Loading...
Logo TinLit
Read Story - Senja (Ceritamu, Milikmu)
MENU
About Us  

“Mencoba membuka hati, tapi takut untuk gagal lagi dan terulang seperti yang dulu. Kisah lamaku yang kelam..

 

Berbulan-bulan lamanya aku dan arga sudah benar-benar menjauh dan tidak ada kabar sama sekali. Dan selama sebulan belakangan ini, aku dan dito semakin dekat. Aku mencoba untuk membuka hatiku kepada dito, ya ini memang cukup sulit tapi aku sedang berusaha untuk menghargai perasaan dito yang tulus. Mungkin ini jalan terbaikku, mungkin Tuhan telah menunjukkan dan memberikan seseorang yang baik untukku.

            “Lagi ngapain day?” Tanya dito dalam telpon.

            “Lagi duduk di luar aja dit sambil ngelihatin malam bersama bintang-bintang.” Sahutku dalam telpon.

            Akhir-akhir ini dito sering banget telponan sama aku, aku juga nggak ngerti rasanya semakin lama kami semakin dekat. Tetapi tak ada rasa yang membuatku sebahagia bersama arga, saat itu. Saat arga sering menelponku, saat dia jalan bersamaku, saat kami tertawa bersama. Aku sedang berusaha dan menjalani semua ini mengikuti alurnya.

            “Puitis banget day haha, ohya kamu lahir hari apa day?” Tanya dito dalam telpon sambil tertawa.

            “Lebih puitis kamulah dit, kan kamu sering suka lihat senja haha.” Sahutku dalam telpon sambil tertawa.

            “Iya nggak tau kenapa aku suka sekali sama senja, mungkin karena keindahannya hehe. Eh day, kamu belum jawab pertanyaan aku.” Ucap dito dalam telpon.

            “Iyadeh pengagum senja, kenapa emangnya dit?” Tanyaku dalam telpon.

            “Pengagum senja? Lucu sih tapi nggak cocok sama aku haha. Nggak ada mau tau aja day.” Sahut dito dalam telpon.

            “Cocoklah kan kamu agak-agak puitis gimana gitu hahaha, hari selasa kenapa emangnya dit?” Tanyaku.

            “Kok puitis? Emang aku pernah galau-galau gitu?” Ucap dito dalam telpon.

            “Pernah kok.” Jawabku dalam telpon.

            “Tapi kan sesekali nggak terlalu sering, itupun galauin kamu day.” Jawab dito dalam telpon.

            Hening seketika...

            “Kok diam day, bercanda-bercanda hahaha. Hidup itu jangan serius-serius terus day.” Sahut dito dalam telpon.

            Saat dito berkata seperti itu, aku berpikir bahwa dia sering bercanda dan tidak terlalu serius dan aku takut dia sama seperti arga hanya menganggap semua ini sebuah candaan.

            “Kalo tentang hubungan bisa dibercandain gitu dit?” Tanyaku dalam telpon.

            “Ya nggaklah day, kalo aku tentang hubungan selalu serius nggak pernah main-main. Karena aku takut nanti karma berlaku, apalagi sama kamu hehe.” Jawab dito sambil tertawa kecil dalam telpon.

            “Bercanda terus sih dit, sudah ah. Ohya yang hari lahir tadi kenapa?” Sahutku dalam telpon.

            “Ohh itu, kan kamu lahir hari selasa ya. Aku lahir hari kamis. Nah itu kalo berdasarkan primbon Jawa. Kita itu cocok, kalo kita berjodoh kita bakalan hidup damai hehe.” Ucap dito sambil tertawa pelan.

            “Ada-ada aja kamu dit, masih percaya sama gituan. Terus kalo jarak harinya jauh gimana haha?” Tanyaku dalam telpon.

            “Kalo jarak harinya jauh nggak cocok bisa-bisa bercerai hahaha.” Sahut dito sambil tertawa keras.

            “Iyadeh dit, btw memangnya kamu orang Jawa?” Tanyaku dalam telpon.

            “Iya aku asli Jawa sana, tapi ya emang dapat lulusnya disini.” Jawab dito dalam telpon.

            “Ohh jadi kamu anak rantauan ya?” Tanyaku dalam telpon.

            “Iya day, hmmm yang soal primbon hari lahir tadi aku juga gatau kepastiannya. Aku cuman denger-denger dari orang aja day hehe.” Sahut dito.

            “Ehh kirain aku, kamu emang tau beneran dit.” Sahutku dalam telpon.

            “Nggak day hehe. Ohya besok ada acara?” Tanya dito kepadaku.

            “Nggak ada dit, kenapa emangnya?” Sahutku dalam telpon.

            “Besok aku jemput ya ke rumah jam 4 sore, ada yang mau aku bicarain day.” Ucap dito mulai serius.

            “Bicarain apa dit? Kenapa nggak bicara sekarang aja?” Tanyaku kepada dito.

            “Adalah day, besok aja bicaranya kalo sekarang nggak romantis. Udah ya day, aku tutup dulu. Jangan kemalaman tidurnya, bye..” Sahut dito sambil mematikan telpon.

            Tersentak aku berpikiran kalo dito mau menyatakan perasaannya kepadaku, tapi itu nggak mungkin. Soalnya dito itukan orangnya suka blak-blakan aja dan dia juga suka bercanda. Apa sebaiknya aku tanya ke geya ya? Pikirku dalam hati.

            “Ge, kayaknya dito mau menyatakan perasaannya deh.” Tulisku dalam pesan whatsapp.

            “Beneran lu day? Kok bisa?” Balas geya dalam pesan whatsapp.

            “Iya tadi dia nelpon aku, terus dia ngajak ketemuan besok. Katanya ada yang mau dibicarain gitu. Terus aku bilang deh bicara aja sekarang, terus katanya nanti nggak romanntis.” Balasku dalam pesan whatsapp.

            “Kalo dia beneran nyatain lu terima aja day.” Balas geya dalam pesan whatsapp.

            “Tapi aku takut ge.” Balasku dalam pesan whatsapp.

            “Takut kenapa? Sudahlah lupain arga, buka lembaran baru day bersama dito. Cieee.” Balas geya dalam pesan whatsapp.

            “Apaan sih ge, bukannya kasih solusi malah dicie-ciein.” Balasku dalam pesan whatsapp.

            “Solusinya gue setuju lu sama dito hehe.” Balas geya dalam pesan whatsapp.

            Detik demi detik telah berlalu, dan sekarang tepat pukul 3 sore. Aku takut, tapi kenapa aku harus takut? Pikirku dalam hati. Aku membongkar seluruh isi lemari bajuku, tiba-tiba naya datang ke kamarku.

            “Kak kenapa dikeluarin semua bajunya?” Tanya naya dengan terkejut.

            “Iya nih, mau cari baju yang bagus yang mana ya. Coba deh kamu lihat, ini atau ini?” Ucapku sambil melihatkan baju yang mana yang bagus.

            “Emang mau pergi kemana?” Tanya naya dengan penasaran.

            “Nggak tau mau pergi kemana.” Ucapku dengan wajah bingung.

            “Lah tapi mau pergi, tapi kok nggak tau mau pergi kemana.” Jawab naya dengan bingung.

            “Temanku ngajak pergi tapi nggak tau kemana.” Ucapku sambil memilih-milih baju.

            “Cewek atau cowok?” Tanya naya dengan penasaran.

            “Hmmm cowok.” Sambil melihat ke mata naya.

            “Siapa-siapa? Mau ngedate yaa?” Tanya naya dengan penasaran.

            “Kepo banget sih, udah pilihin aja deh nay. Yang mana yang bagus nih?” Ucapku dengan wajah malu-malu.

            “Sama cowok ya? Kalo ngedate sih pakai baju yang anggun dong, biar kelihatan cantik.” Jawab naya sambil memilih-milih baju.

            “Yang ini?” Tanyaku sambil menunjukkan bajunya.

            “Bukan emangnya kakak mau ke pesta pakai gaun segala hahaha.” Jawab naya sambil menertawakan.

            “Yaudah deh kamu aja yang pilihin, aku jadi nggak konsen nih.” Jawabku sambil duduk di kasurku.

            “Kenapa nggak konsen? Grogi yaa hahaha?” Ucap naya sambil mengejekku.

            “Cepetan nanti keburu jam 4 nay.” Sahutku sambil menyuruhnya cepat.

            “Iya-iya, nah ini aja. Pasti kelihatan cantik deh, walaupun simple tapi tetap nampak anggunnya.” Sahut naya sambil menunjukkan baju pilihannya.

            “Iya boleh juga tuh, yaudah deh aku mau ganti baju dulu.” Sahutku dengan terburu-buru.

            Tak lama kemudian jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dan tiba-tiba dari pintu luar terdengar suara.

            “Assalamu’alaikum, assalamu’alaikum.” Terdengar sahutan dan ketukan pintu dari luar.

            “Iyaa wa’alaikumsalam.” Sahut ibu sambil membuka pintu.

            “Saya temannya dayana bu, dayana ada?” Sahut dito kepada ibu dengan sopan.

            “Ohh, iya-iya ada. Masuk-masuk dulu, duduk situ yaa. Bentar ibu panggil dulu dayananya.” Sahut ibu dengan ramah.

            Ditopun duduk diam di ruang tamu dan saat itu dayana datang.

            “Dit, ayoo aku sudah siap nih.” Sahutku dengan malu-malu sambil mengenakan baju berwarna putih.

            Dito melihat ke arahkku dan terdiam, tiba-tiba tersenyum manis. “Yuk day kalo sudah siap.” Sahut dito masih senyum-senyum dan tidak berani menatap mataku.

            Sesaat tiba di cafe, semua orang tertuju kepada kami saat memasuki cafe. Entah apa yang ada di pikiran semua orang, kemungkinan yang pertama mereka melihat kami gegara mengenakan baju berwarna sama yaitu warna putih, kemungkinan yang kedua kami terlihat seperti kakak adik karena tinggiku sebahunya dito.

            “Duduk sini day.” Sahut dito sambil menarik kursi yang akan aku duduki.

            “Makasi dit.” Sahutku sambil menduduki kursi.

            “Silahkan mas menunya.” Sahut pelayan toko memberikan beberapa menu.

            “Kamu makan apa day?” Tanya dito kepadaku.

            “Aku minum aja dit, jus mangga.” Jawabku kepada dito.

            “Yaudah mas, pesan jus mangga satu, vanilla lattenya satu, kentang gorengnya satu.” Ucap dito kepada mas pelayan toko.

            “Ditunggu ya pesanannya mas.” Sahut mas pelayan toko dengan sopan.

            Seketika kami sama-sama melihat handphone dan diam sesaat tanpa ada pembicaraan.

            “Kamu mau ngomong apa dit? Ngomonglah.” Tanyaku penasaran kepada dito.

            “Permisi mas, mbak. Ini pesanannya.” Sahut mas pelayan toko.

            “Terimakasih mas.” Sahut kami berdua serempak.

            “Minum dulu day.” Sahut dito sambil meminum minumannya.

            Tumben banget dito gugup kayak gini, nggak banyak omong banyak diamnya. Pikirku dalam hati.

            “Day, jadi gini kita kan udah kenal lumayan lama nih.” Ucap dito sambil menunduk.

            “Hmmm.” Ucapku bergumam.

            “Kita kenal waktu kamu baru ikut organisasi kan?” Ucap dito sambil melihat ke arahku.

            “Hmmm.” Ucapku bergumam.

            “Kok jawabnya hmmm terus day?” Tanya dito melihat ke arahku.

            “Iya-iya terus kenapa dit haha? Langsung aja dit.” Sahutku sambil bercandain dito agar suasana tidak tegang.

            “Jadi gini day, aku ingin mengenal kamu lebih dekat lagi boleh?” Tanya dito dengan serius sambil melihat ke arahku.

            “Ya bolehlah dit, masa nggak boleh jahat banget aku haha.” Sahutku sambil bercandain dito.

            “Kamu bercanda terus day, aku kan lagi serius.” Sahut dito dengan serius.

            “Ya abisnya kamu tegang banget dit, kayak lagi ujian. Hitung-hitung balas dendam sama kamu, kan kamu sering ngerjain aku.” Sahutku sambil menahan tawa.

            “Iyadeh iyadeh day.” Sahut dito dengan lemas.

            “Maksud kamu mengenal lebih dekat gimana dit? Kan kita sudah dekat.” Sahutku mulai serius.

            “Aku ingin selalu ada buat kamu day, kalau kamu lagi sedih kamu bisa ceritain semuanya sama aku day. Aku nggak mau lihat kamu sedih terus day. Kamu mau nggak kalau aku jadi penghilang rasa sedih kamu? Kamu maukan day jadi pacar aku?” Ucap dito dengan sangat serius dan menatap mataku dengan tajam.

            Pikirku sangat lama dan akhirnya aku menjawab, “Iya dit, aku mau.” Sahutku sambil mengangguk dan melihat ke mata dito.

            “Kok lama banget jawabnya day? Kamu nggak yakin sama aku?” Tanya dito dengan serius.

            “Bukan gitu dit, biar lebih greget aja. Pasti nungguin banget yaa, hehe?” Sahutku masih bercandain dito.

            “Ngomong-ngomong makasi ya day, kamu udah mau nerima aku.” Sahut dito dengan serius.

            “Iya sama-sama dit, pulang yuk dit udah malam nih.” Sahutku sambil melihat ke arah jam tangan.

            Sesampai dito mengantarku ke depan rumah, aku berkata:

            “Mampir dulu dit?” Tanyaku kepada dito.

            “Nggak deh day udah malam, lain kali aja day aku mampir. Aku langsung aja ya nanti malam aku telpon ya. Udah ya byee.” Sahut dito sambil mengendarai motornya dengan tersenyum menyapaku.

            “Hati-hati dit, jangan ngebut-ngebut ya. Byee.” Sahutku sambi tersenyum balik kepadanya.

            Saat membuka pintu tiba-tiba ibu menghampiriku.

            “Day, itu siapa? Kok nggak disuruh masuk?” Tanya ibu dengan penasaran.

            “Itu dito bu, pacar baru aku tadi baru jadian hehe.” Sahutku sambil tersenyum kepada ibu.

            “Kok nggak dikenalin ke ibu day?” Tanya ibu dengan penasaran.

            “Kata dia udah malam bu, kapan-kapan aja katanya mampir bu. Baru juga jadian bu hehe.” Sahutku sambil tertawa.

            “Kenal dari mana day? Ohya ibu lupa nanya namanya, siapa namanya day?” Tanya ibu dengan penasaran.

            “Namanya dito bu, teman satu organisasi teman sekampus juga kok bu.” Jawabku dengan santai.

            “Baik nggak anaknya?” Tanya ibu sangat kepo.”

            “InsyaAllah bu, soalnya aku sudah lumayan lama kenal sama dia bu. Tapi dia itu famous banget bu di kampus dan cewek-cewek banyak yang suka sama dia bu.” Sahutku sambil menceritakan dito.

            “Wah-wah, kayaknya anak ibu mulai khawatir ni. Takut dito diambil orang ya kamu, hehe.” Sahut ibu sambil bercanda.

            “Ibu ah bisa aja, udah ya bu aku mau mandi dulu.” Jawabku sambil berjalan ke arah kamarku.

            Setelah selesai aku mandi dan siap-siap untuk beristirahat, tiba-tiba dito beneran nelpon.

            “Malam day?” Sahut dito dalam telpon.

            “Iya malam dit, kirain nggak jadi nelpon.” Sahutku kepada dito.

            “Iya tadi aku mandi dulu day.” Sahut dito.

            “Iya dit, ohya tadi kok pas kita mau pergi kamu senyum-senyum gitu kayak nertawain aku, pas aku keluar dari rumah? Aku salah kostum ya dit?” Tanyaku dengan penasaran.

            “Nggak kok day, siapa bilang kamu salah kostum? Tadi itu kamu cantik banget day.” Sahut dito sambil memujiku.

            “Bohongkan? Jujur aja dit, nggak apa-apa kok.” Tanyaku dengan serius.

            “Emang aku sering bohong ya? Sayang, aku itu nggak pernah bohong, kecuali untuk kebaikan.” Sahut dito dengan serius.

            “Inikan demi kebaikan, pasti kamu bohongkan? Ya kan?” Tanyaku sambil bercandain dito.

            “Terserah deh, aku kan pacar yang baik. Jadi nurut aja kalo dituduh pacarnya begitu.” Sahut dito dengan serius.

            “Ihh kok ngambek, kan aku bercanda sayanggg.” Sahutku sambil menahan tawa.

            “Dit.. dit.. haloo.. udah tidur yaa?” Sahutku dengan terus memanggilnya. “Kok nggak ada suaranya? Sayang? Kamu sudah tidur ya?” Sahutku terus berbicara.

            “Belum kok sayang, aku belum tidur. Aku cuman nunggu kamu panggil aku sayang hehe.” Sahut dito dalam telpon sambil tertawa lepas.

            “Dito ihh, suka banget kayak gitu. Bercanda mulu, kapan seriusnya dit?” Sahutku dengan nada suara kesal.

            “Besok ke kampus nggak? Aku jemput ya day?” Tanya dito kepadaku.

            “Iya boleh dit.” Sahutku dengan mengiyakan dito.

            Kami telponan hingga lupa waktu dan tanpa sadar aku tertidur dengan pulas tanpa mengucapkan selamat tidur. Keesokan harinya, dito menjemputku dan kami berdua pergi ke kampus bersama-sama. Sesampai di kampus, kami berjalan berdua sepanjang jalan hingga menuju ke kelasku. Tiba-tiba...

            “Day kok bisa lu bareng dito? Lu udah jadian?” Sahut geya dengan keras di depan dito.

            “Iya sudah ge, jangan ngomong keras-keras. Malu ihh sama dito.” Sahutku sambil berbisik kepada geya.

            “Waaaa.” Geya terpelongok. “Cocok day, kalian berdua itu cocok banget. Aku senang deh ngelihatnya.” Sahut geya sambil tersenyum melihat ke arah kami berdua.

            Dito hanya tersenyum dan berkata: “Day nanti kalo mau pulang kabarin aja ya?”

            “Iya dit.” Sahutku sambil melambaikan tangan.

            “Day cerita cerita, please...” Sahut geya dengan penasaran.

            “Nanti di kantin ge, kita masuk kelas dulu. Oke.” Sahutku sambil mendorong geya ke dalam kelas.

            Saat jam pelajaran dimulai, tak lama kemudian dito whatsapp dan berkata:             “Nanti kalo sudah selesai belajar, jangan lupa makan ya sayang. Tadikan kamu belum sarapan.”

            “Cieee udah sayang-sayangan aja sama dito.” Sahut geya dengan keras saat sedang belajar.

            “Gee apaan sih.” Sahutku sambil menutup mulut geya.

            “Cieee dayana sama dito.” Sahut teman-teman sekelasku.

            “Heh, kenapa yang di belakang itu berisik?” Sahut dosenku dari depan kelas.

            “Buat rusuh banget ge. Nggak aku ceritain nih ntar” Ucapku dengan wajah bete.

            “Iya-iya day, gue diam. Eh btw dito romantis nggak?” Tanya geya dengan penasaran.

            “Nggak mau jawab nanti lu berisik, belajar dulu nanti di kantin baru cerita.” Sahutku sambil memperhatikan dosenku di depan kelas.

            “Ahh, nggak seru lu day.” Sahut geya dengan wajah bete.

            Kelas pun sudah berakhir. Aku dan geya pergi ke kantin, geya dengan terburu-buru mengajakku ke kantin karena tak sabar mendengarkan kisahku. Saat sudah sampai di kantin, kami duduk dan memesan beberapa makanan dan minuman. Sambil menunggu makanan dan minuman diantar, geya langsung berkata: “Cepet day, cerita gimana kok lu bisa jadian sama dito?”

            “Ya gitu deh ceritanya.” Sahutku dengan pelan sambil melihat handphone.

            “Gitu gimana? Kan lu belum cerita.” Sahut geya mulai kesal.

            “Iya sabar ge, temperamen banget lu hahaha.” Sahutku sambil tertawa dan meletakkan handphoneku di atas meja.

            “Abisnya lu gitu.” Sahut geya dengan wajah bete.

            “Kemarin itu lucu banget ge, sumpah.” Sahutku sambil mencoba mengingat-ingat memori ingatan saat bersama dito.

            “Lucu kenapa?” Tanya geya dengan penasaran dan mencoba untuk memperhatikan.

            “Kata lu dito itu playboy, kok kemarin dia grogi gitu kayak belum pernah pengalaman. Ngomongnya aja kayak takut-takut gitu.” Sahutku sambil senyum-senyum mengingatnya.

            “Jadi dia nembak lu langsung day? Secara langsung?” Tanya geya makin penasaran.

            “Iyalah ge, masa dari handphone. Itu mah zaman kapan ahahaha.” Sahutku sambil tertawa.

            Geya diam dan memperhatikan dengan serius.

            “Terus yang lucunya itu, masa dia bilang kalo dia mau jadi penghilang rasa sedih aku. Sumpah itu paling lucu ge, tapi romantis sih hehehe.” Sahutku sambil senyum-senyum.

            “Dia bilang gitu ke elu day? Yaampun dito kok bisa romantis banget ya padahal kelihatannya awur-awuran gitu. Coba dito sama gue ahahaha.” Sahut geya sambil membayangkan dirinya bersama dito.

            “Yaudah ambil deh ambil ge.” Sahutku dengan sewot.

            “Hahaha bercanda day, tapi kalian berdua emang cocok banget lho day. Elu nya cantik, si dito cakep, cocok banget deh. Kalo dilihat-lihat tu adem banget day. Tapi lu nggak main-main kan sama dito? Lu sudah bisa kan ngelupain arga?” Tanya geya mulai serius.

            “Doain ya ge, doain aku bisa ngelupain arga. Aku lagi belajar mencoba dan aku lagi berusaha untuk membuka hatiku dan menerima dito di dalam kehidupanku.” Sahutku sambil memberi semangat kepada diriku.

            Makanan telah datang dan kami cepat-cepat menghabiskan makanan tersebut, dikarenakan kelas selanjutnya akan dimulai. Beberapa jam kemudian, tidak terasa waktunya untuk pulang. Tiba-tiba dito sudah berdiri di depan kelasku menungguku untuk pulang bareng. Semua teman-teman kelasku tertuju kepada kami, dan aku berkata: “Dari tadi ya? Yuk pulang. Ge, kami duluan yaa.” Sahutku kepada geya dan dito tersenyum kepada geya.

            Saat di perjalanan pulang, dito berkata: “Sayang, aku mau main ke rumah ya. Boleh?” Tanya dito sambil mengendarai motor.

            “Iya bolehlah, masa nggak boleh.” Jawabku berbicara kepadanya.

            Sesampai kami di rumah, aku pun mengajak dito masuk ke rumah dan menyuruhnya untuk menungguku berganti pakaian dulu. Tiba-tiba ibu menghampiri dito yang sedang duduk di ruang tamu.

            “Ehh temannya dayana yaa?” Tanya ibu sambil duduk juga di ruang tamu.

            “Iya bu.” Jawab dito dengan sopan dan tersenyum.

            “Teman sekolah atau sekampus?” Tanya ibu dengan pura-pura belum tau.

            “Sekampus bu tapi beda jurusan.” Jawab dito dengan sopan.

            “Ohh gitu.” Sahut ibu.

            Aku menghampiri dito yang sedang duduk di ruang tamu dengan membawakan secangkir teh manis.

            “Ehh yaudah ya, ibu tinggal dulu.” Sahut ibu berbicara kepada kami berdua.

            “Iya bu.” Sahut dito.

            “Tadi gimana di kampus dit, baik-baik aja kan?” Tanyaku untuk memulai pembicaraan.

            “Haha pertanyaan kamu, lucu banget sih sayang.” Sahut dito sambil tertawa.

            “Iyaya kaku banget ya dit haha. Diminum dulu dit.” Sahutku sembari menawarkan minuman yang kusuguhkan untuk dito.

            Dito pun meminum air teh manis tersebut dan tiba-tiba dia terdiam sejenak.

            “Kenapa dit? Kurang manis ya? Aku tambahin gula ya?” Tanyaku kepada dito.

            “Nggak papa kok sayang, manis kok.” Sahut dito dengan meyakinkan.

            Tiba-tiba dito terdiam, entah kenapa dia sering diam dan aku tidak berani untuk menanyakan keadaannya. Dito berkata: “Sayang, sebenarnya kamu anggap aku ini apa?” Tanya dito sambil melihat mataku dengan tajam.

            “Pacar aku dit.” Jawabku dengan melihat ke arah mata tajamnya dito.

            “Pacar ya? Kok manggilnya selalu dito sih, kalo pacaran itu panggilannya kan sayang. Kecuali kalo lagi banyak orang nggak papa manggilnya nama, tapi kalo kita lagi berdua panggil aku sayang yaa. Atau jangan-jangan kamu nggak sayang yaa sama aku?” Tanya dito dengan berani dan menunjukkan dirinya sebagai kekasihku.

            “Nggak bukan gitu, aku sayang kok. Cuman aku belum terbiasa aja dit, kasih aku waktu ya dit agar terbiasa.” Sahutku dengan meyakinkan dito sebagai kekasihku.

            “Iya sayang, aku percaya kok.” Sahut dito dengan tersenyum.

            “Eh kita foto yuk, tapi berdiri gitu jangan selfie. Biar jadi memori hehehe.” Sahutku sambil tertawa kecil.

            “Siapa yang fotoinnya kalo foto berdiri?” Tanya dito kepadaku.

            “Kan ada naya, bentar ya aku panggil dulu.” Sahutku sambil berdiri dari tempat duduk.

            “Ga perlu lah, kita selfie aja.” Sahut dito.

            “Nggak apa sayang, bentar yaa.” Sahutku membujuk dito dengan berdiri.

            Aku pun masuk ke dalam dan memanggil naya untuk menyuruhnya mengambil foto kami.

            “Nay, fotoin dong tapi foto berdiri gitu.” Ucapku menyuruh naya.

            “Eh eh, selfie aja ngapa?” Ucap naya menolakku.

            “Sesekali mau foto berdiri. Tolong..Please..” Sahutku meminta tolong kepada naya.

            Kemudian naya berdiri dan mengambil handphone yang aku berikan. Kami berjalan ke arah ruang tamu dan siap-siap untuk take a photo.

            “Yuk dit berdiri.” Sahutku mengajak dito berdiri.

            “Gayanya gimana nih?” Tanya dito kepadaku.

            “Terserah dit.” Sahutku sambil tersenyum.

            Kami pun berdiri tegap untuk berfoto, dan secara bersamaan naya mengambil foto tersebut. Terasa kaku sekali, tanpa disadari dito ingin berfoto sambil merangkulku namun tidak berani dan aku menyadarinya. Aku pura-pura tidak menyadarinya dan kami melihat hasilnya.

            “Kaku banget yaa haha.” Sahutku sambil tertawa setelah melihat foto itu.

            “Iya kayak foto ktp tegap gitu, mirip tersangka kamu hahaha.” Sahut dito dengan mengejekku.

            “Ihh kamulah yang lebih mirip tersangka.” Sahutku dengan wajah bete.

            “Sayang, I love you.” Sahut dito dengan tatapan yang tajam.

            “Ihh apaan sih dit.” Sahutku sambil malu-malu.

            “I love you.” Sahut dito dengan mengulangi kalimat yang sama.

            “Iya I love u too.” Sahutku sambil malu-malu.

            Dito pun tersenyum, lalu dia berkata: “Aku pulang yaa?”

            “Iya pulanglah.” Ucapku dengan pelan.

            “Kenapa? Nggak boleh pulang yaa? Masih rindu?” Tanya dito dengan pelan dan menatapku.

            “Ihh kamu nih, pulanglah pulang sana hus hus.” Sahutku sambil bercandain dito.

            “Haha kok salah tingkah gitu sih? Iya-iya aku pulang. Mau pamitan dong sama bapak atau ibu.” Ucap dito sambil tertawa.

            “Kok salah tingkah? Biasa aja keleus.” Sahutku langsung berjalan pergi memanggil bapak.

            Bapak pun keluar dan langsung menemui dito. Dito pun berkata: “Pak, saya mau permisi pulang dulu.” Sahut dito dengan sopan.

            “Iya-iya hati-hati ya.” Kata bapak dengan ramah dan tersenyum kemudian duduk di kursi tamu.

            Bapakku emang terkenal agak cuek, ya namanya lelaki kan kebanyakan gitu sok cuek. Aku pun mengantar dito ke depan rumah hingga menunggu dia mengendarai motornya, dan dito berkata: “Aku pulang ya.” Sahut dito sambil senyum-senyum.

            “Iya, hati-hati ya jangan ngebut-ngebutan.” Sahutku dengan memperdulikan dito.

            Dito tersenyum sambil mengendarai motornya dengan pelan dan aku pun melambaikan tangan sambil berkata: “Hati-hati”

            Tak lama kemudian, aku pun menghubungi dito melalui whatsapp dan menuliskan, “Sudah sampai rumah?”

            Dito pun membalas, “Alhamdulillah sudah sampai kok sayang.”

            Berhari-hari telah berlalu bahkan hampir sebulan sudah hubungan kami berjalan. Dito selalu memberiku kabar dan tak pernah dia tak menghubungiku, hampir setiap malam dia menelponku dan kami sering ke kampus barengan. Tetapi aku masih belum ngerasain gimana jantungku berdetak saat bersama arga, aku tak tau mengapa. Aku sudah berusaha untuk membuka hatiku untuk dito, betapa jahatnya diriku dengan memperlakukan dito seperti ini. Maafkan aku dit..

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Soul
157      120     1     
Fantasy
Apa aku terlihat lezat dimatamu? Meski begitu,jiwaku hanya milikku bukan untuk siapapun. ---- -Inaya- Jika dikira hidupku ini sangat sempurna dan menyenangkan,memiliki banyak teman,keluarga dan hidup enak,tidak semua benar,aku masih harus bersembunyi dari para Soul Hunter,aku masih harus berlari dari kejaran mereka setiap saat,aku juga harus kabur dari setiap kejadian yang melibatkan So...
Love is Possible
142      132     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
PENTAS
1108      654     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Let Me Go
479      350     4     
Short Story
Rumah Arwah
1014      546     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Do You Want To Kill Me?
5706      1612     2     
Romance
Semesta tidak henti-hentinya berubah, berkembang, dan tumbuh. Dia terus melebarkan tubuh. Tidak peduli dengan cercaan dan terus bersikukuh. Hingga akhirnya dia akan menjadi rapuh. Apakah semesta itu Abadi? Sebuah pertanyaan kecil yang sering terlintas di benak mahluk berumur pendek seperti kita. Pertanyaan yang bagaikan teka-teki tak terpecahkan terus menghantui setiap generasi. Kita...
Samantha
471      339     0     
Short Story
Sesosok perempuan bernama Samantha yang terlalu percaya atas apa yang telah dia lihat di parkiran sekolah, membuatnya mengambil keputusaan untuk menjauhi sosok laki-laki yang dia cintai.
Utha: Five Fairy Secret
1461      716     1     
Fantasy
Karya Pertama! Seorang pria berumur 25 tahun pulang dari tempat kerjanya dan membeli sebuah novel otome yang sedang hits saat ini. Novel ini berjudul Five Fairy and Secret (FFS) memiliki tema game otome. Buku ini adalah volume terakhir dimana penulis sudah menegaskan novel ini tamat di buku ini. Hidup di bawah tekanan mencari uang, akhirnya ia meninggal di tahun 2017 karena tertabrak s...
6 Pintu Untuk Pulang
623      351     2     
Short Story
Dikejar oleh zombie-zombie, rasanya tentu saja menegangkan. Apalagi harus memecahkan maksud dari dua huruf yang tertulis di telapak tangan dengan clue yang diberikan oleh pacarku. Jika berhasil, akan muncul pintu agar terlepas dari kejaran zombie-zombie itu. Dan, ada 6 pintu yang harus kulewati. Tunggu dulu, ini bukan cerita fantasi. Lalu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam komik tentang zombie...
Venus & Mars
3392      1177     9     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagungan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan...