Read More >>"> Awesome Me (2. Scars) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Awesome Me
MENU
About Us  

Scars

 

Hari Rabu hingga Kamis minggu ini kami habiskan dengan tumpukan laporan observasi tingkah laku manusia yang harus dilakukan oleh tiap penghuni building four, objeknya adalah kami sendiri para penghuni building four dengan rasionalisasi kami berjumlah 12 dan berada dalam building yang sama sehingga mudah untuk memantau satu sama lain.Aku mendapatkan Hera sebagai objek observasi tingkah laku manusia, dan aku menjadi objek Winston si mulut jahat. Tugas ini diberikan pada hari pertama kami memasuki Lit Academy, dan dalam dua hari ini kami akan memberikan laporan tingkah laku individu-individu yang menghuni building four 

“Aku yakin sekarang kalian sudah memahami objek observasi kalian dengan sangat baik, malah kemungkinan besar kalian sudah menemukan kelemahan atau sisi gelap dari objek kalian masing masing. Sebelum mempresentasikan laporan, aku ingin memberitahu bahwa tujuan dari observasi ini adalah agar kalian bisa mengenal setiap individu yang ada di sini hingga “luka-luka” tak terlihat yang menghiasi kulit mereka, kalian tak perlu takut menunjukan bekas luka kalian, percayalah Nak, kita semua terluka dan itu bukti bahwa kita nyata. Aku harap kalian semua menyampaikan laporan dengan jujur tanpa menutupi apa pun, karena jika memang objek yang kalian observasi tidak ingin “luka” miliknya diketahui ia tak mungkin memberimu celah untuk mengetahuinya sebab kalian semua tahu bahwa kalian sedang diobservasi, sehingga ada kemungkinan ia sengaja menunjukannya padamu sebagai permintaan tolong. Laporkanlah dengan jujur, tunjukan “luka-luka” itu dan kita akan mengobatinya bersama-sama selama tiga tahun ke depan di building ini. Karena kalian akan menjadi penopang negeri ini, kemungkinan untuk luka kalian bertambah banyak dan lebar akan semakin besar. Maka di sinilah aku hari ini menghabiskan waktuku mengajari kalian untuk mengobati luka yang tak terlihat itu.” tutup Mr. Puff dengan wajah merona merah miliknya yang kali ini terlihat serius.

Yang pertama kali maju adalah Frida, ia mengobservasi tingkah laku Camelia mungilku. 

Laporan Frida yang dibuat dalam bentuk tabel-tabel sangat lengkap mengenai perilaku Cam, tak ada yang aneh pada hasil observasi tingkah laku Cam dan Frida mengatakan bahwa itu mungkin karena kemampuan interpersonal Cam yang membuatnya sulit untuk menggali lebih dalam diri Cam, aku tak heran sebab Cam memang bukan objek yang mudah untuk tugas ini. Namun Frida hebat karena ia bisa menyadari beberapa hal seperti kenyataan bahwa Cam terobsesi pada beruang dan sepertinya ia memiliki permasalahan dengan kepercayaan terhadap orang lain, hal yang lucu sebab Cam adalah orang yang mencari informasi dengan membangun rasa percaya orang lain terhadap dirinya. Cam yang duduk di sampingku tersenyum simpul tapi ntah mengapa aku juga mendapati kesan lega tergambar sejenak di wajah mungilnya.

“Camelia, bagaimana menurutmu?” tanya Mr. Puff sambil melihat pola makan Cam di tabel laporan Frida dan mengatakan bahwa kebiasaan makan pukul dua dini hari bukanlah hobi yang bagus.

“Saya memang memiliki obsesi terhadap beruang Sir, tapi saya tidak tahu bagaimana Frida mengetahuinya padahal saya tidak membawa satu pun boneka beruang saya ke sini dan tak pernah membahas hewan lucu itu bahkan saat presentasi hewan yang anda berikan Senin lalu. Kamu hebat Frida” komentar Cam sambil mengacungkan jempolnya dan berkedip nakal

“Camelia, sepertinya kamu cekatan dalam menyembunyikan luka dan kontrol diri. Dari ekspresimu sejenak setelah presentasi Frida, aku tahu bahwa kau juga terluka, tapi sepertinya kau memang tak ingin orang mengetahuinya. Jika kelak kau ingin bercerita, kau boleh datang padaku, aku akan mendengarkan dan kau tak perlu takut aku akan memberitahu orang lain, aku tak akan mengingat apa yang kau katakan, sebab aku bahkan tak mengingat menu sarapanku tadi pagi. Aku orang yang tepat untuk menjadi wadah bagi mereka yang ingin bercerita namun tak percaya” komentar Mr. Puff sambil tetap melihat ke luar jendela dan terkekeh-kekeh. 

Kudapati Cam tersenyum kepada Mr. Puff, senyum yang sedih dan sekali lagi, lega.

Selanjutnya adalah Kein, ia mengobservasi atlet kebanggan Lit Academy, Minerva Erato. Laporan Kein benar-benar sempurna, aku tak mendapati celah di sana, catatan tentang kebiasaan Erva dicatat dengan detail, analisa yang diberikan juga sangat rasional dan berakhir dengan beberapa hasil tak terduga.

Siapa yang menyangka jika ternyata Erva memiliki phobia terhadap air tergenang?! Seorang atlet renang setaraf Erva membuat kami menggeleng-gelengkan kepala, kami mengakui kehebatan Kein yang memperhatikan Erva hingga sampai ke titik genangan air yang ia hindari, orang mungkin akan menganggap Erva menghindari genangan air karena takut terkena cipratan, tapi si Kein sinting itu bisa membuat analisa lain. Setelah itu kami juga mengetahui bahwa Erva ternyata mengkonsumsi antidepresan yang sepertinya disebabkan oleh tekanan sewaktu mengalami cedera, beruntung ia sudah mulai sembuh, baik dari cedera fisik atau pun depresi. Selain itu Kein juga berhasil menyadari bahwa Erva adalah penderita OCD. Kami pikir ia hanyalah perenang perfeksionis sebab ia begitu menekuni bakatnya, sebab aku sendiri menyadari sikap perfeksionisnya itu hanya saat ia berada di area kolam dan berenang, tidak pada saat-saat lain.

“Bagaimana Erva? Apakah laporan Kein bisa dipercayai?”

“Saya lumayan terkesan saat melihat hasil laporan itu Sir, saya tahu Kein cerdas, tapi saya rasa kemampuan saya untuk mengendalikan diri dan mengontrol emosi juga tidak bisa dianggap remeh. Phobia terhadap air tergenang memang tergolong mudah saya hindari karena saat di kolam renang saya cukup dengan tak melihatnya dan juga dengan tidak keluar di saat hujan turun. Untuk konsumsi antidepresan juga benar, tapi terakhir kali saya mengkonsumsinya adalah bulan lalu dan lagi Kein benar itu disebabkan oleh tekanan dari cedera yang saya alami karena bagaimana pun juga badan adalah aset bagi atlet seperti saya. Dan mengenai OCD adalah yang paling mengesankan sebab saya sudah berlatih selama tiga tahun untuk mengontrol emosi dan pikiran saat berada di arena lain selain kolam renang mengenai OCD yang saya derita, dan tidak akan mudah untuk mengetahuinya sebab saya sangat ahli dalam penguasaan diri. Saya tidak tahu bagaimana Kein menyadarinya, tapi ia hebat” tutup Erva sambil memandangi detail laporan Kein di layar infokus.

Kein hanya berdiri dengan wajah datar seakan rentetan pujian dari wanita cantik yang percaya diri itu bukanlah hal besar.

“Erva, sepertinya kau sudah mulai sembuh dari depresimu, dan mengenai phobia milikmu, kau hebat bisa mengatasinya di saat profesimu akrab dengan ketakutan terbesarmu. Sepertinya aku tak perlu memberi banyak masukan karena kau tahu dengan baik cara mengatasi masalah” komentar Mr. Puff sambil berjalan menuju meja Winston, kali ini giliranku.

Menjadi objek si eksentrik Winston bukanlah hal mudah karena selain wajah datar yang sulit dimengerti itu, aku juga tergolong akrab dengan Winston si mulut jahat. Aku berharap ia tak mengetahui banyak hal.

Hasil laporan Winston sangat sederhana tapi cukup jelas. 

“Saat mengetahui bahwa Mousa adalah objek observasiku, aku tahu ini akan menjadi tugas yang berat, karena aku harus memahami seorang perempuan yang selalu menyembunyikan diri di dalam cangkangnya. Victoria Mousa Enola, kau menyusahkan”

Aku menatap Winston dengan waspada karena ia belum sampai pada akhir presentasinya dan kau tak tahu apa saja yang diketahui oleh lelaki eksentrik berwajah datar itu.

“Aku hampir berpikiran untuk mengunjungi Mousa ke rumahnya saat weekend untuk mempelajarinya lebih dekat. Ia benar-benar tenang dan hampir tak menunjukkan emosi, kecuali saat bersama orang terdekatnya seperti Kein dan Camelia. Jadi aku mencoba mengerti dirinya dan menjadi pribadi yang kemungkinan besar akan disukai oleh perempuan seperti Mousa, minggu pertama di Lit Academy aku langsung mengetahui bahwa ia sarkastik, dan aku bersyukur sebab aku menempati posisi sarkastik di atas rata-rata”

Kali ini kewaspadaanku goyah dan aku tertawa kecil bersama seisi kelas lainnya

Winston lalu melanjutkan presentasinya dengan membuka slide-slide di penghujung laporan, “Mousa memiliki phobia terhadap badut, aku mengetahui ini saat weekend bulan lalu kita mengadakan kunjungan ke panti asuhan yang tak jauh dari sana diadakan grand opening sebuah toko pakaian anak, ada beberapa badut yang bermain di depan pintu toko dan kudapati Mousa tak ada di antara kita yang berjalan bersama, awalnya kupikir ia pergi ke toilet tapi aku tak menemukan sepatunya di depan panti yang berarti ia juga telah pergi, lalu aku melihat Cam sedang memeluk Mousa di balik pohon rindang di sebelah panti. Sekembalinya Mousa dan Cam menuju rombongan aku menyadari wajahnya memerah dan ada ketakutan di sana, memang ada banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang ketakutan sampai wajah memerah, namun saat menyadari Mousa selalu berlindung di balik Cam yang sibuk menutupi pandangan Mousa dari toko baju yang kita lewati, aku menyadari penyebabnya berada di sana. Badut lebih mencolok daripada pakaian anak dan para pegawai toko yang berdiri di sana” 

“Bagaimana Mousa, apakah kau benar-benar menderita coulrophobia?” tanya Mr. Puff sambil duduk di lantai ruangan kelas dan menggunting kuku jari tangannya

“Benar Sir, sebenarnya saya tak suka membicarakan ini tapi Winston benar”

“Kau bisa menyangkalnya Mousa, ia hanya berpendapat. Saya yakin itu mudah bagimu untuk memberi alasan”

“Tapi saya tak ingin menyangkalnya, Sir”

“Kenapa? Karena kau butuh pertolongan?”

“Mungkin, Sir” jawabku sambil memainkan ujung rok  di bawah meja

“Mousa, phobia akan kau ketahui penyebabnya jika kau berani melihat ke belakang dan mencari di mana semua itu dimulai. Kau tidak terlahir dengan coulrophobia, ada yang membuatmu seperti itu dan kau tak tahu apa itu, dan kalau pun kau tahu, kau sudah pasti takut menghadapinya. Jadi, hadapilah, Nak” 

Aku tak mengetahui kenapa aku takut pada badut, memikirkannya saja sudah membuatku merinding, bagaimana bisa aku mencaritahunya dalam pikiranku yang tak terduga ini.

Winston belum selesai, ia ternyata juga mengetahui bahwa aku seorang melancholist. Ia menjelaskan bahwa ia hampir berkesimpulan bahwa aku mengidap depresi, tapi kemudian ia meneliti ulang dan memahami tingkah lakuku, ia semakin yakin aku adalah seorang melancholist setelah membaca beberapa puisiku, seorang melancholist memang memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi itulah mengapa Winston hampir salah membuat kesimpulan.

Presentasi untuk hari Rabu yang panjang ini dilanjutkan oleh Hera yang mendapatkan Winston sebagai objeknya dan Erva yang mencoba memahami seorang Frida.

Hera sang goddess of math building four bisa memahami beberapa hal menarik dari tingkah laku seorang Winston, ia mengungkapkan kepada seisi kelas bahwa Winston adalah anggota “Heaven Choir” yang fenomenal itu, Heaven Choir adalah sebuah kelompok paduan suara yang sangat terkenal, mereka sering mengunggah nyanyian mereka di internet dalam bentuk video blank yang tidak menampilkan apa pun selain suara dan subtitle, tidak ada yang tahu persis berapa jumlah anggota mereka atau bagaimana rupanya, jika malaikat surga benar-benar ada dan bisa bernyanyi, maka Heaven Choir kemungkinan besar adalah malaikat-malaikat itu. Hera mengetahuinya berkat jerih payahnya mengikuti Winston selama dua bulan, kami tahu bahwa gadis dengan kulit sawo matang yang mengkilat itu adalah seorang pemberani, tapi kami tak tahu ia berani mengikuti Winston si mulut jahat dan hebatnya lagi ia tak ketahuan. Dan untuk pertama kalinya kudapati ekspresi di wajah datar Winston, ia kaget.

Belum selesai dengan kenyataan bahwa Winston adalah seseorang dengan suara malaikat, Erva melanjutkan presentasi dan menyatakan dengan berat hati bahwasanya berdasarkan observasi tingkah laku terhadap Frida ia menemukan fakta bahwa objek observasinya itu sedang mengandung. Kali ini kami semua melupakan suara malaikat Winston dan terperangah setengah tak percaya, tapi hasil pengamatan Erva benar-benar meyakinkan, Frida tidak mengalami menstruasinya selama dua bulan terakhir, Frida juga sering meninggalkan kelas karena mengalami kram perut belakangan ini, Frida juga sering mengenakan pakaian tipis di asrama dengan alasan kepanasan padahal hujan deras sering mengguyur Lit Academy, ciri-ciri yang mengarah kepada wanita yang sedang mengandung, dan yang paling penting adalah Frida yang tak menyangkal apa pun.

“Frida, bagaimana?” tanya Mr. Puff yang kali ini sudah berdiri di dekat Winston sambil menatap hasil observasi milik Erva

“Benar, Sir”

“Bagaimana menurut kalian?” kali ini Mr. Puff melemparkan pertanyaan pada kami

Winston dengan santainya menjawab, “Kenapa memangnya jika ia mengandung? Ia masih bagian dari building four, seingatku tak ada peraturan yang menyatakan bahwa siswi atau siswa di sini tak boleh memiliki anak, Sir”

“Dan lagi, yang terpenting adalah tugasnya sebagai siswi Lit Academy. Jika ia bisa menjalankan tugasnya dan aktivitas sekolah tak terganggu, maka yang lain tak jadi masalah” timpal Shania 

“Dan saya rasa tidak mungkin pihak Lit Academy tidak mengetahui perihal Frida yang tengah mengandung sebab setelah menerima invitation card kami melalui tes kesehatan, ditambah lagi pihak Lit Academy juga sudah mengamati kami selama diam-diam sebelum mengirim invitation card, jadi besar kemungkinan pihak Lit Academy mengetahui hal ini” tambah Kein dengan kedua tangan dilipat di belakang kepalanya.

Mr. Puff tertawa dan berkata bahwa kami benar-benar anak pilihan, ia bilang cara kami memandang hal yang sering dianggap tabu oleh kebanyakan masyarakat di negara ini membuatnya sangat senang. Ia senang bahwa masih ada manusia yang tak menganggap nilai manusia lainnya berkurang karena masyarakat menganggapnya bersalah.

“Kalian tidak menanyakan Frida apa pun terkait kandungannya, berapa usianya, kapan ia menyadarinya, atau siapa ayah kandung dari anaknya. Kalian tak mengurangi nilainya sebagai manusia karena mengandung di luar hubungan pernikahan, di saat masyarakat lain menganggap itu adalah sebuah dosa besar dan ia seorang yang hina. Pandangan masyarakat yang seperti itu sudah menjadi nilai dan budaya, dan jujur hal itu menyedihkan” Jelas Mr. Puff

Presentasi hari Rabu yang panjang ini diakhiri dengan presentasi milik Adonis yang mendapatkan Shane sebagai objek, tak banyak yang dapat ia bahas sebab isi kepala Shane transparan bagi kami semua dan tak banyak hal yang tak kami ketahui selain kenyataan bahwa Shane suka tidur berjalan.

Hari Rabu yang melelahkan dan penuh dengan kejutan itu membuat kami kelelahan dan berakhir di kamar masing-masing, memikirikan apa saja yang baru kami dengar, sebagian merasa lega karena tugas presentasinya sudah selesai dan sebagian lagi lega karena hasil observasi mengenai dirinya sudah dilaporkan.

Pukul tujuh malam aku keluar dari kamar menuju ruang kumpul asrama dengan mengenakan pakaian tidur berwarna putih, kudapati anak-anak sedang memaksa Winston untuk bernyanyi.

“Winston, lebih baik kau bersuara sebelum aku memberi tahu dunia bahwa aku mengenal salah satu anggota Heaven Choir” ancam Shane kami dengan wajah polos. 

“Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya padamu Winston, siapa yang memberi nama Heaven Choir? Itu norak” tanya Shania tanpa penyesalan.

“Aku setuju untuk yang satu itu. Heaven sucks, aku ingin mendengar paduan suara dari neraka” timpal Frida kami yang sedang duduk di tepi tempat tidur dan tengah mengandung.

Winston akhirnya menyanyi setelah kami ancam dan hina habis-habisan nama paduan suaranya. Suaranya? Kami memiliki malaikat di building four.

Karena terlalu lelah, aku kembali ke kamar paling awal. Saat aku meninggalkan ruang kumpul asrama anak-anak yang lain sedang menertawakan panggung komedi Ignatius bersama Winston dan Shane

Esoknya adalah Hari Kamis, hari terakhir laporan observasi tingkah laku. Aku tak tahu hal apa yang menuunggu untuk dilaporkan dalam beberapa jam ke depan. 

“Kalian siap untuk hari ini?” tanya Mr. Puff saat baru kaki kirinya yang melangkah masuk ke dalam kelas.

“Siap, Sir” jawab kami serentak.

“Shania, tampilkan hasil laporanmu” Mr. Puff tak membuang-buang waktu.

Shania maju dan menampilkan hasil pengamatannya terhadap Hans, kami mendapati laporan yang sempurna dan pola hidup yang sangat teratur dari seorang Hans. Laporan Shania berbeda dengan laporan pada umumnya ditambah dengan beberapa gambar lukisannya pada beberapa slide. Tak ada yang mengomentari bahwa laporannya salah karena tidak sama seperti laporan pada umumnya, sebab inti dari sebuah laporan adalah melaporkan, jika pendengar mengerti apa yang ingin ia sampaikan, maka ia berhasil.

“Objek saya adalah Clio Hans, jujur saya awalnya berpikir bahwa ia melakukan pola hidup teratur sebab mengetahui perihal observasi ini. Namun melihat detail pola hidupnya selama beberapa minggu saja sudah cukup bagiku untuk menyadari bahwa ia memang hidup seperti itu dan tak mengherankan bagiku saat mengetahui bahwa Hans menderita OCD. Objekku ini memiliki kehidupan yang damai dan tak banya gangguan, ia hanya dibesarkan oleh ibunya, tetapi sepertinya ibunya adalah wanita yang hebat sebab Hans tumbuh menjadi anak dengan kemampuan di atas rata-rata dalam berbagai hal terutama bidang seni. Aku tak bisa mengatakan mengapa Hans hanya dibesarkan sendiri oleh ibunya karena menurut saya itu terlalu pribadi.”

Yang sedari tadi dilaporkan akhirnya membuka bicara

“Benar bahwa saya menderita OCD, saya tak bisa menyentuh knop pintu karena menurut saya di situ semua kuman berkumpul sehingga jika saya menyentuh knop pintu dapat dipastikan setelahnya saya akan mencuci tangan hingga merah dan kadang terkelupas sedikit. ibu saya melahirkan saya di luar ikatan pernikahan, tapi ia tak menyesal sebab ia bilang, saya dia dapatkan dari orang yang ia cintai. Kau benar Shania, ia adalah seorang ibu yang hebat”.

Ku lihat ia menahan tangis, sepertinya ibunya adalah segalanya bagi seorang Clio Hans.

“Selanjutnya, Camelia Elaeis Terpischore”.

Cam sudah memperhatikan Ignatius beberapa bulan belakangan ini, ia benar-benar tertarik pada setiap hal kecil yang dilakukan monyet belgia itu.

“Memiliki seorang programmer sinting sebagai objek observasi bukanlah hal yang mudah, tapi tak apa sebab hidupku kurang menantang belakangan ini. Tak banyak yang kuketahui dari tingkah laku sehari-hari Ignatius yang hanya berkutat di depan layar komputer milikya itu, hidupnya sangat membosankan jika hanya melihat pola hidupnya sehari-hari, ia hanya menggunakan komputernya dan pergi berolahraga seminggu sekali pada hari Sabtu bersama Kein atau seorang diri. Tapi sepertinya hidupnya sangat menarik di dalam dunia maya, jadi aku mencoba untuk mengetahui apa yang ia lihat dan kerjakan di dalam layar, tapi meretas komputernya bukanlah pilihan yang baik sebab baru sekali mencoba komputer milikku mati oleh virus kiriman Ignatius bajingan ini” jelas Cam dengan sedikit mengutuk di akhir.

Aku bersama dengan Cam saat ia mencoba meretas akun sosial media Ignatius, aku sudah mengatakan padanya itu bukan ide bagus sebab monyet belgiaku itu bukan sekedar programmer hebat, ia jenius.

“Di saat aku sudah mulai putus asa dengan memperhatikan pola hidup Ignatius yang membosankan, aku menemukan fakta baru bahwa Ignatius adalah seorang mantan tahanan di penjara anak”.

Untuk hal ini aku belum mengetahuinya sehingga aku juga ikut memasang ekspresi sedikit terkejut seperti yang lainnya kecuali Kein dan Mr. Puff, mereka sepertinya sudah tahu.

“Ignatius?” tanya Mr. Puff tenang

“Ya Sir, saya sempat menjadi tahanan penjara anak karena cyber crime. saya hidup seorang diri, sulit bagi saya untuk bertahan tanpa melakukan hal itu. Saya menargetkan orang-orang di atas, tak pernah menetap pada satu orang sebab terlalu berbahaya untuk meretas akun rekening bank mereka yang notabene memiliki pengamanan tinggi. Saya tertangkap oleh seorang polisi cyber crime yang sangat hebat, daripada membencinya saya malah merasa kagum sebab saya tahu kemampuan saya sendiri pun bukanlah lelucon”.

“Bagaimana menurut kalian?” tanya Mr. Puff lagi kepada kami.

“Tak apa Sir, ia tetap Ignatius kami yang mengagumkan dan lagipula Ia ditahan karena ingin bertahan hidup, itu adalah hal paling berani yang bisa ia lakukan saat kehidupan memaksanya untuk mati” komentar Shane sambil membersihkan lensa kacamatanya.

“Bertahan hidup bukanlah suatu kesalahan” tambah Erva.

“Ignatius, aku malah semakin kagum padamu. Sepertinya kemampuan programmingmu memang bukan lelucon” puji Adonis dengan wajah anak-anaknya.

Mr. Puff lagi-lagi menyukai respon kami dan menjelaskan bahwa Lit Academy mengetahuinya, bahkan invitation card Lit Academy milik Ignatius ia terima sewaktu ia masih di penjara anak, surat itu diselipkan di bawah nampan makan siangnya. Mr. Puff adalah orang yang memastikan bahwa surat itu sampai ke tangan Ignatius di penjara anak, Mr. Puff bilang Ignatius yang sudah berada di penjara anak selama 6 bulan itu akhirnya menangis setelah membaca invitation card.

“Saat itu saya sudah mau menyerah, Sir. Saya pikir saya tak punya harapan lagi, saya sudah masuk penjara anak, saya tak mungkin melanjutkan sekolah, dan saya sendirian. Lalu undangan itu datang dan saya sadar bahwa saya punya harapan”.

Ignatius kami yang selalu tertawa dan konyol itu duduk sambil menahan tangisnya. Baru beberapa jam dan aku sudah melihat dua pria yang biasanya terlihat tenang menahan tangisnya dalam rasa syukur.

“Lalu Ignatius, apakah kau jadi lebih tua dari pada anak lain di kelas ini?” tanya Mr. Puff.

“Tidak, Sir. Saya kebetulan adalah siswa akselerasi saat smp, sehingga walaupun saya ditahan selama beberapa saat, usia saya tidak menjadi lebih tua daripada anak lainnya. Hukuman saya tidak berat sebab saya masih anak-anak” jelas Ignatius yang kini sudah bisa mengendalikan emosinya.

Dua presentasi selanjutnya dilanjutkan setelah istirahat. Aku yang memiliki Hera sebagai objek menyimpulkan bahwa Hera menderita bulimia nervosa, aku sering mendapatinya memuntahkan lagi makanannya sebab setiap kali usai makan ia selalu pergi ke kamar mandi dalam beberapa waktu dan kembali dengan wajah merah, ia juga sering melakukan olahrga secara berlebihan, mood yang sering berganti, dan banyak tanda lainnya. Aku bahkan mendapatan foto Hera semasa sma yang menunjukan dirinya berbobot kira-kira 87 kg, Hera tak menyangkalnya dan kami semua kasihan padanya sebab bulimia nervosa bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi terutama mengingat tuntutan standar kecantikan saat ini.

“Hera sayang, bulimia hanya menyakiti dirimu sendiri. Jika kau ingin berat badan normal cobalah berfokus pada alasan kesehatan bukan alasan penampilan terlebih lagi omongan orang. Jika orang tak menyukaimu karena bentuk badan maka kau tak perlu menyukai mereka, mereka menyedihkan” komentar Mr. Puff sebelum  akhirnya menyebutkan nama Hans.

Hans melaporkan hasil observasinya terhadap Shania Caliope. Shania adalah seorang anak yang diadopsi, Hans menyadarinya di lab biologi saat melihat golongan darah Shania berbeda dari data golongan darah orangtuanya yang ia baca di susunan keluarga Shania. Orangtuanya bergolongan B dan O, sedangkan Shania bergolongan darah AB. Shania adalah orang pertama yang air matanya tumpah dalam tugas ini.

“Aku terkadang berpikir bahwa aku tak diinginkan saat aku masih kecil, kakak-kakak di panti bilang aku ditemukan di depan pintu, lalu Mum dan Dad datang dan mengatakan bahwa mereka menginginkanku. Sewaktu di panti aku terkadang menerima pukulan dan tak mendapat makan, tapi tempat itu lebih baik dari pada tidur di jalan, jadi aku bertahan walau badanku menjerit” Shania bercerita sesenggukan.

Akhirnya aku mengerti mengapa saat kunjungan kami ke panti asuhan beberapa saat lalu Shania hampir meneteskan air matanya beberapa kali, ia pernah menjadi  anak-anak itu.

Aku mengetahui orangtua Shania, mereka teman Mum dan Dad, tapi aku tak tahu bahwa Shania bukanlah putri mereka, tapi satu hal yang ku tahu adalah orangtua Shania yang sekarang tak akan meninggalkannya.

Dua presentasi terakhir adalah milik Shane dan monyet belgiaku. 

“Yang menjadi objek saya adalah orang paling imut di building four, Adonis. Saya akan langsung mengemukakan hasil observasi tingkah lakunya, Adonis memiliki banyak bekas luka di sekujur tubuh terutama bagian punggung, aku menyadari ini sebab setelah dua bulan berada di sini, Adonis tidak pernah mengikuti aktivitas olahraga apa pun pada hari Jumat selain bermain catur, awalnya aku berpikir bahwa ia terlalu menyukai catur atau dia memang tidak tertarik pada olahraga lain, ia juga tak pernah mengenakan pakaian lengan pendek atau pun celana pendek selama di building four, awalnya aku berpikir bahwa ia memang tak menyukai pakaian seperti itu, hingga beberapa hari lalu saat aku merangkulnya, ia mengerang kesakitan, aku memastikan bahwa ia terluka setelah mencari celah untuk melihat ke punggung atau lengannya saat ia lengah. Aku sadar bahwa luka-luka di tubuhnya ada yang merupakan luka lama dan sebagian merupakan luka baru yang kemungkinan didapatkannya sekitar dua atau tiga bulan lalu yang berarti bukan berasal dari Lit Academy. Aku akhirnya mencari tahu tentang sekolah dan keluarganya, keluarga Adonis terlihat baik-baik saja sehingga aku beralih ke sekolah Adonis sebelumnya dan menemukan fakta bahwa Adonis sudah mengalami pindah sekolah sebanyak 6 kali terhitung sejak ia duduk di kelas 2 sekolah dasar, alasannya selalu sama, bullying. Adonis, sekarang kau tak perlu lagi menyembunyikan lukamu” Ignatius mengakhiri penjelasannya dengan pandangan penuh perhatian pada Adonis yang sudah melepaskan kacamatanya karena air matanya turun dengan deras.

Frida yang duduk di sebelah Adonis menggenggam tangannya. Mr. Puff membiarkan Adonis menangis selama beberapa menit hingga akhirnya ia membuka suara.

“Adonis, sekarang kau aman. Aku bisa menjamin di Lit Academy tidak akan ada orang yang menertawakan kacamatamu, menganggapmu aneh, atau melukaimu lagi, karena jika ada, aku tahu aku tak boleh mengatakan ini, tapi jika ada, maka aku yang akan mematahkan tangannya” Ucap Mr. Puff sambil memberikan sapu tangan miliknya pada Adonis sehingga tangis yang mulai reda kembali mendera pipinya.

Setelah Adonis tenang, adalah giliran Shane untuk melaporkan hasil observasi tingkah laku. Daripada menjelaskan, 3 menit pertama miliknya ia habiskan untuk mengeluh tentang Kein yang terpilih sebagai objeknya, seberapa sulit baginya untuk mengetahui sesuatu dari tingkah laku Kein yang selalu terlihat normal ditambah wajah tanpa emosi, ia bahkan mencari tahu tentang keluarga Kein dan catatan sekolahnya untuk menemukan sesuatu yang mungkin berhubungan dengan tingkah lakunya yang sekarang.

“Seperti yang bisa kalian lihat pada tabel kegiatan Kein sehari-hari, anak ini benar-benar memiliki kehidupan yang teratur tapi ntah mengapa tidak membosankan. Sesuatu yang monoton biasanya membosankan namun tidak pada Kein karena beberapa alasan. Namun aku menemukan satu fakta yang membuatku cukup terkejut setelah mencoba mencari tahu mengenai Kein, ia lebih muda tiga tahun dari kita” .

Kalimat terakhir Shane membuat semua orang kecuali aku dan Mr. Puff, terkejut. Aku tentu mengetahuinya sejak dulu dan Mr. Puff tentu sudah mengetahui itu sebagai pengajar Lit Academy. Hal ini tentu mengejutkan sebab siapa sangka anak lelaki dengan tinggi 182 cm dengan wajah serius itu berusia tiga tahun lebih muda daripada kami.

“Mous, kamu nggak pernah cerita kalau Kein lebih muda tiga tahun” Cam berbisik sambil menyikut pelan lenganku.

“Itu nggak penting, Cam” 

“Penting karena kau menyukainya dan karena ia tak terlihat lebih muda” 

Shane lalu menjelaskan bahwa kemungkinan mengapa Kein selalu bersifat tenang dan dewasa adalah untuk menyesuaikan diri di antara kami yang lebih tua daripadanya itu, dia berusaha terlalu keras dalam hal fisik dan emosional sehingga ia bahkan lebih dewasa daripada sebagian orang di building ini, sebagai contoh, Ignatius. 

Sebelum meninggalkan kelas Mr. Puff menutup dengan pidato singkat.

“Aku ingin kalian saling menyembuhkan luka, aku tak ingin kalian menutupi kenyataan bahwa kalian terluka, tunjukan luka itu, itu bukti bahwa setelah semua hal yang terjadi, kalian masih bertahan dan berdiri untuk diri kalian sendiri. Tunjukan luka itu, agar teman kalian tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membantu, aku tahu kalian sangat hebat sebab dengan semua luka itu kalian masih berdiri dan menjalani hidup walaupun tak tahu untuk apa. Aku tak bisa menjamin kalian akan tumbuh menjadi orang baik ke depannya, tapi ketahuilah bahwa orang yang menyakiti orang lain dengan alasan bahwa ia disakiti adalah pecundang dan pembohong. Jika kau benar-benar terluka, kau tak akan melukai orang lain lalu mengatakan bahwa kau juga terluka, karena jika begitu, kau tidak benar-benar terluka, kau  hanya menyedihkan”.

Pada hari Jumat kami mengunjungi animal shelter dan mengobati hewan-hewan yang terluka di sana, ini adalah tugas terakhir dari Mr. Puff sebelum ia berangkat menuju Edinburgh untuk melanjutkan pendidikannya.

“There is Hope Shelter” adalah tempat penampungan untuk anjing dan kucing yang terlantar atau dibuang oleh pemiliknya, shelter yang lumayan besar ini didukung oleh banyak pihak pecinta binatang, shelter ini tidak hanya menampung mereka tapi juga menekan tingkat produksi hewan-hewan tersebut sebab jika semakin banyak yang berkembang biak maka semakin banyak yang akan terlantar dan dibuang. Shelter yang dominan dengan warna kuning dan biru itu dikelola oleh sekelompok dokter hewan muda yang secara sukarela menawarkan tangan dan keahlian mereka untuk hewan-hewan yang tak mampu mengunjungi tempat praktek mereka. Selama di shelter itu kami memberi anjing dan kucing makan siang, mengajak mereka bermain, memandikan mereka, lalu mengobati beberapa yang masih terluka akibat hidup liar dan terkadang dipukul oleh manusia menyedihkan. Kita semua memang terluka karena banyak alasan.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Universe 1
3513      1171     3     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6667      1493     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Unthinkable
11409      1848     6     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Toget(her)
1269      591     4     
Romance
Cinta memang "segalanya" dan segalanya adalah tentang cinta. Khanza yang ceria menjadi murung karena cinta. Namun terus berusaha memperbaiki diri dengan cinta untuk menemukan cinta baru yang benar-benar cinta dan memeluknya dengan penuh cinta. Karena cinta pula, kisah-kisah cinta Khanza terus mengalir dengan cinta-cinta. Selamat menyelami CINTA
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...