BAB 1 : MAYAT PEREMPUAN.
Pagi buta sekali tepatnya pada 6 mei 2003. aku terbangun mendengar teriakan yang amat keras dari belakang halaman rumah. Rasanya belum ada 4 jam aku tertidur. Linda, sudah berteriak kencang membangunkanku.
"James...! James...! Oh... Cepatlah James... Tolong..."
Dengan sigap aku turun dari tempat tidur dan menyambar baju apa saja lalu berlari ke arah belakang rumah. Linda ada disana berdiri bagai patung memegangi pagar rumah. Sebetulnya Sudah menjadi kebiasaannya pagi buta seperti ini dia mengambil air di sungai untuk keperluan mencuci, tapi kali ini aku lihat ada yang lain dengan dirinya. Sorot matanya memperlihatkan ketakutan yang amat ketara. Dia berdiam diri terlihat seperti sedang melihat setan saja!
" ada apa?" aku berteriak saat baru keluar rumah.
Untuk beberapa saat dia hanya menunjukan raut muka ketakutan dan tubuh gemetaran, aku ulangi pertanyaan sama yang belum dia jawab
"ada apa, Linda?"
setelah itu Linda berkata
"james... Ini benar benar musibah! Musibah besar! Lihatlah ke sungai."
Tepat 5 meter dari pagar belakang rumah ini, terdapat sebuah sungai yang mengalir dari danau toba ke arah selatan. arusnya cukup tenang tapi Arus yang tenang itu rupanya membawa sesosok tubuh perempuan dengan posisi tengkurap, rambutnya yang hitam dan panjang itu mengembang di permukaan air hingga aku tak dapat melihat wajahnya. tingginya sekitar 168cm dengan pakaian yang bagus dan mudah dikenali. sepertinya aku mengenali perempuan itu, tapi belum sempat berfikir lagi. Linda kembali mendesak.
"kenapa kau hanya berdiri saja James! Cepat angkat mayat itu!" dia cukup keras meneriakan bagian terakhir dari kalimatnya. Hingga aku rasa ada seseorang yang mendengarnya dan terkejut berteriak lirih mendengar kata kata adikku ini.
tanpa sadar aku sudah meloncati pagar dengan cepat dan bak seorang tentara handal sudah aku potong ranting pohon di sampingku untuk menarik mayat itu. Untunglah arusnya tenang. Ini sangat memudahkanku, tapi bagi linda ini bagaikan musibah besar, wajahnya penuh dengan kekhawatiran, ketakutan dan kesedihan. Aku merasa kasihan padanya.
"Linda, sebaiknya kau telfon saja pihak kepolisian lalu minumlah beberapa gelas air putih. Wajahmu teramat pucat! Aku takut kau pingsan. "
Tanpa menjawab, dia sudah berlalu menuju rumah dengan terhuyung-uyung. Aku sudah memegang kedua lengan mayat ini lalu aku tarik mendekati pagar rumah. terlentang sudah tubuhnya, aku usap rambut panjang yang menutupi wajahnya. Dan...
Ya! Aku memang mengenali dia!
Dia Karin Sitanggang. Dia adalah istri dari Maurro sitanggang, suami istri ini adalah pengusaha villa dan perkebunan di daerah ini. Mereka sangatlah terkenal dikawasan ini. Yah walaupun aku baru 2 hari disini aku sudah kenal dengan wajah cantik Karin. Pakaian bagus, perhiasan yang selalu menempel, dan Hidung mancung serta tahi lalat di tengah dagunya adalah ciri khasnya. Ini akan jadi berita heboh di kalangan warga desa . Terlebih dia memilih di temukan oleh adikku Linda yang notabene adalah teman masa kecilnya.
Aku memang bukan dokter spesialis kesehatan tapi sedikit banyak aku mengerti beberapa teori kesehatan. Aku keluarkan saputangan yang selalu aku bawa dari saku celana dan aku coba menekan beberapa kali perutnya sekuat tenaga hingga tubuhnya berekasi mengeluarkan air dari mulutnya. Ini adalah reaksi yg normal walaupun tubuhnya sudah tak bernyawa. Pengujian ini untuk menentukan berapa lama dia sudah meninggal. Jika tubuhnya masih melakukan reaksi-reaksi bisa di perkirakan dia baru meninggal dalam hitungan jam saja.
Aku lihat bibirnya sudah membiru tapi aneh, kulit tubuhnya tidak pucat samasekali dan tidak pula kaku, oleh karena itu aku berani bertaruh dia meninggal tidak lebih dari lima jam yang lalu.
hanya ini yang bisa atau lebih tepatnya sempat aku lakukan.
setelah itu, linda berteriak dari belakang. Mengagetkanku.
"Karin! Itu kah engkau.... Oh... Karin....!" dia berlari sekuat tenaga ke arahku. Segera aku tangkap dia. Menahannya. Wajahnya pucat pasi kala itu.
"sudah linda, dia sudah meninggal. Sebaiknya Kau jangan menyentuh tubuhnya sama sekali. " dengan emosional dan merengek linda mencoba melepaskan pelukanku sekuat tenaga.
"sidik jarimu akan menempel jika kau memaksa menyentuh tubuh korban. Kau akan dituduh habis habisan! Dengarkan kata kataku..." dia mulai melunak dan semakin keras menangis.
" lagi pula apapun yang kau lakukan tak akan bisa mengidupkannya kembali! Sebaiknya kita memberi tahu suaminya."
tanpa aku sadari ternyata sudah ada 3 orang lainnya berdiri di halaman belakang rumah ini. Mereka memandangi kami dengan wajah menyelidik dan penasaran. Bahkan ibu sumi, pembantu rumah tangga kami sudah mencuri-curi gunjingan dengan pembantu tuan Xin quan. Dan satunya lagi pemuda yang menginap di villa tuan Xin, Pemuda itu memberanikan diri bertanya kepadaku.
"anda seorang dokter kan?"
Sekonyong konyong aku belum menangkap arah pembicaraannya tapi aku hanya menjawab apa adanya.
"tentu. Tapi bukan ahli kesehatan"
"yah.. Maksudku sejenis itu. Aku hanya ingin tau apakah anda sudah mengetahui kapan matinya wanita itu?" pertanyaannya terlihat formal sekali, dia seperti seorang wartawan.
"dilihat dari ciri fisiknya, dia sudah meninggal sekurang kurangnya 5 jam yang lalu."
"lalu..." dia hampir melanjutkan pertanyaan keduanya tapi pihak kepolisian ternyata datang lebih cepat dari yang diperkirakan dan langsung menuju TKP.
Mereka langsung memasang police line disekitar mayat, saat itu baru pukul 06.17 pagi. Tapi kabar ini bagaikan setetes racun yang di masukan kedalam segelas air bening. Begitu cepat menyebar, hingga depan teras rumah kami sudah berdatangan para warga.
aku putuskan memopang linda dan memaksanya untuk masuk ke dalam rumah. Warna wajahnya hampir mirip seperti mayat perempuan itu. Tubuhnya terkulai lemas di sofa ruang tamu. dan dia masih terisak meski sudah ditenangkan oleh ibu sumi.
dalam keadaan biasa sedia kala, Linda adalah wanita yang begitu enerjik dengan semangatnya yang menggebu gebu, tapi yang aku lihat sekarang adalah wanita yang rapuh dengan kesedihan yang mendalam.
Linda lebih muda 7 tahun dariku, sebenarnya dia sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dari ayah atau ibuku. Dia adalah anak seorang janda yang kemudian menjadi istri kedua ayahku. Dan rumah ini adalah peninggalan ayah kandungnya. aku pernah mendengar bahwa ayahnya mati di rumah ini. dalam keadaan yang cukup buruk. Jadi bisa aku mengerti mengapa dia begitu ketakutan dan bersedih ketika dia melihat sesosok mayat di sini terlebih itu adalah temannya sendiri.
Dalam keadaan seperti itu aku rasa dia tak akan bisa memberikan keterangan yang rinci dan tepat kepada pihak kepolisian.
Beberapa saat kemudian datang seorang gadis cantik berumur 24 tahun yang langsung masuk ke rumah kami, gadis bertubuh langsing berwajah tirus dan berpawakan tinggi itu sangatlah mirip bagai bidadari muda. Dari sorot matanya aku lihat keteguhan hati dan jiwa yang kuat. sepertinya dia bukan tipe gadis yang mudah di taklukan oleh rayuan lelaki.
" anda dokter Bonuccini?"
Aku hanya mengangguk.
"saya Maiya siska, assisten pribadi tuan Maurro sitanggang...." dia menyalamiku. "ini seperti guntur disiang bolong saja. Aku di beritahu pembantu untuk segera kesini. Katanya telah terjadi sesuatu?" dia memang terlihat tergesa gesa kalau dilihat dari mantel yang terlihat garis lempitannya dan kalung yang terbalik pemakaiannya.
"nyonya Karin sitanggang ditemukan tewas di sungai belakang rumah kami. Apakah anda bisa menghubungi suaminya?."
"apah?! Anda tidak becanda bukan? Ini musibah besar!" raut wajahnya berubah panik dan kedua tangan mungilnya mulai memegangi kepalanya.
"tuan... Ini berita yang sangat buruk! Bosku Maurro sitanggang sedang berada di medan, dia belum bisa saya kabari tentang musibah ini. kebiasaannya sangat merepotkan, dia selalu mematikan nomer telfon sampai pukul 07.00 dan tidak pernah sekalipun dia tinggalkan kebiasaan itu. Bahkan saat genting seperti ini!" pipinya tiba tiba memerah.
"sejak kapan Mauro sitanggang berada di medan?" ucapan itu terlontar dari mulut linda dengan sisa tenaganya.
" sejak tadi malam. Dia berangkat pukul 22.35 memakai mobil pribadinya."
"apakah sebelum mauro sitanggang ke medan. Mereka terlibat pertengkaran? Maksudku suami istri itu." kali ini pertanyaan itu muncul bukan dari mulut linda maupun mulutku. Tapi dari pria gemuk berumur 47 tahunan dengan kumis tebal yang berdiri di ambang pintu. Dia berpakaian layaknya seorang pejabat kelas kakap dengan jas hitam dan dasi merah yang melingkari lehernya. Tubuh besarnya hampir menutupi seluruh pintu masuk rumah. Tangan kirinya mulai menyalakan rokok tembakau yang tergapit di ujung bibirnya.
Untuk beberapa saat kita semua memandanginya.
"oyah, Perkenalkan nama saya inspektur Ronny. Kebetulan Saat ini, saya adalah inspektur terbaik di indonesia yang sedang berlibur dan aku dengar ada mayat yang di temukan dirumah ini . Kalian tak usah khawatir Kasus semacam ini sudah menjadi makanan sehari hari ku. Tak lebih dari 2×24 jam saya akan menangkap pembunuh perempuan itu! Ingat saja . Aku tak akan main main...." dia mengacungkan jari telunjuknya keatas dengan menunjukan ekspresi keangkuhan yang amat terasa.
linda memotong omongan si Ronny itu.
"apa... apa... maksud anda menangkap pembuhun itu?"
"nona, jangan pikir saya adalah seorang amatiran. Saya mempunyai deduksi dan intuisi yg kuat. Sebelum saya melihat mayat korban, setidaknya saya sudah mendapatkan beberapa fakta kuat untuk mendukung hipotesa saya. bahwa korban bernama nyonya Karin. Dan dia adalah seorang wanita yang amat peka terhadap waktu. Dia selalu mengatur waktu seefisien mungkin. dia selalu sarapan dijam yang sama setiap hari. Mandi dijam yang sama dan tentu tidur dijam yang sama. Tapi menurut pengakuan salah seorang pembantunya. Dua malam sebelum kejadian naas itu tiba nyonya Karin bertingkah agak aneh dia bilang tidak bisa tidur dan dia mengaku ingin mencari udara segar sekitar pukul 23.00. dia mengungkapkan keinginannya untuk berjalan kaki ke arah danau tanpa di temani siapa pun. Dan berjanji akan kembali 30 menit sesudahnya, dan dia memang menepatinya 2 kali berturut-turut. Dan semalam tidak ada seorang pembantu pun yang melihatnya di jam 23.00 baik di ruang tamu maupun dikamarnya yang pintunya terbuka. para pembantu mengira nyonya mereka sedang mencari udara segar seperti malam sebelumnya. itu artinya nyonya karin sudah tidak ada dirumahnya sebelum pukul 23.00 dan para pembantu tidak menyadarinya! tapi.... ada satu orang yang melihatnya pada pukul 22.46. Menurut orang ini, saat itu nyonya karin berada didanau bersama seseorang ..." saat itu mata laki laki gendut itu menyelidik ke arah kami. Satu persatu dari orang yang ada disini dilihatnya dengan tajam. Matanya berhenti saat melihat kearahku. Hatiku cukup gemetar. Mungkin karena pada saat malam itu aku juga sempat bertemu dan menyapa nona karin. apakah yang dimaksudkan seseorang itu adalah aku?!
"...Barun, seorang tukang kebun di villa the rose dekat danau. Melihat nyonya karin bercakap cakap dengan seorang laki laki yang tak dikenalnya. Oleh karena itu aku bawa dia kesini untuk memastikan yang dilihatnya bukan salah seorang yang berada diruangan ini."
sindiran itu sangat ketara ditujukan untukku.
Si inspektur itu memanggil Barun dengan suara keras, dia masuk dengan tergesa. Kulitnya berwarna coklat kehitaman bekas terpaan sinar matahari, Matanya menyelidik, janggutnya sudah beruban, terdapat luka jaitan di bawah telinganya. Pakaiannya khas tukang kebun yang habis menanam 1000 jagung, benar benar kotor. Aku rasa dia bukan orang yg berpendidikan, dan bukan orang yang punya keyakinan hati yang kuat.
Tanpa memberi nafas kepada si tukang kebun tua, inspektur ronny langsung saja bertanya.
"hai Barun. Apakah tadi malam yang kau lihat bersama nyonya Karin itu adalah tuan ini ? Dia orang asing yang baru tinggal 2 hari disini"
"aku rasa.... Bukan tuan." jawab barun.
"apa kau yakin?"
"tingginya memang sama tuan. Tapi aku rasa bukan dia saat itu." barun mengangguk yakin.
"apa maksudmu dengan aku rasa?! 10 menit yang lalu kau bilang orang itu orang asing! Orang yg belum pernah kau temui, " mata inspektur itu melotot tajam ke arah Barun.
"yah... Selintas memang seperti orang asing tapi setelah aku pikir pikir orang yang tadi malam malah terlihat seperti... suaminya."
"tidak mungkin! " bantah Siska, sebagai assisten Mauro tentu saja dia harus melindungi tuannya itu. "...aku yakin sekali dia pergi saat pukul 22.35 menggunakan mobilnya"
"cukup, sudah aku catat beberapa opini dan fakta yang unik." inspektur gendut itu menutup buku kecilnya yang sudah di oret oret beberapa bagian.
"baiklah, nyonya ng.... Maaf....?" Siska dengan pesonanya yang indah segera penyalami tangan inspektur dengan hangat. Dia kembali memberitahukan namanya. "nyonya Siska, aku ingin anda menjawab dengan jujur pertanyaanku; apakah sebelum tuan Mauro sitanggang pergi ke Medan, anda mendengar suami istri itu bertengkar?"
Siska hanya merenung atau mungkin saja berfikir beberapa saat. Dia seakan menimbang sesuatu yang baik dan buruk.
"yah saya mendengarnya. Mereka memang bertengkar. Tapi asal anda tau, saya tidak dengan sengaja mendengar percakapan mereka. Saya bukan orang yang seperti itu. Saya tidak pernah menguping.."
Inspektur ronny kembali membuka buku kecilnya dan mulai mencatat kembali.
Sesaat kemudian terdengar suara bising sirine ambulans di sertai beberapa mobil di belakangnya.
Dan Saat itu satu orang diantara kami berkata dengan lancang.
"itu mobil pribadi tuan Mauro sitanggang !"