BAB 2 : VILLA DI DESA TEPI.
Sebelum ku ceritakan lebih lanjut saat itu, sebaliknya ku beritau siapa saja orang orang yang dianggap penting di desa ini. kebanyakan informasi yang aku dapatkan berasal dari linda. Pertama tentu saja suami istri sitanggang. mereka adalah salah satu orang terkaya dan tersukses di daerah ini, dengan usaha kebun sawit yang berhektar hektar serta usaha villanya yang begitu maju mereka sering di eluh eluhkan warga disini. Tak ada warga sini yang tak mengenali mereka. Tapi sebenarnya, kakayaan yang mereka miliki hanya warisan dari orang tua sang istri. karin adalah teturunan terakhir dari marga "sitanggang" yang kaya raya. ayahnya meninggal terkena penyakit aneh dirumahnya dan saat itu karin masih perawan dan sudah diwarisi satu villa besar yang ku pikir lebih mirip istana, villa itu dulunya bernama "balga" sebelum di ganti menjadi "de allegio". saat itu usahanya berjalan begitu lancar hingga banyak perjaka desa yang mencoba mendekatinya tapi tak ada yang mampu mengikat hati karin. Hingga saat umurnya mendekati 25 tahun diam diam dia rupanya jatuh cinta dengan seorang turis inggris yang menginap di villanya, william mauro yang kemudian berubah nama menjadi mauro sitanggang . william yang saat itu pergi berlibur kesini bersama tunangannya juga merasakan hal yang sama dirasakan oleh karin, mereka saling jatuh cinta tapi tentu saja mauro tak dapat mengungkapkan perasaannya secara terang terangan. Mereka menjalankan hubungan dengan diam diam, hanya mereka berdua dan linda yang mengetauhi hubungan mereka. Karena karin selalu bercurhat kepada adiku, 1 bulan kemudian william memutuskan akan pulang ke inggris dahulu dan berjanji akan kembali kesini untuk menikahi karin. Dia menepati janjinya itu, Mereka menikah 4 tahun yang lalu. Hubungan mereka terbilang cukup mesra dan baik di hadapan masyarakat, karin bahkan di kenal sebagai seorang yang dermawan dan suka bersosialisai dengan warga. Sementara mauro lebih suka menyibukan diri dengan pekerjaannya dan bepergian kesana kesini, hampir hampirtak terlihat di desa tepi, dia hanya sekali ku lihat berada di villa miliknya. Walaupun hubungan mereka terlihat baik baik saja tapi mereka Sampai saat ini tidak dikaruniai seorang anak.
Orang kaya berikutnya adalah keluarga china tuan xin quan, nyonya nguyen tao dan putri mereka miya. bukan hanya keluarga sitanggang yang mendirikan usaha villanya disini tapi keluarga china ini pun sudah kurang lebih sudah 3 tahun berbisnis villa. tensi persaingan bisnis antara kedua keluarga ini cukup panas, tuan china ini sering memarahi para pemantu serta tukang kebunnya jika banyak tamu yang menginap di villa de alligio . Dia orang yang begitu kolot , menurutku dia bahkan seperti orang yang kurang waras. Aku memang belum terlalu mengenal keluarga ini karena mereka tidak selalu berada di villanya. dan linda juga tidak pernah menceritakan mereka. Selanjutnya ada, kapten rifky teman dekat ayah karin sitanggang dia seorang pensiunan nahkoda kapal pesiar, kebetulan sekarang dia ada disini menginap di villa de alligio. Umurnya sudah menginjak 50 tahun tapi fisiknya sungguh masih kuat,ototnya masih terbentuk, dadanya bidang dan kekar, matanya tajam bagai elang, raut wajahnya serius, dia seperti awet muda. segar dan sempurna Hanya kaki kirinya saja yang sudah mulai melemah. Dia harus berjalan dengan memakai 1 tongkat. Kapten rifky mempunyai burung gagak yang sewaktu waktu datang kepadanya, ada isu yang bilang burung gagak itu akan datang menghampirinya jika akan ada orang yang mati.
Dan orang selantujnya adiku linda, sahabat karin sitanggang. Mereka sudah berteman sejak kecil. jika aku harus memilih satu orang sahabat untuk menyimpan rahasiaku, pilihan terburuk adalah memilih adikku. Tentu saja! dia adalah orang yang tidak tahan menyimpan rahasia, dia polos tetapi selalu ingin mencampuri urusan orang lain. Dan jika orang lain bersedia urusannya di campuri maka dia akan mengaduk aduk dengan penuh semangat urusan itu. Lalu dia tangkap informasi yang dianggapnya penting lalu dengan sengaja menukarkan informasi itu kepada orang lain dengan syarat syarat tertentu. Biasanya dia bersekongkol dengan tukang sayur dan para pembantu dikawasan ini. Dia memang aneh. Terkadang aku juga merasa kasihan padanya.
Dan ada pemuda misterius yang datang saat ku temukan mayat karin, dia rupanya bernama sandy baru baru ini ku tau dia seorang wartwan yang sedang menginap di villa rose. Kemudian keponakan karin, dari marga yang berbeda dia alfin simurang. Aku baru menemuinya saat dia turun dari mobil pribadi mauro yang berada dibelakang ambulan. Dia pemuda berkacamata, tubuhnya kurus dan tinggi, umurnya sekitar 23 tahun, kulitnya sawo matang, dimukanya terdapat bekas bekas jerawat yang sudah kering, bentuk kepalanya oval, perasaanku mengatakan dia orang yang pandai dan cerdik.
alfin turun dari mobil lalu berlari memasuki halaman rumah ini, dia menghampiri kami yang saat itu sudah berada di luar rumah.
"dimana bibiku?" belum sempat ada yang menjawab pertanyaan itu, dia langsung menimpali omongan yang lainnya. " barusan siska memberi tahukan kalau ada musibah menimpa bibiku. Lalu dimana bibiku sekarang?"
"maafkan aku alfin, bibimu ada di halaman belakang rumah. Dia tewas"
Alfin kembali berlari mengitari rumah menuju halaman belakang. Di sana ada dua polisi yang sibuk memfoto mayat. aku dan inspekture ronny mengikuti langkahnya.
dua polisi itu memberi isyarat telah selesai melakukan pengecekan mayat kepada inspektur ronny.
"oh bibi karin... Baru saja semalam kau menasehatiku. Sekarang.. Oh malangnya" dia membuka kacamata dan mengusap matanya.
"sudahlah anak muda, tangisanmu tak akan mengubah apapun."
"si mauro brengsek itu. Ini semua pasti karena dia!" mukanya menjadi merah padam, tangannya mengepal keras. Dia sangat marah saat itu.
" kurang ajar! aku pasti akan membalas dendam. Mauro!" kata itu terlontar dengan emosi yang tinggi.
"hentikan anak muda. Kau tak boleh membalas dendam, maafkan aku dokter. setengah jam yang lalu aku bicara akan memangkap pembuhun nyonya karin, tapi saat itu aku belum mengecek tubuh korban. Dan rupanya setelah anak buahku melakukan pengecekan. Tidak ada tanda tanda pembunuhan ataupun perampasan di tubuh korban semua perhiasaannya lengkap, sepertinya ini murni kecelakaan. Dan soal laporan tukang kebun itu, dia mungkin sedang linglung atau habis berhalusinasi." Sudah ku duga si inspektur gempal ini seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
dan saat itu ku rasa emosi alfin menurun. Dan dengan suara serak dia bertanya.
"apakah ada kemungkinan dia bunuh diri?"
"yah tentu saja, ada kemungkinan itu. Mengapa anda bertanya seperti itu anak muda?"
Pertanyaan itu sepertinya mengagetkan alfin, dia terkejut dan mendongakan kepalanya.
"apa kau tidak tau? Bibiku semalam bertengkar hebat dengan suaminya. Dan setelah itu dia menasehatiku untuk berhati hati dalam memilih pasangan. Dia berkata jangan sampai kau menyesal memilih orang yang salah, karena penyesalan tidak ada artinya. Bukan kah dia seperti sedang menceritakan perasaannya sendiri?"
"kau pintar juga anak muda. Hem... Baiklah, jika keluarga mengijinkan, kami akan melakukan otopsi pada tubuh korban. Untuk memastikan dia bersih." si inspektur gempal memberbaiki posisi dasinya.
"aku memang keponakannya tapi margaku berbeda dengan bibi. Otomatis keputusannya ada di tangan mauro! Dan dia pasti akan menolak otopsi itu"
Akhirnya aku memberanikan diri bertanya.
"bukankah kau memakai mobil pribadi mauro? lalu dimana dia sekarang? Kenapa kau sendirian?"
"aku hanya mengatarnya sampai ke stasiun kota. Dia pergi ke medan memakai kereta api."
"jam berapa kau mengantarnya?"
"ku kira sekitar pukul 23.00 lebih, karena kereta terakhir berangkat 23.25"
"apa kau tau persis lebih berapa menit saat itu?"
"sekitar 15 menit. Saat Itu dia menyuruhku mengemudi dengan cepat. Agar tak terlambat"
"dokter, apakah kau tau perkiraan kapan dia meninggal?"
"saat pertama kali ku menemukannya. Tanda tanda di Tubuhnya menunjukan dia sudah terendam air sekurang kurangnya 5 jam."
"pukul berapa saat itu?"
"05:35"
"itu berarti tubuhnya sudah terendam air antara tengah malam atau sebelumnya! baiklah satu fakta lagi ku dapatkan"
Saat itu siska menghampiri kami, dia melirik sebentar ke arah alfin.
"inspektur, aku sudah berhasil menghubungi tuan mauro. Dia akan langsung berangkat kesini."
"si brengsek itu akan langsung ku hajar habis habisan!"
Kata kata itu mengagetkan siska. Dia menatap alfin.
"jangan sampai kau lakukan hal konyol itu alfin."
"sebaiknya kau jaga emosi anak muda ini dokter, sementara untuk saat ini Pemeriksaan akan aku hentikan sambil kita tunggu tuan mauro sitanggang datang, mayat korban akan di bawa ke rumah sakit terlebih dahulu. Jika di ijinkan tuan mauro, kami akan langsung melakukan otopsi secepatnya"
"baiklah pak inspektur"
10 menit kemudian mobil mobil itu berlalu dengan cepat. Bunyi sirine ambulan bergema diantara pegunungan disini. semakin lama bunyinya semakin menghilang hingga tak dapat ku dengar lagi.
Siska memutuskan mengajak alfin berjalan jalan di sekitar dermaga danau toba, dia ingin berbicara dengannya. Dan pada saat alfin berjalan sekitar tiga langkah darinya dia membisiki ku supaya saat tuan mauro datang, aku harus menjelaskan semuanya secara detail tentang penemuan mayat nona karin. Dan menahan tuan mauro agar bermalam disini, sembari menunggu emosi alfin mereda. Seberarnya siska tak banyak bicara saat membisikiku, dia hanya mengucapkan satu atau dua patah kata yang langsung aku mengerti maksudnya.
Saat itu para warga sudah mulai membubarkan barisannya, sepertinya berita hangat ini akan menjadi topik lezat dikala waktu sarapan pagi ini dimulai.
desa tepi tak lebih dari desa kecil yang jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan. Disini hanya ada 98 kepala rumah tangga, dengan mayoritas penghasilan mereka mengandalkan pemberian alam dan pengolahan objek wisata. Suasananya sunyi dan cuacanya cukup dingin dan sejuk, hampir mirip dinegriku bahkan aku tak merasa ada di negara tropis. Saat pertama kalinya kakiku menginjakan tanah disini, rasanya aku menemukan kedamaian yang begitu indah. Jiwaku terasa melayang layang, pikiranku sangat tenang kala itu mungkin aku merasa seperti di lahirkan kembali. Tanpa noda, tanpa dosa, tanpa beban, dan tanpa merasa apapun. tetapi akhirnya aku sadari itu semua hanya khayalanku, karena nyatanya orang orang desa ini sangat suka bergunjing dan merumpi. Mereka akan menggosipkan apa saja yang berhubungan dengan tamu atau wisatawan yang pergi berlibur kesini. Apa lagi para pembantu kami dan pelayan di villa, mereka seperti persekongkolan saja. Aku pernah bertanya kepada ibu sumi, apa sih enaknya bergunjing. Jawabannya sunggung mengejutkanku, katanya tidak ada enak enaknya hanya saja tanpa bergunjing mereka bagaikan mayat hidup! Itu artinya mereka tak peduli apakah informasi itu benar atau salah yang terpenting mereka mengetahui sesuatu. Itu saja!
Oleh karena itu, aku mulai membiasakan diri dari hal hal semacam itu. aku serap yang baik dan sisihkan yang buruk. Seperti memisahkan duri Ikan dengan dagingnya. Agar tak tersedak aku harus berhati hati memakannya, mungkin kurang lebih seperti itu.
Kebetulan sarapan pagi kali ini juga menunya ikan dengan tambahan brokoli sebagai sumber karbohidrat. aku tak pernah Memakan nasi saat pagi hari. Itu bukan kebiasaanku, maupun kebiasaan orang itali.
Linda masih terlihat syok saat sarapan, aku katakan tentang keputusan pihak kepolisian yang menunda pemeriksaan lebih lanjut. Dia malah melamun bahkan tak menyetuh sendok maupun piring di meja. Dia hanya sekali mencicipi coklat di tangannya. Wajahnya masih pucat.
"Linda, sebaiknya kau habiskan coklat panas itu. Wajahmu pucat." aku menatapnya.
Dia tak membalas ucapanku, hanya membalas tatapanku . 5 detik kemudian dia baru membuka mulut.
"james... Apa kau percaya dengan inspektur gendut itu?"
"apa maksudmu?"
"apa tak pernah terlintas dalam pikiranmu? bahwa sebenarnya si gendut itu adalah orang bodoh!"
Aku hanya berfikir.
"kau seorang jenius, seharusnya kau lebih peka. Tetapi baiklah, akan aku jelaskan saja. Aku harus mengatakannya bahwa aku sama sekali tak percaya dengan si gentut tua itu, dia hanya membual! Sangat memuakan melihat tingkah lakunya yang seperti babi itu. Pertama dia bilang kasus ini adalah sebuah pembunuhan dan dia akan segera menangkap pelakunya dengan menggunakan otaknya yang cemerlang tapi setelah dia mendapat laporan dari bawahanya dia bilang ini bisa saja buhun diri atau kecelakaan. Dan 5 menit sesudahnya dia tak dapat memutuskan apakah ini pembunuhan atau kecelakaan. Ini sangat memuakanku james!"
"itu memang yang dikatakannya. Tapi untuk saat ini hanya dia yang bisa kita andalkan. Maksudku pihak berwajib"
"tidak james, Kau salah besar. Jika kita biarkan dia bekerja terus, bisa saja dia semakin mengada-ada lalu menuduh setiap orang yang di temuinya dan menangkap orang yang tidak tau apa apa. Misalnya dia menangkap dengan cara mengundi hitungan kancing di baju jaznya itu! Apa kau akan membiarkannya?"
"lalu apa yang bisa kita lakukan? Aku hanya seorang dokter, bukan detektive. Dan kau sendiri..."
Linda menggebrak meja di depannya,
"kau benar sekali james! Kau memang jenius, berkat dirimu aku ingat seseorang yang dapat membantu memecahkan masalah ini..." dia berdiri dengan semangat yang mulai tumbuh lagi, wajahnya berseri tak terlihat pucat lagi. "...aku mengenal seorang detektive!"
"kau pasti sedang bergurau."
"tidak james, aku serius"
"apa kau yakin kita membutuhkan detektiv?"
"hmm... Dia memang tak pernah menyebut dirinya detektiv tapi dia sangatlah jenius james! Bahkan aku berani bertaruh dia lebih jenius dari pada kau. dan dia ahli dalam bidang kriminal. Aku akan menghubunginya segera"
Bagai seekor tupai yang lihai, linda langsung berlari kearah kamarnya dia mencari telfon genggamnya. 5 menit kemudian dia sudah masuk lagi ke dapur, membawa 2 buku tebal ditangan kanannya. Sementara tangan kirinya asik memencet tombol dalam telfon berukuran mungil itu.
"sebenarnya siapa yang kau cari?"
"tahan dulu pertanyaanmu james." kali ini 2 bukunya itu di taruh diatas meja makan dan dia mulai sibuk membolak balikan halaman demi halaman. "nah akhirnya ketemu" selang beberapa detik dia menggerutu akibat nomor yang di hubungi tidak aktif lagi.
"sialan, tidak ada di buku ini. Berarti di buku satunya."
Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang sedang di lakukan linda, dia sibuk sendiri. Saat ini baru pukul 08:17 , sementara mauro akan sampai disini sekitar pukul 10:00 itu artinya masih ada waktu luang untuk sekedar berjalan jalan atau pergi ke laboratoriumku. Tapi saat itu aku sangat ingin berjalan menuju tepian danau toba.
"linda adiku sayang, aku tak tau apa yang sedang kau cari. Tapi semoga saja itu tidak menimbulkan masalah lainnya. Saat ini aku ingin pergi ke tepian danau. Sambil kita tunggu tuan mauro datang. Dah."
Dia hanya melambaikan tangan kanannya, sementara yang satunya masih sibuk dengan buku itu.
Aku berlalu saja meninggalkan rumah. Danau toba ada di sebelah utara rumah ini, ada jalan lurus selebar 3 meter Yang langsung mengarah kesana. jalannya hanya di lapisi aspal tipis, tak begitu halus tapi untuk pejalan kaki sepertiku itu tak masalah. Semakin dekat dengan danau jalannya semain menanjak, dan di ujung tanjakan itu berdiri dua villa besar yang saling berpandangan. Kalau dari sini, villa de alligio berada di sebelah sisi kiri jalan tepat di tepi sementara villa rose ada di sisi kanan jalan tetapi letaknya tak persis di tepi jalan, agak masuk sedikit lagi karena villa rose menyorok ke arah danau toba. jika diukur dari luas dan besarnya, villa rose bukanlah tandingan villa de alligio, tapi sepertinya tuan xin sangat paham kekurangan villanya itu. Oleh karenanya dia memilih tempat yang agak masuk kedalam dan lebih tinggi datarannya, aku rasa itu menjadi tempat paling indah untuk melihat matahari terbenam di halaman villa rose. tuan xin quan memang pintar, sentuhannya menjadikan villa ini lebih ramai dari villa de alligio. Sementara bangunan yang aku jadikan sebagai laboratorium berjejeran dengan villa de alligio hanya saja lab.ku masih ditanah datar, belum melewati tanjakan. Jaraknya hanya
80 meter dari rumah.itulah gambaran singkat tentang 2 villa besar di desa ini. yang satu cukup ramai sementara yang satunya hanya di isi beberapa orang saja. Seperti villa mati ! Besar dan sunyi.
Selain jalan utama ini Sebenarnya ada jalan lain dari rumah menuju danau toba yaitu lewat jalan setapak di belakang rumah. Jalan itu di buat oleh para pemancing dan para buruh kebun , karena selain menuju ke danau jalan setapak ini juga menuju hutan dan kebun yang letaknya di seberang sungai. Mereka hanya bisa menyebrang kesana lewat jembatan kecil yang berada tepat di belakang laboratoriumku. Aku sudah beberapa kali menyebrang sungai dan pergi ke hutan. Karena hanya disitu terdapat tumbuh tumbuhan yang sedang ku teliti. Jika di telusuri terus ke utara jalan setapak itu juga menuju ke belakang villa de alligio dan tembus ke danau toba.
Sekarang aku sudah berada tepat di depan dua villa itu, saat itu sepertinya aku sudah di tunggu oleh seorang pemuda. Dia berdiri di depan gerbang villa rose, dia berpakaian santai dengan baju tanpa kerah dan celana jeans pendek berwarna abu abu lalu tas selempang kecil berwarna hitam yang dia tarik kebelakang tubuhnya sewaktu dia mulai mendekat kepadaku.
"hai dokter bonucinni." dia menyalamiku.
Baru ku ingat wajahnya, ternyata dia pemuda yang pagi tadi bersama bu sumi dan pembantu xin quan masuk ke belakang halaman rumahku.
"apa kau yang tadi pagi ?"
dia mengangguk, membenarkan pertanyaanku.
"ada apa?"
"bisakah kita bicara tentang kejadian tadi pagi? Jujur saja saya seorang wartawan surat kabar pagi yang kebetulan sedang Menginap di sini. Dan anda salah salah satu orang yang melihat mayat perempuan itu,apakah anda bersedia memberikat sedikit keterangan untuk ku terbitkan. Tentu saja jika kau tidak merasa keberatan."
Tenyata aku memang benar dia seorang wartawan. Aku tidak suka publisitas yang terlalu membawa bawa namaku. Jadi aku menolak dengan halus permintaannya.
"ku kira jangan sekarang. Pikiranku belum tenang. Siapa namamu ? Mungkin lain waktu saja. Akan ku ceritakan secara rinci". Dia memberitahu namanya "sandy nicholas".
Aku melanjutkan langkahku menuju danau, aku hanya mengingat nama itu selama satu menit saja. setelah itu aku melupakannya karena fokusku beralih ke satu sudut taman kecil yang ada di utara dermaga danau toba. Ku lihat dari gundugan tanah yang kedudukannya lebih tinggi dari taman itu. tanpa ku sengaja, aku melihat pemandangan yang tak pernah ku kira sebelumnya .siska dan alfin sedang berpelukan mesra dibawah rindangnya pohon pinus yang rindang, mereka tidak menyadari kedatanganku. Saat itu siska berkata pada alfin, aku mendengar sebagian kata katanya .
"... Semuanya akan baik baik saja sayang." saat itu , untuk pertama kalinya muncul kecurigaanku bahwa mereka berdua saling jatuh cinta dan sudah menjalin hubungan erat.
Wajah siska saat itu terlihat begitu feminim dan dewasa, pinggangnya yang tirus dibalut oleh tangan alfin dan kakinya yang lurus berjinjit meninggikan kepalanya hingga mereka saling berciuman.
aku tidak ingin mengganggu mereka, akhirnya aku pergi ke sisi lain danau terbesar di negeri ini. Wajahku di tampar oleh hembusan angin sepoi sepoi . Muncul lagi dalam benakku wajah siska yang cantik, memincatai pria seperti alfin. Aku tak pernah menyangka sebelumnya. Atau mungkin hanya pikiranku yang terlalu negatif? Bisa saja siska hanya menenangkan pemuda itu dengan sifat ke ibuannya, aku kira dia tau betul itu adalah kewajibannya sebagai assisten pribadi tuan mauro. Dia mungkin hanya merasa seperti kakaknya, dan memberi kehangatan kepada alfin. Tapi wajah itu, wajah berseri seri dan begitu feminim... sangat sulit di jelaskan.
Sudahlah, aku tak ingin memikirkannya aku kesini hanya ingin tenang . Tapi nyatanya tak bisa, seperti air di danau ini yang sebetulnya tenang tak bergerak, lalu di hempas oleh angin terus menerus. Pikiranku semakin kacau. Saat itu sudah pukul 09:45 . Mauro sebentar lagi datang.