BAB 5
TEWAS
ternyata bukan hanya listrik di laboratoriumku saja yang padam. Satu desa sekarang gelap gulita, itu membuat suasana bertambah sepi. Apalagi angin malam berhembus semakin kencang. Dan hujan pun turun.
kira kira kemana orang tadi? aku jadi merinding hingga bulu kudugku berdiri. Aku ingat di meja depan pernah ku taruh sebuah senter kecil, aku mencoba meraihnya tapi percuma. karena listriknya sudah menyala lagi. Saat ku perhatikan mejanya aku sangat terkejut melihat beyond ada disana, ternyata dia orangnya. Dia tersenyum geli melihatku membawa sekop.
"apa yang kau lakukan dokter? Apa kau akan memukulku?" aku tidak suka dengan kelakarnya, ini jelas tidak lucu.
Aku menjawab dengan getus.
"seharusnya aku yang bertanya kepadamu, apa yang kau lakukan di laboratoriumku?"
"oh ya, aku sangat tertarik melihat sebuah rumah yang tak ada orangnya tapi pintunya terbuka lebar. Apa kau tau itu? Itu biasanya kecerobohan pemiliknya atau sedang terjadi sesuatu di rumah itu. Jadi aku hanya mengeceknya. "
"alasan yang cukup baik"
Lalu beyond menyisir rambutnya.
"sebaiknya kau cek obat obatanmu itu dokter, karena saat aku masuk keadaannya memang sudah demikian berantakan"
aku melihat beberapa catatan penelitianku di obrak abrik lalu saat aku buka lemari kecil tempat menyimpan percobaanku, beberapa obat menghilang. Yang paling parah aku kehilangan ekstrak tumbuhan alngit yang sudah tercampur sulful dan metanol, Memang tidak semuanya hilang. Tapi hal ini membuatku khawatir pada mauro, apa dia yang sudah mengambilnya? dan dia akan meracuni seseorang? Tidak mungkin!
"kau terlihat khawatir dokter?"
"aku kehilangan sebuah racun yang sangat berbahaya."
"bukankah semua racun itu berbahaya ?"
" tapi yang ini jauh lebih berbahaya. Kau tau kekuatan membunuhnya lebih parah dari arsenik ataupun sianida."
"apa kau berpikir ada seseorang yang sengaja mencuri racunmu itu untuk membunuh ?"
"kau memang pandai membaca isi otaku, aku sangat khawatir itu adalah mauro"
lalu aku menceritakan saat mauro menghampiri diriku sore tadi, aku mencoba menceritakan dengan serinci rincinya termasuk saat aku lalai mengunci pintu laboratorium dan aku lanjutkan saat mauro bilang menginginkan racunku untuk membunuh seseorang. Hal itu membuat beyond terbelalak.
"apah kau bilang?! Kenapa kau tidak langsung memberitahukan aku!"
dia mengambil mantelnya lalu mengajakku kembali ke de alligio.
"kita harus bergegas sebelum semuanya terlambat, ayo cepat dokter!"
dia berlari meninggalkanku, sementara aku masih berkutat dengan pintu masuk yang harus di kunci.
akhirnya aku mengikutinya. Aku berlari menuju de alligio untuk ke dua kalinya. Baru sampai ditengah perjalanan, hujan deras turun dengan cepat. sialnya aku terpeleset dan jatuh tersungkur akibat jalan yang menjadi licin. Pakaianku basah kuyup saat sampai di dalam ruangan lobi.
beyond sedang berdebat hebat dengan joni,
"tidak tuan, kau tidak boleh mengganggu tuan mauro. dia sudah berpesan, dia akan beristirahat dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Aku akan di pecat jika membiarkan kamu masuk ke ruangannya."
"aku tidak peduli! Ini menyangkut nyawa seseorang"
beyond menerobos hadangan joni, dia langsung berlari menuju ruangan mauro. Aku mengikutinya dengan cepat.
"Mauro... Mauro.... Jika kau mendengar suaraku, katakan sesuatu." beyond mengetuk pintu itu keras keras.
"mauro... Jangan bercanda!"
saat itu alfin keluar dari kamarnya yang berhadapan dengan ruangan ini. Jika afin saja mendengar teriakan beyond kenapa mauro tak mau menjawab. Apa mungkin dia tidur terlalu nyenyak? Dan Di tambah suara gemuruh hujan hingga tak dapat mendengar apa apa.
"ada apa ini?" tanya alfin dengan kebingungan, tapi tak ada yang menjawabnya
"dokter, sebaiknya kita dobrak saja pintu ini."
kami berdua mendobrak pintu itu, dan pada dorongan yang ketiga pintunya terbuka.
kami berdua masuk duluan, di ikuti joni dan alfin. Mauro sedang duduk di sofa kerjanya, tapi saat itu posisinya menghadap jendela dan membelakangi kami, hingga kami tak dapat melihat wajahnya lalu beyond memutar kursinya itu.
terlihat wajah gempal mauro yang terkulai di senderan sofa, posisi kepalanya miring kekanan. wajahnya sangat menyeramkan, dengan mata melotot dan busa putih keluar dari mulut dan hidungnya. Lalu jari jari tangannya mencengkram erat pada lengan sofa. Dia telah disiksa sebelum ke neraka.
ini adalah mayat kedua yang akan aku priksa di indonesia. aku meminta sarung tangan dan senter kepada joni, sempat terlihat wajah joni yang sama sekali tak berduka cita. Dia tetap tenang, tanpa menunjukan ekspresi apapun. Joni mengungkapkan akan segera menghubungi ambulan dan polisi.
Aku memenggang perut mauro yang terasa sangat keras bagai batu. Lalu membersihkan busa putih dimulutnya kemudian aku buka mulutnya dengan sedikit ku paksa, terlihat cukup banyak busa di tenggorokannya. Dan semua tubuhnya kaku.
" jelas sekali dia di racun" kataku.
"Kau benar dokter, pembunuh yang aku hadapi saat ini sangatlah berbahaya. Dia benar benar nekat dan cerdik."
"lalu sebenarnya apa yang sedang mauro lakukan dengan duduk menghadap jendela." pertanyaan alfin sangat bagus.
"itu juga yang sedang aku pikirkan, dokter apa kau ingat posisi tirai jendelannya sebelum pergi dari ruangan ini ?"
aku sangat ingat karena baru beberapa menit meninggalkan ruangan ini. Dan semuanya tertutup.
"baiklah, itu berarti sebelum meninggal, mauro sedang melihat atau mengamati sesuatu di luar sana. Jika dilihat dari tirainya, yang terbuka hanya sebelah kanan. lalu amatilah dari jendela itu nampak halaman samping rumah. Mungkin saja dia sedang memperhatikan seseorang di luar sana."
beyond kemudian menyusuri ruangan ini, menyelidik kesana kesini. Dan akhirnya dia berhenti di meja bundar yang memopong dua cangir kopi. Dia ambil kedua kopi itu, lalu menciuminya dengan sangat hati hati. Ekspresi yang dia tunjukan kecewa.
"mana kopi yang kau minum dokter?"
"Sebelah kanan"
kemudian beyond memasukan satu jarinya kedalam kopi sebelah kiri, dan menjilatnya.
"rasanya tak berbeda sama sekali. Apa saat itu kau melihat mauro meminum kopi ini?
"tidak sama sekali, dia hanya menyuruhku meminum kopi tapi justru dia tidak melakukannya."
"ingatanmu bagus juga dokter, tapi kopi ini jelas sudah di minumnya mungkin sesaat setelah kau meninggalkannya."
itu kemungkinan yang palis logis, karena saat aku pergi. Mauro sendirian di dalam ruangan itu. Tapi masih ada kemungkinan lain, yaitu jendelannya. Jika dilihat jendela itu dekat sekali dengan pipa pembuangan air hujan. Pipa itu cukup besar dan kuat untuk dipanjat oleh seseorang. Lalu jika seorang itu pemberani, dia bisa sangat mudah menjangkau jendela ini.
lalu terlintas dalam benakku kemana kapten rafly berada? Dia tak terlihat sejak aku mengawasinya setengah jam yang lalu. Gerak gerik yang mencurigakan, pembohongan atas kaki pincangnya dan sekarang aku semakin percaya dengan omongan mitos burung gagaknya. Itu semua membuat pikiranku membayangkan hal yang negatif.
"ada apa dokter, kau seperti sedang melamun." alfin menyadarkanku.
"em... Tidak. Aku hanya sedang berfikir kemana perginya kapten rafly? Apa kau tau?"
"orang itu tak perlu kau khawatirkan. Dia mempunyai sembilan nyawa."
saat itu beyond sedang mencari petunjuk lain di ruangan ini. Tapi tak ada apa apa disini, semuanya normal seperti sedia kala.
"semuanya bersih, lawanku kali ini sangat rapi dalam bertindak. Tidak ada petunjuk satu pun, bahkan kopi itu tak berarti apa apa. Mungkin saja dia memakan racun itu sebelum pergi ke ruangan ini. Yah itu dia! Apa kalian berdua ingat apa saja yang dimakan oleh mauro saat makan malam?"
kami mencoba mengingat ingat lalu menerangkan kepada beyond, aku dan alfin sempat berbeda pendapat tentang makanan penutup yang dimakan oleh mauro. Aku bilang dia memakan puding, sementara alfin sebaliknya. Akhirnya diputuskan puding penutup itu masuk daftar makanan yang dicurigai beracun. Karena saat itu hanya mauro yang memakannya. Dan dia sempat mengeluh betapa tak enaknya puding itu.
polisi datang saat hujan masih turun dengan lebat, mereka berjumlah 4 orang dan satu orang yang pernahku temui saat mayat karin sitanggang ditemukan. Insperktur ronny yang gendut langsung masuk ke ruangan mauro. Dia menyuruh anak buahnya untuk menyisir setiap milli di ruangan ini. Mereka merangkak kesana kesini, membawa sapu berukuran mini dan mulai mengusap usap yang mereka anggap penting. Katanya mereka sedang mencari sidik jari. Inspektur menyuruh kita semua keluar dari ruangan ini dan kami memberi keterangan pada satu polisi di luar ruangan. Kami mengikutinya kecuali beyond yang masih berdiri di tempatnya lalu sempat aku dengar dia berkata "kalian tak akan mendapat petunjuk apapun disini, sebaiknya kalian periksa saja mayatnya lalu lakukan otopsi. Aku ingin tau racun apa...." aku hanya mendengarnya sampai di situ saja,
diluar sudah ada siska, joni, satu wanita yang kemungkinan juru masak dan wartawan muda sandy. Dan aku baru sadar dia menginap disini, aku pikir dia bermalam di villa the rose. Satu menit kemudian beyond keluar dan bergabung dengan kami. Dia berbisik kepadaku.
"mereka keras kepala. Terutama si gendut itu, mereka merangkak dan mengendus ngendus seperti seekor anjing! Menjijikan. Mereka tak mempunyai seni penyelidikan" aku menahan tawa mendengar kelakarnya.
"...dokter, aku sekarang serius. sebelum dia makan puding apa yang dia makan atau minum?"
aku mengingat ingat saat itu.
"aku pikir kami meminum wisky. "
"kau bilang kami? berarti kalian semua meminumnya?"
"yah kami semua meminumnya kecuali kapten rafly."
"cukup unik, kalian meminumnya tapi tak ada apa apa. bagaimana rasanya? Maksudku rasa wisky itu."
"jujur saja itu wisky pertama yang aku minum dan rasanya tidak enak sama sekali, manis sedikit dan getir setelahnya di lanjutkan rasa hangat di tenggorokan lalu kepalaku terasa ringan. "
sepertinya beyond tidak puas dengan keteranganku, dia berfikir sebentar. Dan membuka buku catatan kecilnya, lalu mulai mencatat.
"ruang racunnya mulai menyempit, aku pikir hanya dua kemungkinan racun itu berada. Di puding atau di gelas wisky nya."
kemudian beyond mengajakku menuju dapur, sementara semuanya di tinggal di ruangan makan. disana kita menemui juru masak dan pelayan yang sudah di mintai keterangan polisi.
" dimana juru masaknya?"
satu perempuan yang tadi berada di ruangan makan berjalan menghampiri kami.
"saya tuan."
"apa kau masih menyimpan sisa puding yang tuan mauro makan? Atau sisa wisky yang kalian tuangkan saat makan malam?"
semuanya orang yang ada disini kompak menggeleng,
" semuanya sudah dibuang tuan, karena tuan mauro saat itu memarahi kami dengan alasan rasa wiskynya berubah dan rasa pudingnya sangat menjijikan. Dia marah besar jadi kami menurutinya dengan cepat."
lalu aku membisikinya.
"apa kau akan mengorek orek tong sampah untuk mendapatkan puding itu?"
"kalau para polisi itu mungkin akan berbuat begitu, tapi aku tak akan pernah melakukannya. Karena aku punya ini." beyond menunjuk kepalanya. Dia sangat bangga dengan otaknya.
hujan besar masih mengguyur diluar sana, bajuku yang setengah basah dan kotor mulai terasa mengganggu badan ini. Aku merasa kedinginan, lalu aku meminta satu set baju salin kepada alfin karena ukuran tubuhnya tak jauh berbeda denganku.
pukul 23:30 polisi sudah membawa tubuh mauro ke rumah sakit. Sementara alfin mengajakku untuk bermalam disini. Aku menuruti permintaannya, Saat itu aku tidak bertemu dengan beyond lagi. Dan sebelum pergi tidur aku meninggalkan pesan untuk linda. Tetapi tak semua kejadian ini aku ceritakan.
Aku tidur di ruangan bawah, di salah satu kamar tamu yang kosong. Saat duduk di atas kasur, aku sempat membayangkan wajah joni saat di marahi mauro di depan tamunya. Type kepala pelayan seperti dia adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi peraturan dan menghargai kebormatan seseorang. pada saat itu Dia sangat malu dan marah karena merasa dilecehkan , tetapi saat menemukan mayat mauro, wajahnya menjadi tenang dan tanpa ekspresi. Lalu raut wajah alfin yang sepertinya menyembunyikan kegembiraannya. Tapi entahlah. Kemudian kapten rafly yang menghilang secara misterius. aku rasa kasus ini sangat menarik.
Sekarang apa yang sedang kau pikirkan detektif?