Read More >>"> North Elf (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - North Elf
MENU
About Us  

Aku menikmati pemandangan yang disajikan dari jendela, sementara kakakku tertidur setelah menjahiliku. Aku membekukan tanganku dan melihat batas antar kerajaan di laut bebas. Salju dan gunung-gunung salju yang memenuhi Utara perlahan menjadi lautan yang beku lalu di tengah lautan itu, muncullah air yang sangat luas. Setelah melewati air itu, aku menjumpai daratan yang dipenuhi oleh dedaunan bewarna merah dan oranye. "Cantik" gumamku. Aku berusaha mengambil salah satu daun itu dan mendapatkannya ketika kakakku, Lyc, terbangun. "Mau kau apakan daun ini?" tanyanya sedikit curiga. Aku memandangnya jutek lalu membekukannya ke dalam bola es transparan. "Akan kujadikan hiasan sekaligus kenang-kenanganku dari Barat" sahutku dan kakakku mengangguk, "Begitu lebih awet dan lebih cantik" komentarnya yang membuatku tersenyum bangga. "Boleh aku kasih tanaman melilit supaya lebih cantik?" tanyanya dan aku mengangguk. Kakakku yang bermusim Sprangz itupun melakukan apa yang dikatakannya tadi

Aku mengagumi hasil karya itu. Hiasan itu kugenggam di tanganku agar esnya tidak mencair. Suhu di Barat cukup panas, aku takut esnya mencair. Beberapa saat kemudian, sang kusir berkata "Selamat datang di daerah kerajaan Barat" dengan meriah dan aku tersenyum menanggapinya. Kakak juga ikut-ikutan tersenyum, lalu memasang topengnya yang sempat terlepas ketika ia sedang tidur, membetulkan rambut dan pakaiannya, membuatku berkomentar, "Kayak mau liat gebetan aja" ujarku dan kakakku tertawa canggung, "Emang mau liat gebetan. Teman sekelasku sewaktu aku sekolah dulu" katanya dan aku melihatnya, terpana, "Kak, kakak udah lulus sekolah dari sekitar 21 tahun yang lalu kan?" tanyaku padanya dan Lyc mengangguk. "Kekuatan cinta" sahut kakakku seakan tau apa yang ingin kutanyakan

Selang sebentar, kereta itu berhenti dan kami pun turun. Aku melihat istana itu, megah dan mewah, tetapi tidak semegah istana yang ada di Utara. "Wow" tetap saja aku kagum melihat istana Barat itu. Kami melenggang masuk dibimbing oleh seorang pengawal ke dalam sebuah ruangan berpintu ganda. Kami memasuki ruangan itu, dan turun ke ruangan yang berbentuk seperti mangkuk itu. Di dekat ruangan itu, ada seseorang yang meminta undangan kami. Kakakku langsung memberikan undangannya, merebut undanganku dan memberikannya juga. "Putri Mahkota, Lyc Thresl. Putri Kedua, Aquilla Heniel dari Utara" teriak si pembaca undangan itu, membuatku cemberut. Sekarang, seluruh pasang mata melihat ke aku dengan tatapan yang nggak enak dan seakan-akan berkata, kau tak pantas berada di sini. Aku mendekatkan diri kepada kakakku dan kakakku langsung menatap mereka dengan tajam

Kami berkeliling sebentar dan memesan beberapa makanan, lalu tiba-tiba Lyc berseru, "Illa!" dan aku melihatnya dengan tajam, "Kenapa kakak tiba-tiba mengikuti kebiasaan mor?" tanyaku dan Lyc berbisik, "Kau lihat kerumunan itu? Gebetanku ada di sana" bisiknya di telingaku dan aku melihat arah mata kakak. Segerombolan elf dengan berbagai macam musim dan berbagai macam kultur daerah yang berbeda. "Gebetan kakak yang mana ya?" bisikku. "Autteds, Barat, topeng hitam" bisiknya lagi kepadaku dan aku melihat ke gerombolan itu lagi. Oh, aku tau elf yang mana yang dimaksud oleh kakak. Elf itu tinggi, dan, menurutku terlalu Autteds untuk kakakku yang Sprangz ini. Melihat ciri-ciri lainnya, kemungkinan besar dulunya ia adalah Sumnfetx yang sengaja mengubah musimnya. Aku menggeleng tidak percaya, masih banyak elf yang mengubah musim meskipun taruhannya adalah nyawa mereka sendiri

Lyc memanggil elf itu dan elf itu menoleh, melambai, lalu berjalan ke arah kakak, "Apa kabar, Lyc?" sapanya saat berhadapan dengan kami. "Baik, En. Oh, kenalin, ini adikku, Aquilla Heniel" kata kakakku sekaligus memperkenalkan diriku. "Aquilla, ini Damien Varil, Putra Mahkota Kerajaan Barat" seru kakakku kepadaku. Pangeran itu mengulurkan tangannya, "Bicaralah dengan santai, Heniel. Jangan sungkan memanggilku dengan namaku yang sebenarnya, ya" katanya dan aku menyambut uluran tangannya, "Salam kenal" ucapku. Kakak tersenyum ketika melihatku menyambut tangan Damien. Tiba-tiba Damien menoleh ke arah gerombolannya, semacam memberikan kode satu sama lain, lalu berkata, "Teman-temanku penasaran dengan adikmu, bolehkah adikmu kupinjam sebentar?" tanyanya kepada kakak dan kakak mengangguk manis, "Tentu saja. Tolong jaga baik-baik ya, aku mau ke sana" ucap kakak lalu menunjuk ke arah keluarga mor yang juga menghadiri pesta dansa tersebut. Aku pun digandeng oleh Damien ke arah teman-temannya

Sesampainya di sana, ia langsung tersenyum, "Ini adiknya Lyc" katanya memperkenalkan aku ke teman-temannya. Aku tersenyum canggung. "Ya ampun! Cantik banget" seru seseorang, lalu memegang tanganku, "Beda banget sama Lyc, kamu tinggi banget ya" serunya lagi dengan heboh. Aku hanya bisa tertawa canggung dan seorang gadis melepaskan tangan orang itu dari tanganku, "Nam, gak sopan. Perkenalkan dari ujung sana" dia mengawali perkenalan, "Vyta, Putri Mahkota Selatan; Gal, Putra Marquess Pertama Timur; Molly, Putri Jendral I Selatan; Dexter, Pangeran Mahkota Timur; aku sendiri Audri, Panglima Pertama Utara; dan Nam, Putra Penasihat Barat. Salam kenal dan bicaralah dengan santai" ucapnya ramah sambil tersenyum, aku membalas senyumnya tak kalah ramah, "Salam kenal juga. Aku Aquilla, Putri Kedua Utara" kataku dengan sopan. "Putri Kedua? Berarti kamu diasingkan sampai berumur 177 tahun, kan?" tanya Audri, aku mengangguk. "Pantas aku nggak pernah lihat kamu di istana" komentarnya dan aku tertawa kecil, "Iya juga. Aku juga ngga pernah lihat kamu di istana, padahal kamu kan Panglima Pertama" komentarku. "WIntrizch ya? Apakah itu musimmu sewaktu lahir?" tanya Dexter penasaran, membuat yang lain ikut penasaran dengan pertanyaannya itu. Aku gelagapan. Aku merasa nggak nyaman kalau membicarakan itu, apalagi kata Lyc, perubahan musim Putri Kedua hanya dipandang sebelah mata oleh seluruh masyarakat. Damien rasanya sadar bahwa aku terlihat takut membicarakannnya, "Bilang saja, gapapa kok" bisiknya pelan

Aku menarik nafas dan menggeleng, "Bukan. Tapi aku pun lupa musim pertamaku itu apa" kataku dengan jujur dan mereka terpana. "Tunggu" sahut Gal bingung, "apa maksudmu 'musim pertama'?" tanyanya padaku. Aku tertawa canggung, "Karena beberapa sebab, aku sudah mengalami semua musim" sahutku dan mereka terbelalak kaget. "Mengalami semua musim?" tanya Molly tak percaya, "empat-empatnya? Oh, wow" sahutnya lalu mencubit dirinya sendiri. "Calon Ratu" komentar Vyta singkat dan itu membuatku terbelalak. "Bagaimana bisa Calon Ratu?" tanyaku dengan aneh dan mereka melihat dengan tatapan yang tak kalah aneh. "Kompetensi terbesar seorang elf adalah Maestfro dan menjalani keempat musim. Barangsiapa yang mengalami keempat musim, dia berhak menjadi penguasa kerajaannya" jelas Vyta. "Kalau dia nggak mau?" tanyaku menentangnya. Vyta melihatku geram, "Tidak bisa dan tidak boleh" katanya dengan nada yang tidak bisa ditentang. Nam melihatku dengan heboh, "Wow, kita amat gak sopan dengan Calon Ratu" ucapnya

Aku langsung menggeleng, "Jujur saja, aku tidak mau. Aku tidak suka menjadi Ratu, lagipula itu adalah hak kakak, dia sudah menjalani pelajaran untuk menjadi Ratu, aku nggak boleh merebutnya" aku membeberkan alasanku, Audri menepuk bahuku lembut, "Jujur saja, aku lebih setuju kamu yang jadi Ratu daripada Lyc" sahutnya, "Dia tidak bisa memenuhi syarat menjadi seorang Ratu" tambahnya. Vyta mengangguk, "Dia egois, mau menang sendiri, kejam, dia hanya mau melakukannya dengan caranya, dia tidak mau mendengarkan nasihat. Dia sombong, dan terlalu banyak pencitraan" ujarnya pedas, membuatku terbelalak. "Ah, jangan sejahat itu, Vyt. Dia jadi kaget" ucap Damien sambil memberiku pelukan di bahu, side hug. Vyta terkekeh, "Maaf, kebiasaan. Lagipula, aku hanya memberitahukan yang sesungguhnya. Sejak aku mengenalnya, dia sudah seperti itu. Pelajaran 'Pendidikan Kepemimpinan' saja tak bisa mengubahnya" kata Vyta lalu menepuk bahuku, "gak usah takut sama aku, aku cuma bisa kesal oleh kakakmu" lanjutnya lalu tersenyum tulus. "Emang sifatnya gitu, si Vyta itu. Jangan diambil hati ya" hibur Molly. Aku mengangguk, "Okelah. Tapi aku tetap gak kepingin jadi Ratu. Aku tidak mengenyam pendidikan dan lain sebagainya" aku mencari alasan lainnya

"Jujur saja, Aquilla. Apakah rasa sayang dan hormatmu pada kakakmu itu mengalahi rasa sayangmu pada kerajaan dan Ratu?" tanya Audri gemas. "Ratu?" tanyaku bingung sekaligus sebagai pengalih dari pertanyaan itu. "Meskipun Raja Willem ingin mempertahankan tradisi, Ratu Golienna sangat mengharapkan kau yang menjadi Ratu, karena beliau melihat potensimu sebagai Ratu yang Baik itu sangat kuat dibanding Lyc" jelas Audri, "dan jangan mengalihkan pertanyaanku" kata Audri setenang mungkin, dan selembut mungkin. Aku menghela nafas, "Aku nggak tau. Aku baru 12 tahun berkecimpung di istana dan kerajaan. Dibanding apapun, aku lebih cinta kebebasanku" jelasku. "Makanya, kau ingin pergi ke dunia manusia?" tanya Audri, kali ini agak tajam. Aku menggeleng dengan kaget, "Aku TIDAK pernah berkata seperti itu meskipun aku penasaran dengan dunia manusia" tegasku, "dan siapa juga yang memberitakan hal yang tabu?" tanyaku dengan sedikit kesal. Vyta mengangguk, diikuti yang lain. "Dasar licik" gumam Damien pelan. "Berarti itu ulah Lyc. Sudah tersebar di beberapa orang di seluruh Elvain bahwa kau ingin pergi ke dunia manusia dengan alasan penelitian" jelas Dexter, "tetapi Lyc sempat angkat bicara bahwa kau hanya mau kabur dari urusan kerajaan yang, aku kutip, memberatkan dan mengurung kebebasanmu" lanjutnya sambil membentuk tangannya seperti kutipan. Aku membelalak tidak percaya

Meskipun aku kaget dan tidak percaya, mereka tampak biasa saja. Seakan mengerti kebingunganku, Damien tiba-tiba menyahut, "Lyc sudah biasa begini. Dia juga melakukan tipuan licik begitu saat kami masih bersekolah" katanya, "bahkan dia yang membuat kami dijauhi oleh semua anak seusia kami. Kau lihat, kami tidak berbaur dengan yang lainnya" katanya lagi sambil menunjuk anak-anak lain yang seusia mereka, "Lyc yang bilang bahwa kami adalah kelompok elite, dan nggak pantas ditemani" tutupnya. Aku melihat ke arah tunjukkan Damien dan menemukan anak-anak seusia mereka sedang berbincang-bincang dengan Lyc, sesekali tertawa, sesekali melihat ke arah kami dengan tatapan tajam. "Itu dia sebut sebagai 'akibat' karena kami tidak mau berteman dengannya" ujar Gal, kali ini lebih serius. "Dan, ya, lihat kami sekarang. Kami tidak bisa berteman dengan yang lainnya meskipun kami mau" ujarnya sedih dan kecewa. Aku mendesis. Baru kali ini aku menyadari kelicikan kakakku, dan kebutaannya. Aku juga menyadari beberapa hal mengenai 'bahaya' dalam pesan mor. Ada satu kalimat kunci yang terlintas di kepalaku. Lyc memburuku dan mengharapkanku mati. Makanya dia memakai simpati dari rakyat dan membuat rakyat membenci kaum tinggi lainnya agar dia punya suara. Bagaimanapun juga, kerajaan dijalankan untuk rakyat, jadi protes massal rakyat akan didengar dan kaum tinggi nggak bisa apa-apa kalau itu terjadi. "Aku serasa menjadi buronan" kataku lalu tertawa, berusaha mencairkan suasana yang semakin lama semakin suram ini

Vyta tertawa sarkastik, "Bisa dibilang begitu, semenjak kau lahir" katanya, lalu menitikkan air mata, "padahal aku bakal senang sekali punya adik kayak kamu, yang tidak egois, yang mau menerima kakaknya apa adanya, yang polos dan baik. Kau seperti saudara yang nggak bakal kupunya. Jaga dirimu baik-baik ya" lanjutnya, lalu pergi ditemani Molly. Semuanya tampak canggung sampai Nam berkata dengan ceria, "Tumben, ya, si Vyta bisa merasakan kasihan segitu dalamnya" ucapnya, lalu beralih kepadaku, "Apa sekarang kau takut, Aquilla?" tanyanya dan semua perhatian menuju ke arahku. "Pasti, lah. Setelah 189 tahun aku hidup, baru kali ini aku mengetahui namanya pengkhianatan" ujarku. Damien di sebelahku menatapku kaget, "Kau baru 189? Wah, belum lulus sekolah, nih!" candanya, dan suasana kembali cair. Kami semua tertawa, "Iya, ya. Kami lulus saat 192 tahun. Entah kenapa aku menjadi tua banget" kata Gal, "apa mungkin karena aku emang lebih tua dari kalian jauh, ya? Sekarang saja, umurku sudah 237 tahun" ucapnya, membuat Nam langsung memanggilnya "Kakek tua" dan membuat Gal memukul kepala Nam, ringan. Sesaat kemudian, Vyta dan Molly kembali, tetapi kali ini kelihatan lebih ceria. "Udah baikan?" tanya Audri khawatir, Vyta hanya mengangguk

Banyak hal yang kami ceritakan berikutnya, mulai dari hari-hari mereka di sekolah, yang katanya nyaris nggak ada bedanya seperti diasingkan. Mereka harus berkumpul di asrama akademi, dan hanya diperbolehkan pulang 2 tahun sekali dengan ijin khusus yang ribet, sehingga hanya beberapa anak saja yang bisa pulang; dan juga soal kelicikan-kelicikan yang dilakukan oleh Lyc sewaktu sekolah. Aku tentu kaget saat mendengarnya, bagaimana kakakku bisa begitu? Apa yang membuatnya tega melakukan hal seperti itu?

Kami berbicara lagi sebelum akhirnya aku merasakan tatapan aneh dari belakang pundakku, dan sepertinya yang lain juga demikian, karena Audri nampak lebih pucat, "Kau tau, Damien, bahwa Lyc menatap ke arahmu dengan tajam? Lepaskanlah tanganmu dari Aquilla, mari kita pergi ke Taman Gugur" ucapnya. Damien melihat ke arah Audri, lalu ke Lyc di seberang sana, melepaskan tangannya dari bahuku dan pergi diikuti yang lainnya, aku ditarik oleh Audri dan Vyta untuk ikut pula. "Taman Gugur adalah tempat rahasia kami, taman belakang istana. Karena adalah tempat khusus yang tak boleh dimasuki oleh sembarang orang, bisa dibilang itu adalah 'Markas Elite', aku kutip dari Lyc. Taman itu menampilkan kekhasan Barat, namun dengan pola tertentu agar keindahannya tetap terjaga" bisik Audri menjelaskan, "karena Lyc tidak boleh masuk lah, dia menyebarkan gosip itu" bisik Vyta. Kami telah sampai di taman itu, dan aku benar-benar mengagumi keindahannya. Patung-patung yang terpajang sangatlah indah dan terukir dengan baik

Di taman itu, Damien melepas topengnya, menampakkan wajah aslinya, yang terpahat dengan sempurna. Kami ikut melepaskan topeng, sudah kebiasaan di sana untuk melepaskan topeng ketika melihat sang tuan rumah melepaskan topeng. Baru kali ini aku melihat wajah semuanya dengan jelas. Mereka terpahat dengan sempurna. Nam langsung menggenggam tanganku, "Ternyata Aquilla lebih cantik saat topengnya dilepas, ya!!" serunya semangat, "dan aku baru sadar Aquilla tinggi banget!" dia langsung cemberut. Memang, sih, aku terlalu tinggi. Ukuran normal untuk elf sekitar 167-186 untuk perempuan, dan 176-195 untuk laki-laki, namun tinggiku adalah 192, bukan ukuran yang biasa, dan bisa jadi bukan gen juga. Karena kakakku itu imut banget, tingginya hanya rata-rata, 165. Far 187, mor 170. Dan itu juga hal biasa di Elvain. "Apa mungkin karena aku berlatih terlalu banyak?" gumamku

Mereka semua terkekeh. "Jangan dipikirin, Aquilla" kata Molly riang. "Memang tinggimu itu nggak biasa, tapi, teman kami juga ada yang tingginya tidak biasa" ujarnya lalu melirik Damien. Ah, iya. Elf itu juga tingginya tidak biasa, mungkin sekitar 210? Ah, aku nggak peduli deh, lalu kami berbincang lagi. "Omong-omong bau di sini, kok menyengat ya?" tanyaku, sedikit waspada. "Seperti bau racun..." gumam Damien mengiyakan. Yang lainnya tampak bingung, lalu Dexter tersentak, "Iya, ini bau racun!" ujarnya, "Ini dari pohon! Kalian yang bukan Autteds atau Sprangz nggak bakal menyadarinya. Ayo pergi sebelum terjadi hal yang lebih parah!" teriaknya lagi sambil menggusur kami pergi. Tiba-tiba. Semua hal itu tiba-tiba. Tiba-tiba saja, ada daun emas jatuh tepat di wajahku. Tiba-tiba saja, ada bau yang menguar lebih tajam. Tiba-tiba saja, kepalaku serasa lebih berat. Tiba-tiba saja, darah mengucur deras

"Aquilla! Kepalamu berdarah! Ah sial!" umpat Damien keras-keras, lalu kembali bersama Audri. Dexter tetap memaksa yang lainnya untuk keluar sambil meneriakkan sesuatu. Nam berlari ke arah Ruang Tahta sementara yang lainnya masih terus saja melihat ke arahku. Aku merasa tak berdaya

Aku terbangun di sebuah kamar yang asing. Tanpa siapapun, tanpa seorang pun. Aku memegang kepalaku yang masih berdenyut sakit dan melihat ada perban di sana. Aku membekukannya sedikit, lalu mengerang agak keras, membuat pintu menjeblak terbuka dan Audri serta Damien terburu-buru masuk. Damien melihatku dengan tatapan menyesal. "Kenapa? Ada apa?" tanyaku, dan Audri menampar dirinya sendiri. Bentuk pengkhianatan atau bentuk penyesalan terbesar terhadap kawan, dan aku tidak mengerti makna yang mana yang diambil Audri dari bentuk tamparannya itu. "Ada apa?" tanyaku, lebih serius. "Kau terkena racun daun yang dibeberkan Lyc di Taman Gugur. Aku nggak tau bagaimana cara Lyc masuk ke taman itu, tetapi kau berhasil kena. Kau dirawat di sini, dan sementara kau dirawat, pesta berlalu dengan sendirinya, sampai selesai. Lyc pulang, dan entah dengan hasutan apa, sekarang kau adalah buronan, dengan tuduhan 'Mencari Cara ke Dunia Tabu' dan akan dihukum pancung" jelas Damien tak kalah datar. Aku hanya menatapnya, seperti semua emosiku meluap dan aku menjadi seorang Wintrizch sesungguhnya, satu-satunya musim yang ditakuti di seluruh Elvain, dingin dan kosong. "Dan dugaanku, Audri di sini, terikat dengan tanggung jawabnya, kan?" tanyaku. Audri hanya mengangguk. "Ya sudah, terserah padamu" ucapku. "Kami semua, termasuk Nam, Gal, Molly, Vyta dan Dexter, sudah menduga kau akan berkata demikian. Oleh karena itu, kami sudah mempersiapkan semuanya. Barang yang mungkin kau butuhkan sudah dimasukkan ke dalam tasmu, dan ada kuda di bawah jendelamu. Semoga kau selamat" kata Damien

Aku terbelalak, namun tetap tanpa emosi. "Bagaimana kau tau tentang tasku?" tanyaku. Damien melemparkan sebuah surat kepadaku, lalu menutup pintunya, "Kami nggak akan kembali sampai tengah malam. Tolong, pergi dan selamatlah. Jika butuh bantuan, kirimkanlah lewat phoenix-nya Vyta. Teknologi akan terlalu berbahaya" katanya sebelum menutup pintu. Damien menatapku dengan tatapan sedih. Aku sekarang mengerti arti tamparan Audri. Pengkhianatan terhadap yang dulunya adalah kerajaanku dan penyesalan karena tak bisa melindungiku selayaknya seorang jenderal. "Tak perlu takut, semuanya. Aku bakal tetap hidup sampai kapanpun" janjiku, mengganti gaunku ke baju yang lebih nyaman, mengambil tudung dan pedang dari tasku dan mengenakannya, lalu membuka jendela. Tanpa penjaga. Sepertinya ini skenario yang disusun oleh Damien dkk dengan pertimbangan yang matang. Aku mengukur tinggi jendela itu lalu melompat, tepat di samping kuda yang disiapkan. Kudaku. Aku tau itu karena hanya kudakulah yang mempunyai penyakit heterochromia. Aku menungganginya lalu pergi sambil membaca surat itu. Surat dari mor rupanya.

Putra Mahkota Barat dkk,

Saya, Ratu Gollienna dari Utara, dengan ini meminta anda semua menyusun sebuah skenario untuk membantu Aquilla untuk kabur dari semua ini, dan menyiapkannya untuk aksinya. Maafkan saya telah meminta kalian semua, tetapi saya sungguh tak bisa berbuat apa-apa. Saya telah menyiapkan tas khusus yang Aquilla pasang di kakinya. Mohon semua perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan dimasukkan ke situ. Audri pasti tau cara pemakaiannya

Saya tau ini akan terjadi, melihat bagaimana keegoisan dan kebencian Lyc pada adiknya semenjak adiknya lahir. Anda sekalian pasti sadar, semenjak Raja Fhreodys menetapkan larangan untuk pengasingan, Utara tak pernah melakukan pengasingan pada anak kedua lagi. Namun, suami saya, termakan oleh kasing sayangnya pada Lyc, anak pertamanya, melakukan pengasingan pada Aquilla. Awalnya kami setuju, dengan harapan, seiring usia Lyc bertambah, ia akan berubah, atau setidaknya, melihat ketidakmungkinan adiknya untuk naik tahta. Namun kami salah. Saya salah. Aquilla mencapai kompetensi tertinggi, ini membuat suami saya bimbang, tentu saja

Aquilla kami kirim ke rumah neneknya, ibu saya. Dia sering mengirim kabar pada saya. Musim pertama Aquilla adalah Sumnfetx, lalu pada usianya yang menginjak 108 tahun, dia menyadari penyakit yang diidap ibu saya semenjak ibu saya berumur 1044 tahun dan dia menjadi Autteds. Dia menjadi Sprangz semenjak dia sadar, dia telah 'bebas' dari istana, juga pengasingan. Entah di umur berapa, karena saat itu ibu saya sudah meninggal. Dia adalah anak kesayangan saya, anak yang sempurna menurut saya. Suami saya yang mengetahui kompetensi ini, berniat untuk mengangkat Aquilla menjadi Ratu ketika dia pensiun. Namun, ada sesumbar yang mengatakan bahwa Aquilla ingin ke dunia manusia, dan melihat tingkah Aquilla yang pembangkang dan memang sering membaca tentang dunia manusia, suami saya menjadi cemas. Saya sudah coba untuk menenangkannya, namun itu hanya bisa bertahan sesaat

Kemarahan dan kebimbangannya memuncak ketika Lyc bercerita bahwa Aquilla meminta anda, Pangeran Mahkota Barat, untuk membuka portal ke dunia manusia dan anda menurutinya, meski hanya untuk beberapa jam. Sekarang, surat yang menyatakan Aquilla buronan telah menyebar, karenanya saya menyampaikan surat ini pada anda sekalian. Semoga anda semua memenuhi permintaan saya. Berikut saya lampirkan surat untuk Aquilla

Ratu Golienna

Aku membuka lembaran lain yang memang terselip di belakangnya dengan sihir sambil mengarahkan kudaku menuju Hutan Lindung yang terletak di tengah-tengah Elvain, sekaligus tempat kediaman nenek dan kediamanku yang lama. Aku sangat merindukan tempat itu. Mungkin aku bisa bersembunyi di sana untuk sementara waktu

Aquilla, putriku yang tercinta

Maafkan mor ya. Meskipun mor sudah sering berkata demikian, tapi mor minta pengampunan dari kamu lagi. Illa, mor sudah tau bahwa far akan bertindak sejauh itu, tetapi mor tak dapat menghentikannya. Mor sudah bilang ke far kalau itu bisa saja bohong, semenjak kamu pernah bilang ke mor bahwa kamu tidak mau ke sana karena menganggap manusia itu menjijikkan, tetapi hanya penasaran dengan dunia mereka saja

Mor tidak bisa memberikan bukti yang benar dan tepat untuk itu semua. Bahkan Meys mencoba membelamu, tetapi kepalanya dipenggal di depan far, mor dan Lyly. Mor tau Lyly jahat, oleh karena itu, mor memberikan tas itu, menyetujui permintaan Lyly untuk membawamu ke Barat. Dan nyatanya rencana mor berhasil. Illa berteman, Illa berhasil kabur. Mor hanya ingin Illa selamat saja. Suatu saat nanti, tolong buktikan bahwa Illa mampu, ya

Jangan segan untuk melawan Lyly, meskipun dia adalah kakakmu. Jangan segan untuk ke dunia manusia, mor sudah bilang ke Marquess, dan petinggi di Kerajaan lain, bahwa Illa mendapat hak khusus untuk pergi ke dunia manusia setelah mor jelaskan seperti apa keadaan Utara sekarang. Tetaplah berteman dan jaga kabar dengan yang lainnya. Mor mengharapkan yang terbaik untukmu

Semoga Cevrica menjagamu selalu, dan semoga kau meraih kemenangan ya

Mor, bukan Ratu Gollienna

Aku menitikkan air mata ketika membaca surat itu, apalagi ketika membaca bahwa Meys mati demi membelaku. Apapun yang terjadi, aku akan tetap hidup dan selamat. Aku harus, demi mor, demi Meys, demi teman-temanku, yang meski baru kukenal selama sehari, telah begitu baik kepadaku. Aku melaju kudaku lebih cepat lagi ke gubug reog kepunyaan nenek yang sangat kurindukan itu

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • SynnHiki

    aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa//g

    Comment on chapter Panduan Singkat
Similar Tags
Here We Go Again
588      313     2     
Short Story
Even though it hurt, she would always be my favorite pain.
My SECRETary
474      283     1     
Romance
Bagi Bintang, menjadi sekretaris umum a.k sekum untuk Damar berarti terus berada di sampingnya, awalnya. Tapi sebutan sekum yang kini berarti selingkuhan ketum justru diam-diam membuat Bintang tersipu. Mungkinkah bunga-bunga yang sama juga tumbuh di hati Damar? Bintang jelas ingin tahu itu!
Dramatisasi Kata Kembali
635      313     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
Katanya Buku Baru, tapi kok???
420      279     0     
Short Story
IMAGINATIVE GIRL
2052      1084     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
The Arcana : Ace of Wands
100      88     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Unknown
183      149     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Mawar Putih
1373      712     3     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
The Maze Of Madness
3109      1308     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Mimpi Membawaku Kembali Bersamamu
556      386     4     
Short Story
Aku akan menceritakan tentang kisahku yang bertemu dengan seorang lelaki melalui mimpi dan lelaki itu membuatku jatuh cinta padanya. Kuharap cerita ini tidak membosankan.