Loading...
Logo TinLit
Read Story - BAYANG - BAYANG JIWA
MENU
About Us  

LIX

Tommi, pedancer profesional.

Namanya begitu terkenal dan disegani.

Bahkan laki – laki itu dijuluki dewa tarian modern.

Saking terkenalnya, Tommi menjadi laki – laki nan pemilih.

Hanya penari dengan bayaran mahal dan telah terkenal saja yang mau dirinya latih. Selebihnya tidak,

Bahkan Tommi akan mengeluarkan kaca bila ada penari amatiran yang memaksanya untuk melatih mereka.

 

“Untuunngg,, you – you semua adik kelas eike, Kalo enggak ogah ya eike ngelatih anak sma, Nggak berkelas,”

“Hehe,, Makasih ya, kak Tommi,, Kak Tommi baik deh,”

“Eehh,, nggak usah pegang – pegang eike, You – you semua tetep harus bayar eike ngelatih, Understood?”

“Iya, kak Tommi,, Kayak kami nggak bisa bayar kak Tommi aja,”

Dengan penuh gaya Siska mengeluarkan lembaran uang seratus ribu dari dalam dompetnya.

Sontak mata cowok sekong itu membelalak. “Ok, Ok,, Kayaknya you – you semua serius mau eike latih,”

Tommi menerima uang jasanya itu dengan sukarela.

“Makasih, kak Tommi,” Siska mencium pipi cowok itu.

“Siska,, eike ini pejantan juga loh, Ati – ati ya,”

Dengan tawa centil cewek itu menyahut.

“Hoohh, Eike harus tetep profesional nih,” Tampak tergoda oleh senyuman Siska.

 

Beberapa saat kemudian,

“Okey,, Capcus yuks,, Eike mau lihat gerakan you – you itu,”

Segera mereka bertiga berdiri di stage latihan.

Musik “On,” dan mereka pun mulai berlenggak – lenggok mengikuti irama musik.

 

 

 

LX

Siska merasa sangat lega.

Progres latihan timnya bergerak pesat.

Apa yang dulu membuat buntu, dengan bantuan Tommi menjadi terpecahkan.

Dirinya merasa sangat bersyukur laki – laki itu bisa memberikan pencerahan atas usaha mereka.

Siska kembali dapat menikmati kehidupan, dengan dirinya menyantap makanan secara besar – besaran.

Kali ini cewek itu hendak memesan makanan berbau junk food; burger, ayam K*C dan pizza berukuran sedang.

 

Setelah menunggu hampir 20 menit,

Semua pesanan cewek itu tersaji di depan mata.

Satu burger berukuran besar rasa daging sapi, tiga potong dada ayam goreng dan satu pizza rasa sayur – sayuran dengan kubangan keju mozzarella.

Tak lupa satu botol besar soda sisa latihan tadi.

 

Kesadaran cewek itu sangat greget.

Antusiasnya meletup – letup.

Sungguh menu berbau junk food itu sudah lama tidak disantap Siska.

Hingga membuat nafsu cewek itu sangat ingin memakannya.

 

 

 

LXI

Reno tampak gamang.

Kesadarannya ada di ambang batas kesehatan mental.

Rasa cinta Reno pada Novi semakin menderanya.

Laki – laki itu tidak bisa berpikir lagi harus melakukan apa pada kesadarannya itu.

 

Tiba – tiba,

Reno teringat pesan temannya.

Segera laki – laki itu duduk bersila di atas karpet kamar.

Reno mulai membaca surat al fatihah.

Tampak khusyuk laki – laki itu melafalkan kalimat – kalimat ilahi.

Berkali – kali Reno melantunkannya.

Hingga perlahan – lahan timbul kepasrahan diri pada sang khalik.

Laki – laki itu menjadi sangat sadar dengan keinginannya.

Sekaligus kendala – kendala yang harus dihadapi untuk mewujudkan keinginan itu.

 

Reno mengambil nafas dalam – dalam,

Lalu perlahan – lahan menghembuskannya.

 

Laki – laki alim itu merasa lega.

“Kayaknya aku yang selama ini salah sama Novi,”

“Novi itu butuh bimbingan, bukan kecaman yang selalu aku katakan,”

Reno juga menyadari kekurangannya.

“Tapi gimana cara aku membimbing Novi tanpa mengecamnya ya?”

Sambil duduk bersila, dirinya merenungi suatu hal.

“Aku nggak mungkin minta saran ke Solikin untuk masalah ini,”

Tampaknya Reno sedang berpikir keras.

Mengumpulkan ide – ide pada otaknya.

Tiba – tiba, “Oh iyaa, Aku tanya Mamat aja,”, gumam dirinya.

 

 

 

LXII

Esok harinya,

Di ruangan baca fakultas.

 

Reno bertemu dengan Mamat.

Teman kuliahnya itu sangatlah fenomenal.

Mamat mengerti benar akan permasalahan manusia.

Seolah – olah kesadarannya mampu menganalisa hati manusia.

 

“Assalamualaikum,”

“Waalaikum salam,”, sahut Mamat.

Laki – laki itu agak terkejut dengan kehadiran Reno.

“Ada apa?, tanya Mamat, tampak ketus.

Sambil direndah – rendahkan. “Aku mau tanya sesuatu, Mat,”

Reno duduk di hadapan temannya.

Menutup buku bacaan. Mamat siap menerima Reno.

Dengan saksama dirinya menganalisa maksud kehadiran seseorang itu.

“Makanya kamu nggak usah sombong dengan kemampuan agama kamu, Kamu boleh saja berpendapat kalo kamu ahli agama tapi ketika kamu berhadapan dengan orang kamu harus anggap kamu sejajar dengan mereka,”

Reno tampak terbengong – bengong. Dirinya belum menceritakan duduk masalahnya tapi Mamat sudah memberikan pendapat sebegitu lengkap adanya.

“Tapi kan agama penting untuk kehidupan manusia, Mat,”, ucap dirinya.

“Tapi apa orang sudah sadar benar mengenai pentingnya hal itu,”

“Yaa,, harusnya mereka sudah sadar dengan hal itu, Itu kan pondasi kehidupan,”

Mamat tampak menghela nafas.

Dengan tajam dirinya menatap Reno. “Kalo kamu sudah mempunyai pendapat seperti itu kenapa masih mau tanya aku?”

“Yaa,, Siapa tahu kamu bisa bantu aku, Mat,”

“Kayaknya aku nggak bisa, Kamu baiknya tanya Solikin saja, Dia lebih paham masalah agama di banding aku,”, sahut Mamat, lugas.

Sambil laki – laki alim itu menganalisa kesadarannya sendiri. “Nggak tau kenapa, Pendapatnya Solikin kayaknya terlalu keras untuk masalah aku ini,”

“Berarti sebelum kamu bisa melakukan apa yang aku sarankan, kamu harus melunakkan diri kamu dulu,” Seolah – olah sudah mendapatkan jalan keluar.

“Iya deh, Mat,, Aku akan coba,”, sahut Reno.

 

 

 

LXIII

Sang Surya Mall,

Tampak ramai oleh pengunjung. Entah hanya sekadar melihat – lihat saja atau untuk membeli sesuatu yang penting.

Mereka terlihat menikmati kesejukan mall itu.

Akses dari satu gerai ke gerai yang lain tampak mudah dijangkau.

Kebersihan juga teruji.

Tidak terlihat sampah berceceran di lantai.

Petugas kebersihan pun tampak bersiaga di sudut – sudut lorong mall.

 

Terlihat Reno dan Novi sedang berjalan – jalan di mall itu.

Mereka tampak berjarak.

Perbincangan juga sering terputus.

Kelihatannya cewek itu malah asyik sendiri dengan hp androidnya.

 

Karena tidak kondusif, Reno langsung menuju pujasera mall.

 

“Selamat siang, mas, mbak,, Mau pesan apa?”, ucap pramusaji, tampak ramah.

Sejenak Reno melihat – lihat daftar menu yang disodorkan pramusaji itu.

“Tahu gimbal, mbak,”

“Kamu apa, Nov?”

“Aku juga tahu gimbal,”

“Trus minumnya?”

“Aku teh anget,”, jawab Novi.

“Saya soda gembira, mbak,”

Dengan penuh keramahan pramusaji itu kembali membacakan pesanan mereka.

Lalu melangkah menuju salah satu stan makanan selekas – lekasnya.

 

Drama pun dimulai,

Reno dan Novi saling pandang.

Kesadaran masing – masing tampak dipendam dalam.

Masing – masing tidak ingin merusak momen kebersamaan itu setelah berminggu – minggu dingin.

Tapi sungguh seseorang harus mulai berbicara.

Kebekuan yang terjadi membuat suasana terasa mati, juga dapat mematahkan niat baik mereka.

 

Bosan dengan kesunyian itu. Reno membuka percakapan,

“Gimana kabar sekolah kamu, Nov?”

“Baik,”, sahut cewek itu, sambil bermain – main dengan hp.

“Lha kabar nari kamu?”

“Ya gitu, Aku masih nyiapin buat show bulan November nanti,”

“Lha gimana progresnya?”

Sambil tetap bermain hp. “Ya bagus, Kami hampir selesai dengan closingnya,”

“Mm,, gitu,, Moga sukses ya acaranya,”

“Ya, Amin,,”, sahut cewek itu, masih saja bermain – main dengan hp.

 

Beberapa menit kemudian pesanan mereka tersaji di atas meja.

Reno dan Novi segera menikmati santap siang nan lezat itu.

 

 

 

LXIV

Malam harinya,

Kebekuan komunikasi siang tadi membuat rencana Reno tidak berjalan lancar.

Terpaksa dirinya menyusun ulang rencana.

 

“Nov, aku minta maaf ya kalo aku salah dulu, Aku ngerasa aku terlalu menekan kamu untuk berkerudung dan menyudahi hobi kamu itu,”

“Ya,”

“Kamu nggak merasa marah atau tersinggung kan?”

“Enggak, Biasa aja,”

“Kamu masih pingin balikan nggak sama aku? Kalo aku sih ingin banget, Nov,”

“Ya,”

“Apa kamu masih meragukan diriku, Nov?”

“Ya, masih,”

“Ngomong yang panjang lebar dong, biar aku mudeng,”

“Aku sengaja biar kamu peka,”

“Sorry dehh,, Aku memang nggak peka, Aku salah, Aku harus apa sekarang?”

“Paling kamu nggak bisa,”

“Ya kan belum dicoba, Insya allah aku bisa deh,”

Untuk beberapa saat pesan itu tidak langsung berbalas.

Membatin, “Aduuhh,, Mesti gimana lagi nih aku?, Kayaknya kok sulit banget balikan sama Novi,” Membaringkan diri di karpet kamarnya, Reno tampak pasrah.

 

Tiba – tiba, “Tlilit, Tlilit,”

“Hah,?? Dibales,!”, sorak laki – laki alim itu.

Membaca pesan dari mantan kekasihnya. “Tuh, kamu lihat aja di FB aku,”

Segera Reno membuka FB kekasihnya.

Seolah – olah jawaban yang dicari ada di medsos.

Tampak terkejut. Novi benar – benar menguji kesabaran laki – laki itu.

Puluhan foto vulgar yang dulu dihapus Novi, kini dimunculkan lagi.

Reno menjadi sedikit lepas kontrol, hendak marah tapi ditahannya.

“Oh itu,, Haha,, Yaa, gimana ya,?, Aku kesel sih, Tapi itu kan urusan – urusan kamu,”

“Oh, Kamu anggep itu urusan aku atau kamu emang nggak peduli?”

Kesabaran Reno hampir mencapai batas kesadaran.

Rasanya ingin sekali laki – laki itu memuntahkan kata – kata kasar.

“Ya peduli dong, Tapi kan itu urusan kamu sendiri, Mau ada yang nafsu atau terangsang lihat foto – foto kamu itu, kan jadi urusan kamu sendiri,”

“Oh gitu, Emang ini urusan aku kok, Kamu nggak usah peduli,”

Kemarahan Reno meledak. “Nih cewek cabai banget sih,”

“Kayaknya aku nggak bisa lagi bersikap ramah – ramah gini deh,”

“Aku harus tegas sama Novi, Aku harus katakan ke Novi harus bersikap kayak gimana sama aku,”

Mengetik pesan. “Kan aku udah bilang itu urusan kamu,, Ya udah, aku nggak ngurusin itu lagi, Kenapa kesannya marah gitu?”

Saat hendak mengirim pesan itu, Reno teringat pesan temannya. “Ingat, Ree,, Yang salah itu jika kamu ikut terpancing marah juga,”

“Astaghfirullahal adzim,, Kayaknya Mamat bener, Aku nggak boleh terpancing sama kata – katanya Novi, Mungkin Novi lagi kesel aja sama aku,”

Reno menghapus ketikan pesan itu.

Mengetik pesan lagi. “Iya, Novii,, Silakan aja, Tapi kamu tahu kan resikonya kalo kamu masang foto – foto itu di FB?” Lalu laki – laki itu mengirimkannya.

“?? Tumben kamu njawabnya gitu,”

“Hehe,, Aku coba menerima kamu apa adanya kok,”

“Oh, Jangan – jangan ini cuma untuk ndapetin aku lagi aja, Alias nggak tulus menerimanya,”

“Yaa,, Anggep aja aku seperti itu, Biar gampang ndapetin kamunya,”

“Iuhh,, Dasar cowok,, Nggak banget,”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love vs Ego
8489      1853     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Puisi yang Dititipkan
505      331     2     
Romance
Puisi salah satu sarana menyampaikan perasaan seseorang. Puisi itu indah. Meski perasaan seseorang tersebut terluka, puisi masih saja tetap indah.
AILEEN
5691      1241     4     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
Bulan Dan Bintang
5125      1306     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
Kisah Alya
250      196     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Dear, My Brother
807      519     1     
Romance
Nadya Septiani, seorang anak pindahan yang telah kehilangan kakak kandungnya sejak dia masih bayi dan dia terlibat dalam masalah urusan keluarga maupun cinta. Dalam kesehariannya menulis buku diary tentang kakaknya yang belum ia pernah temui. Dan berangan - angan bahwa kakaknya masih hidup. Akankah berakhir happy ending?
Wannable's Dream
38706      5732     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Pertualangan Titin dan Opa
3357      1288     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Zo'r : The Teenagers
13928      2755     58     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
IZIN
3044      1128     1     
Romance
Takdir, adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan atau disalahkan oleh manusia. Saat semua telah saling menemukan dan mencoba bertahan justru runtuh oleh kenyataan. Apakah sebuah perizinan dapat menguatkan mereka? atau justru hanya sebagai alasan untuk dapat saling merelakan?