa pulang menuju sarang mereka yang ‘tak terganggu’”. Winston mengakhiri presentasinya yang  tak diiringi dengan tepuk tangan karena menjadi mengagumkan adalah hal yang biasa di Lit Academy.

Presentasi dilanjutkan oleh Hans, inti dari presentasi Hans adalah bahwa ia memiliki anggapan bahwa kelinci mungkin terkesan feminin bagi kebanyakan orang, namun ia menyukai hewan dengan telinga panjang itu karena sifat sensitifnya yang seringkali membuatnya stres hingga mati, menurut Kein sifat sensitif kelinci menarik. Ia mengatakan itu sambil menatapku yang membuatku menjadi sorotan, Mr.Puff menatapku selama Hans menyampaikan presentasi “Kelinci Sensitif” miliknya itu. Kemudian Frida maju dan ia mengatakan bahwa ia menyukai kijang yang dimangsa seekor singa, kami bingung karena tugas ini hanya membahas seekor hewan dan seharusnya Frida hanya perlu mengatakan kijang namun ia terlalu spesifik dan sepertinya ia mengerti akan kebingungan kami 

“Kijang yang dimangsa seekor singa disini menjelaskan bahwa Kijang akan selalu menjadi mangsa, dalam hal ini aku hanya mengambil singa sebagai pemansga utama. Mau hidup bagaimanapun atau seperti apapun kijang akan tetap menjadi mangsa seekor singa tak peduli jika itu anak kijang, induk kijang, kijang betina, ataupun kijang jantan. Gender, usia, ukuran, dan warna tidak bisa merubah kodrat seekor kijang untuk dimangsa. Itu kodratnya untuk dikejar dan melarikan diri, seperti beberapa manusia yang ada di dunia ini, hidup untuk dimangsa dan melarikan diri dari ‘singa’, namun tak ada yang menghentikan hal ini, tak ada yang menghentikan singa untuk memangsa kijang, kenapa? Karena begitulah cara kerjanya, begitulah cara kerja untuk menjaga ekosistem tetap seimbang sama seperti yang terjadi pada kijang manusia, harus ada beberapa kijang manusia untuk dimangsa oleh para singa manusia yang tak perlu kau hentikan karena begitulah cara kerjanya agar dunia ini seimbang.” tutup Frida yang seperti biasa selalu menyukai hal-hal yang sedih dan menyesakkan.

  Presentasi ditutup oleh presentasi singa milikku 

“Singa itu mempesona, tenang, dan tak banyak melakukan gerakan tak berarti. Mereka disebut sebagai “King of the Jungle” padahal kenyataannya singa bahkan tidak tidak tinggal di hutan melainkan memiliki padang pasir sebagai habitat asli, bahkan di ‘Rumah’ hewan lain ia dianggap raja. Aku bertanya-tanya, karena singa kuatkah maka ia menjadi karnivora atau karena ia karnivora maka ia menjadi kuat? Kemudian aku sadar jawabannya bukanlah keduanya, karena ia karnivora maka ia harus kuat, bukan karena kuat lantas menjadi karnivora atau karena karnivora lantas menjadi kuat,. Tapi karena ia harus kuat”. 

Mr. Puff yang berperawakan bulat dan tinggi itu akhirnya memberi komentar atau lebih tepatnya menggoda Hans, aku, dan Frida. Setelah presentasi terakhir selama tiga menit ia hanya menatap ke luar jendela.

“Hans, kau pikir kau menyukai seekor kelinci sensitif tapi ternyata itu adalah seekor singa kuat dan kau harus sadar bahwa singa bahkan tak melihat kelinci kecil sebagai mangsanya karena ia lebih suka mengejar kijang milik Frida” Mr. Puff mengucapkannya sambil memberikan kedipan nakal ke Hans yang membuatku tak sanggup menahan tawa. 

Kein menemaniku membaca mitologi yunani di ruang kumpul asrama malam ini, kemudian Hans si kelinci sensitif datang dan tersenyum kepada kami atau mungkin kepadaku saja karena ia bahkan tak menatap  Kein.  Aku membalas senyumnya dengan anggukan kecil karena aku tak terbiasa tersenyum kepada orang lain. Kemudian penghuni asrama yang lain datang dan dimulailah panggung lelucon Ignatius malam itu, ia sibuk menjahili Shane yang polos namun Winston si mulut jahat berada disana untuk mengacaukan panggung komedi Ignatius karena komentar jahat Winston lebih lucu walaupun dari awal ia tak berniat untuk melucu sama sekali. Sambil tertawa, sesekali aku melihat Kein menatap Hera, aku tak tahu Kein dekat dengan Hera atau mungkin ia menyukainya karena Kein tidak pernah menceritakan tentang perempuan atau tipe perempuan yang ia sukai kepadaku.

Keesokan harinya kami sudah sibuk berkutat dengan susunan kodon dan melanjutkannya dengan membuat puisi berdasarkan tema yang ditentukan oleh Ms. Gillian yang terkenal dengan spontanitasnya.  

“Frida, buat puisi berdasarkan ini” ucap Ms. Gillian sambil mengeluarkan penghapus dari dalam kotak pensilku

“Shania, tema puisimu lantai yang menjadi tempatmu berpijak sekarang”  

“Kein, kau buat puisi tentang dia” Ms. Gillian mengarahkan jarinya pada Ignatius, tugas milik Kein akan sangat sulit menurutku

Kami semua kedapatan bagian membuat puisi dari barang atau hal apa pun yang ditunjuk oleh Ms. Gillian kepada kami, dan aku mendapatkan kaus kaki sebagai tema, great.

Ms. Gillian memberikan tugas untuk membuat puisi tambahan, Kein dan Cam datang ke kamarku malamnya karena mereka tahu bahwa aku menyukai hal yang satu ini.

“Mous, pinjam buku puisimu, aku butuh inspirasi” pinta Cam

Kein langsung duduk di sebelahku yang berbaring dengan rambut terurai, aku mengambil ikat rambut dan saat akan mengikat rambutku, kuku jari telunjukku yang cukup panjang menggores leher belakangku hingga aku meringis pelan

“Astaga Mousa, aku sudah menyuruhmu menggunting kuku itu sejak tiga hari lalu. Aku tahu jarimu semakin cantik saat kukunya panjang, namun kau tak perlu terlihat cantik untuk siapa pun di building four” Cam mengomel sambil bangkit untuk mencari gunting kuku di mejaku

Kein tanpa ada peringatan sudah memegangi rambutku dan mengoleskan obat yang ia ambil dari kotak P3K pada goresannya agar cepat mengering. Tapi permasalahannya adalah, Kein menyentuh rambut dan leherku di atas tempat tidur, jika Cam tak ada maka aku tak tahu seberapa canggung hal ini jadinya.

“Lukanya cukup panjang, Mous. Lagipula untuk apa kau memanjangkan kuku?” Kein masih menyentuh leherku lalu beralih ke rambut dan membuka ikatannya

“Kenapa kau buka Kein?” protesku

Kein kemudian merapikan lagi rambutku, mengumpulkannya jadi satu lalu mengikatnya cukup tinggi hingga membentuk “bun” 

“Ah, supaya rambutnya nggak menyentuh luka yang sudah diolesi obat” gumamku. Aku tak bisa berpikir jernih jika Kein menyentuh rambut dan leherku di atas tempat tidur

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Universe 1
3513      1171     3     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Unthinkable
11409      1848     6     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
CAFE POJOK
3198      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Toget(her)
1269      591     4     
Romance
Cinta memang "segalanya" dan segalanya adalah tentang cinta. Khanza yang ceria menjadi murung karena cinta. Namun terus berusaha memperbaiki diri dengan cinta untuk menemukan cinta baru yang benar-benar cinta dan memeluknya dengan penuh cinta. Karena cinta pula, kisah-kisah cinta Khanza terus mengalir dengan cinta-cinta. Selamat menyelami CINTA
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...