Read More >>"> Koma (Berbunga-bunga) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Koma
MENU
About Us  

Bias-bias bahagia yang dirasakan Lara membuatnya terjaga hingga lewat tengah malam. Dan bukan kebiasaannya pula bergadang meski ada bola di mana para gadis mengidolakan pemainnya yang gagah. Malam ini menjadi kebersamaan terlama dan obrolan paling panjang sejak dia mengenal Sello. Dia membayangi lagi ketika Vanda bernyanyi ditemani Jujun dan Idan. Dia duduk berdua bersama Sello menikmati suara campur aduk ketiga sahabatnya. Tanpa disangka-sangka, Sello menanyakan banyak hal padanya seolah dirinya tengah menghadapi ujian lisan atau sedang disensus atau tepatnya sedang diinvestigasi, mungkin. Dan itu membuatnya gugup setengah mati.

"Sudah pernah ke tempat seperti ini sebelumnya?" Pertanyaan pertama yang dilontarkan Sello dengan suara keras untuk mengimbangi kebisingan di ruangan. Dia cuma menjawab dengan gelengan kepala. Dia terlalu gugup dan tak sanggup berkata-kata.

"Aku mengerti," kata Sello. "Um, terima kasih sudah mau datang melihat latihan kami."

Lara mengangguk kecil dan tersenyum ringkas—dia ragu apa itu senyuman atau cengiran. Malu rasanya bila dia mengingatnya kembali.

"Apa kamu tak ingin menanyakan sesuatu padaku?"

"Um... " Hanya itu yang keluar dari mulut Lara, lalu dia menggeleng. Huh, dasar payah!

"Baiklah. Sepertinya aku harus berjuang keras untuk membuatmu bersuara." Sello coba melucu, tapi reaksi Lara biasa saja. "Um, apa kalian bersaudara?" Menunjuk Vanda dengan wajahnya.

Lara menggeleng pelan. "Tidak." Itu kata pertama yang meluncur dari mulutnya meski tidak terlalu jelas karena teredam kebisingan. Tapi kata itu cukup membuat Sello tersenyum lebar; Barangkali merayakan keberhasilannya.

"Kupikir kalian punya hubungan kekeluargaan. Tapi itu tidak jadi masalah. Bukankah kita semua bersaudara. Kamu setuju?"

Lara tersenyum paksa sambil mengangguk.

"Nah, kupikir kedekatan kalian itu pasti sudah menghasilkan penilaian yang spesifik bersifat subjektif. Benar'kan?"

"Um..."

"Bagaimana menurutmu tentang Vanda?"

"Ha?" Lara kaget plus bingung ditodong dengan pertanyaan seperti itu.

"Oke. Tiga kata buat Vanda. Satu?" Sello menegakkan telunjuknya.

Lara menoleh memperhatikan Vanda. "Cantik," katanya.

"Dua?"

"Um, enerjik?"

"Tiga?"

"Apa, ya? Um, perhatian?"

"Cantik. Enerjik. Perhatian." Sello mengulangnya. "Yang ketiga aku tidak setuju. Vanda tuh cuek banget orangnya."

Lara mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin hanya padaku saja."

Sello mengekeh. "Kalian itu cocok sekali," katanya. "Satunya garang dan yang satunya lagi, yah, kau tahu sendirilah. Maaf, tidak bermaksud mengejek, tapi kalian seperti pasangan Xena The Warrior Princess dan asistennya, Gabriel."

"Bukankah pada akhirnya Gabriel juga bisa bertarung?"

"Oh, kamu tahu juga rupanya."

"Thanks to google."

Sello mengekeh lagi. "Kuharap kamu juga bisa menjelma seperti itu. Paling tidak seperti cewek-cewek lain."

Lara tidak menanggapinya.

"Maaf, kalau aku membuat kamu tersinggung."

"Tidak."

"Tapi yah, aku tidak berhak menyuruh orang berubah. Apa yang ada pada diri setiap orang merupakan sebuah pilihan."

Lara tersenyum simpul.

"Ngomong-ngomong, tentang sikapku selama ini—"

"Tidak perlu kaupikirkan." Lara memotong. Aduh, seharusnya kubiarkan saja dia dulu minta maaf.

"Terima kasih untuk tidak mendendam padaku."

Pembicaraan mulai masuk ke titik jenuh. Lara tidak mengharapkannya. Dia ingin menanyakan banyak hal pada Sello seperti; mengenai dirinya, mengenai kesehariannya, makanan kesukaannya, tipe gadis yang akan menjadi pasangan hidupnya, merek minyak rambut yang bikin rambut gelombang yang dipotong pendek dan sedikit berjambul tampak mempesona, parfumnya, ukuran baju dan sepatunya, kebiasaannya sebelum tidur, dan masih banyak lagi. Tapi pertanyaan itu menguap seperti embun terbakar sinar matahari.

"Hei, kupikir kita ke sini buat bersenang-senang," kata Sello kemudian. "Ayo kita gabung bersama mereka." Menggamit lengan Lara, menariknya.

Jantung Lara berdebar kencang mendapat sentuhan itu. "Aku di sini saja." Dia bertahan di tempat duduknya.

Sello menghela nafas. "Baiklah," lalu duduk kembali.

Sikap Sello itulah yang membuat Lara jadi berbunga-bunga karena ditemani murid populer di sekolah. Bukan itu saja, Sello juga memuji suaranya ketika dia dipaksa bernyanyi.

"Suara kamu itu lho... Kupikir kamu bisa bikin penyanyi beneran ngiri. Bagus banget soalnya! Unik seperti Fatin, peserta X-Factor. Tahu'kan? Kenapa kamu itu ikutan audisi saja waktu itu?"

Lara hanya menjawab pujian setinggi langit Sello dengan senyuman. Dan saat mengingatnya kembali, dia menilai reaksinya itu sangat bodoh sekali. Pujian itu suatu pertanda bahwa Sello sudah membuka pintu sebuah hubungan, meski hanya sebatas teman. Bukankah itu yang diharapkannya? Menjadi teman dan selalu ada di dekatnya. Hubungan seperti itu saja sudah cukup. Dia tidak berani bermimpi untuk menjadi pacar Sello. Sudah pasti aku berada dalam antrian di urutan sekian ratus cewek.

Yang lebih membuat Lara sangat berbunga-bunga malam ini adalah ketika Sello memboncenginya menuju tempat karaoke dan mengantarnya pulang ke rumah. Dia tahu Sello terpaksa melakukannya karena desakan Vanda. Bagaimana sih perasaan Vanda saat itu?

Lara berganti posisi, miring ke kiri. Dia memandangi foto Sello di ponsel yang diam-diam diambilnya sewaktu berada di tempat karaoke. Hingga kantuk menyerang, dia masih memandangi foto itu, berharap dapat menemuinya di dalam mimpi.

***

Sunyi senyap.

Papa, Mama dan adiknya sudah terlelap di kamarnya masing-masing, tapi kebahagian pada kebersamaan tadi masih membekas di hatinya sangat kuat dan begitu dalam.

"Kita punya cara yang sama untuk bersenang-senang," ucap Vanda ketika mereka keluar dari tempat karaoke.

"Hei, bagaimana kalau besok atau lusa kita melakukannya lagi?" Sello menawarkan.

"Boleh." Vanda menyambutnya antusia. "Tapi bukan karaokean, melainkan live."

"Live?"

"Iya, live. Kenapa? Tidak pede?"

Sello menoleh pada Idan dan Jujun yang menunggu. Kedua temannya mengedikkan bahunya. "Kami belum siap untuk live."

"Nah, lho. Kalau tidak dicoba kapan kalian siapnya? Sepupuku punya kafe di Sudirman. Aku bisa tawarkan kalian untuk manggung di sana. Barangkali saja ada produser musik yang menyaksikan aksi kalian, lalu menawarkan kalian untuk bikin album. Plus, sepupuku itu promotor musik lho. Bagaimana?"

"Um," Sello menoleh lagi pada kedua sahabatnya. Mereka mengangguk. "Baiklah. Tapi rekaman masih jauhlah. Lagu saja kami tidak punya."

"Bikin dong dari sekarang," dorong Vanda. "Aku lihat kalian punya potensi loh." Melirik Lara. "Kalian juga bisa kolaborasi dengan Lara. Iya'kan, Ra?"

Lara tercekat, mengerutkan dahinya sambil menggeleng pelan.

"Suara Lara bagus. Bagus banget malah. Tapi dia tidak bisa gila-gilaan di atas panggung," kata Sello. "Mending sama kamu saja deh." Membayangi aksi erotis Vanda ketika menyanyikan lagu Love You Like A Love Song.

"Ogah!" jawab Vanda.

Sello cengengesan.

"By the way, aku pulang bareng Jujun," beritahu Vanda. "Aku gemes banget sama rambut kribonya."

Wajah Jujun bersemu merah.

"Hati-hati," seru Idan. "Peletnya ada di kribonya."

Vanda mengekeh. "Sel, kamu anterin Lara sampai ke rumahnya, ya?"

Sello mengangguk sambil tersenyum kaku. "Asal kamu senang," ucapnya, tapi dalam hati dia berkata, "Damn!" Seketika dia membayangi kesunyian yang menyertai sepanjang perjalanan pulang sama seperti perjalanan menuju tempat karaoke.

Dalam pembaringannya, helaan nafas Sello menjadi titik pengakhir kisah malam ini. Dia memang belum mampu merebut hati Vanda. Tapi kebersamaan yang telah dilaluinya menjadi pembuka sebuah hubungan dan Lara akan menjadi jalannya. Perlahan-lahan dia akan membuka catatan buku kehidupan Vanda, apa yang disukai dan tidak disukainya, melalui Lara. Bukankah Lara sudah mulai terbuka dan menerimanya?

Sello mengubah posisi tidurnya, lalu membuka ponsel dan memandangi foto Vanda di sana, berharap sang pujaan hadir ke dalam mimpinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dede_pratiwi

    nice story, kusuka bahasa yg dipakai ringan. keep writing...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Casanova
  • yurriansan

    Mainstream si, tp jokes nya bikin ngakak...????

    Comment on chapter Casanova
Similar Tags
G E V A N C I A
896      500     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Puggy Humphry and the Mind Box
80439      9581     295     
Action
Prancis. Suatu negeri dari nafsu pada keunggulan pribadi. Penelusuran benang merah kasus pembunuhan seorang arkeolog muda, menyeret detektif wanita eksentrik, menjadi buronan internasional. Alih-alih melarikan diri setelah membunuh seorang agen DCPJ, Puggy Humphry dan Flora Elshlyn terbang ke London untuk melanjutkan investigasi. Pertemuan tak sengaja Flora dengan McHarnough, dewa judi Ingg...
Secret Garden
246      209     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Into The Sky
381      241     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
ARABICCA
2500      915     2     
Romance
Arabicca, seorang gadis penderita schizoid personality disorder. Selalu menghindari aktivitas sosial, menjauhi interaksi dengan orang lain, tertutup dan mengucilkan diri, terpaksa harus dimasukkan ke sekolah formal oleh sang Ayah agar dia terbiasa dengan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut semata-mata agar Arabicca sembuh dari gangguan yang di deritanya. Semenj...
Ujian Hari Kedua
568      321     1     
Short Story
Hei, kurasa kau terlalu sibuk menguras uang-uang kami. Jika iya, apakah kami mempunyai ruang untuk berkreasi disini? Aku terlalu muak dengan penjara yang kalian ciptakan. Aku tak mau menjadi seorang pengecut yang tunduk kepada orang yang bodoh. Aku pemberontak. Itu sebab aku lebih pintar dari kalian semua! -Kahar
Highschool Romance
1863      926     8     
Romance
“Bagaikan ISO kamera, hari-hariku yang terasa biasa sekarang mulai dipenuhi cahaya sejak aku menaruh hati padamu.”
I FEEL YOU AS A HOME
6245      1957     4     
Romance
Ini seriusan, lho. Bagi Lentera Kamasean, dikejar-kejar cowok sekece Al Virzha Diemen Salim bukanlah berkah, melainkan musibah. Karena, sejak kehadiran cowok itu, hidupnya yang setenang langit malam di tengah samudra mendadak kacau kayak kota yang baru disapu puting beliung. Kesal, sebal, benci, marah, dan muak, semua itu Lentera rasakan serta lalui seorang diri sampai pahlawannya datang. Lalu ...
Upnormal
7162      1774     4     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...
Like a Dandelion
2551      889     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...