Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat Kaleng Thalea
MENU
About Us  

Jakarta, 25 Juni 2016 (13.00 WIB)

Afwan tersenyum miris saat mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Saat sang pujaan hati masih dalam keadaan sehat wal'afiat betapa Ia sangat merindukan kejadian singkat dulu dengan Thalea. Kalau boleh mengakui, sebenarnya dulu saat Dante sering menceritakan sosok sahabat wanita yang sudah Ia kenal saat usia mereka masih sama-sama sebelas tahun saat mereka berkumpul, Afwan sudah penasaran dengan gadis itu. Hingga akhirnya Afwan melihat sendiri bagaimana rupa gadis itu, dan bagaimana keindahan mata dan juga senyuman lembutnya mampu menyihir Afwan. Namun sayang karena telah diliputi emosi yang membakar dadanya, Afwan justru membuat semuannya menjadi rumit seperti sekarang. Menantikan hal yang tak pasti.

"Mas Afwan.. Mas.. kita sudah sampai" ujar supir keluarga Alatas yang saat ini bertugas mengantar anak sang majikan. Afwan menghapus setetes air mata yang entah sejak kapan telah menetes di pipi yang kini ditumbuhi bulu-bulu halus bakal jambang.

"Terimakasih Sofwan, tidak usah menunggu saya. Langsung saja pulang dan kembali seperti biasa!" ujar Afwan yang diangguki oleh Pak Sofwan.

"Semangat ya Pak. Mbak Thalea pasti akan bangun dari tidur panjangnya. Bapak harus banyak bersabar dan berdoa" kata Sofwan dengan senyum perihatin. Afwan hanya tersenyum kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam bangunan rumah sakit yang sejak enam bulan yang lalu telah menjadi rumah kedua baginya.

Lift yang membawa Afwan menuju lantai dimana gadisnya di rawat inap pun berdenting menandakan lantai yang dituju telah sampai. Afwan berjalan dengan semangat, dengan sebuah keyakinan baru.

Namun sepertinya keyakinan yang baru saja dipupuknya harus kembali Ia telan, karena Ia melihat beberapa dokter dan suster berlari dengan panik dan membawa alat-alat medis menuju satu-satunya ruang kamar yang ada di lantai ini. Ruangan Thalea.

Jantung Afwan berdegup kencang.

"Semoga ini semua pertanda baik. Semoga ini bukan pertanda buruk. Ya Allah jangan kau ambil Thalea dariku dan keluarganya" pinta Afwan sambil berlari kencang menuju ruangan Thalea yang berada di pojok lorong.

Napas Afwan semakin memburu saat melihat Raihan dan Dante berada di luar kamar dengan tatapan kosong. Afwan melihat dari kaca bening, Thalea sedang dikerubungi oleh para tim medis. Entah apa yang terjadi dengan Thalea sehingga mereka semua berbondong-bondong memasuki kamar gadis itu.

"Kondisi Thalea sempat kritis kembali, Fwan. Tim dokter sedang berusaha untuk membantu Thalea melewatinya" ujar Raihan tenang. Afwan menarik napas tajam saat mendengar penjelasan Raihan.

"Sebaiknya kita ikhlaskan saja, Fwan. Abang rasa Thalea pun sudah lelah" Afwan mendelik tajam mendengar penuturan Raihan.

"Abang bicara apa? Abang rela kehilangan Thalea setelah enam bulan kita semua berjuang dan menanti?!" ujar Afwan marah sambil mengguncang kedua bahu Raihan, agar lelaki itu sadar.

"Tapi memang sepertinya kita harus ikhlas Fwan! Apa kamu rela melihat Thalea yang hidup tapi sebenarnya Ia telah mati sejak enam bulan lalu! Raganya ada disini, tetapi kita tidak pernah tahu kemana jiwanya pergi, Fwan!" seru Raihan marah.

"Enggak! Enggak! Thalea pasti bangun untuk kita semua!" Afwan menggeleng dengan keras, menolak semua pemikiran buruk yang mulai berkumpul di dalam otaknya.

"Afwan! Kamu mau kemana?!" teriak Dante saat melihat Afwan masuk kedalam kamar Thalea.

Afwan masuk ke dalam kamar Thalea dan lelaki itu pun menerobos para Tim Medis yang sedang berusaha menolong Thalea yang saat ini sedang kejang disertai napas yang terputus-putus.

Afwan ditarik paksa oleh salah seorang suster laki-laki yang ikut membantu, namun Afwan semakin mendekat kearah Thalea dan tangan lelaki itu menggenggam jari jemari Thalea dengan lembut dan memberikan pijitan-pijitan lembut yang nyaman. Pada akhirnya Tim Medis pun membiarkan Afwan berada di samping Thalea sementara mereka mencoba menolong Thalea sesuai dengan prosedur dan kemampuan mereka.

Afwan mendekatkan bibirnya ke telinga Thalea yang tidak tertutupi perban, kemudian berbisik "Thalea, kamu dengar aku kan? Lea Aku mohon, bangunlah, sadar! Kami semua menantimu. Kamu tidak rindu dengan Mamah-Papah? Bang Raihan? Dante? Dandee dan juga Sarah? Setidaknya bangunlah untuk mereka, Thalea. Aku rela dan ikhlas jika kamu sadar nanti kamu akan membenciku seumur hidupmu. Aku memang patut mendapatkannya! Dan Aku masih memiliki seluruh hidupku untuk membuatmu memaafkanku dan mencintaku, Aku mencintaimu, Thalea. kumohon bangunlah. Bangun Thalea! Le dimana pun kamu berada saat ini Aku mohon dengarkan suaraku, dan kembalilah kepada kami" bisik Afwan lembut.

Allahu Akbar.. Allahhuu Akbar...

Afwan pun mengumandangkan Azan dengan suara merdunya yang pelan dan lemah lembut. Ia mengumandangkan Azan ditelinga Thalea sambil menahan tangis.

Tim Medis yang berada diruangan itu pun menatap Afwan dengan pilu bercampur haru. Hati mereka benar-benar terenyuh melihat perjuangan Afwan yang sangat menantikan kembalinya Thalea.

Perlahan namun pasti pun, dengan izin Allah tubuh Thalea seketika berhenti mengejang, napasnya pun berangsur kembali teratur. Dan detakan jantungnya perlahan normal kembali. Afwan tersenyum dan terus melanjutkan Azannya hingga selesai. Afwan menyelesaikan Azannya dengan sangat baik, walaupun menahan tangisan yang mungkin bisa pecah kapan saja.

Para dokter dan suster yang berada di dalam ruangan itu pun menatap takjub dengan kejadian ini, ini sungguh benar-benar kuasa Allah.

Tak lama setelah Afwan selesai Azan, tiba-tiba bulu mata lentik Thalea bergetar, berselang beberapa detik mata itu terbuka perlahan dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya.

Afwan dan yang lain terperangah kaget bercampur bahagia saat melihat mata hijau meneduhkan itu menatap mereka satu per satu.

Kemudian dengan sigap dokter kembali melakukan beberapa pemeriksaan medis untuk mengetahui kondisi Thalea saat ini.

Afwan berjalan mundur menjauhi ranjang, dan kemudian Ia bersujud syukur kepada Allah karena pada akhirnya Allah mau mendengar do'a-do'anya.

Seorang suster pun akhirnya memutuskan untuk memberi tahu pihak keluarga yang lain yang saat ini masih menunggu di luar ruangan.

"Raihan! Thalea sadar!" seru seorang suster dari depan pintu kamar Thalea dengan wajah berbinar menatap ke arah Raihan yang saat ini shocked mendadak. Dante membelalakkan mata tak percaya mendengar perkataan suster itu.

"Thalea...." panggil Afwan lirih setelah Ia bangkit dari sujudnya kemudian berjalan menghampiri Thalea yang sedang duduk bersandar di ranjang rumah sakit.

Thalea menatap Afwan dengan kerutan di dahinya.

"Selamat datang kembali, Thalea" ujar Afwan tersenyum lembut. Tanpa terasa air mata haru bercampur kebahagiaan menetes dan mengalir di atas pipi tirus Afwan.

^^^^^^^^^^^^^^^^^

2 TAHUN KEMUDIAN......

Suasana tegang memenuhi sebuah ballroom hotel mewah dibilangan Jakarta Pusat yang telah disulap menjadi tempat yang luar biasa indah dan menakjubkan.

"Ya Abdullah Afwan Alatas bin Umar Hafidz Alatas Uzawwijuka 'ala maa amarallahu min imaskin bima'ruf au tasriihim bi ihsan, Ya Abdullah Afwan Alatas bin Umar Hafidz Alatas, anakahtuka wa zawwaj-tuka makhtubataka Thalea Neloa Lawvoski binti Adam Rasyid Lawvoski bi mahri mushaf Al-Qur'an wa alatil 'ibadah haalan"ucapan Adam lancar dalam bahasa arab yang fasih dengan mantap sambil menatap mata Afwan yang saat ini ada dihadapannya.

Afwan menarik napas dalam "Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril madz-kuur haalan" ucap Afwan lantang dalam satu tarikan napas. Afwan pun mebuang napas lega saat mendengar kata sah dari para saksi nikah dan penghulu.

"Alhamdulillahhh...." para saksi dan orang-orang yang hadir dalam acara Akad Nikah itu pun berucap penuh syukur.

Thalea pun akhirnya diizinkan memasuki ballroom hotel sesaat setelah Afwan selesai mengucapkan Ijab-Qabul. Thalea nampak cantik dan anggun dalam balutan sackdress berwarna putih berbahan brokat yang cantik serta kerudung putih yang bertabur oleh kristal-kristal Swarovski yang membuat penampilan Thalea terlihat glamour dan memesona. Tak lupa disematkan pula sebuah tiara kecil yang membuat penampilan Thalea semakin menakjubkan.

Afwan pun malam ini tampak begitu menakjubkan dengan setelan Tuxedo berwarna putih lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam dan tak ketinggalan pula sepatu pantofel hitam mengkilapnya.

Afwan sampai tidak berkedip begitu melihat Thalea berjalan didampingi Sarah menghampiri dirinya.

Thalea mengambil tangan Afwan kemudian mencium tangan itu sebagai tanda sahnya mereka berdua dengan begitu khidmat. Afwan pun mengusap puncak kepala Thalea dengan sayang sambil tersenyum lembut.

Thalea menatap mata lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya. Afwan mengambil sebuah cincin emas putih dengan berlian sebagai penghiasnya dari baki yang dibawakan oleh Sarah yang sekarang sedang tersenyum menggoda ke kedua mempelai.

Afwan mengambil tangan kiri Thalea dan menyematkan cincin itu ke jari manis gadis itu, kemudian mengecup kening Thalea yang kini telah sah menjadi istrinya.

Afwan menatap mata hijau kecokelatan favoritnya dengan binar kebahagiaanya yang membuncah.

"Terimakasih sudah mau memaafkan atas segala kesalahan yang telah ku perbuat dan mau menerima lelaki bodoh dan pecundang ini sebagai suamimu, Thalea Neola Lawvoski" ucap Afwan masih memandang intens ke dalam bola mata hijau itu. Thalea tersenyum lembut kemudian mengusap wajah Afwan yang saat ini terlihat begitu berseri seperti dirinya. "Terimakasih juga telah bersabar dan tak pernah bosan menanti Aku kembali. Terimakasih juga untuk semua pembuktian cinta yang kamu berikan untukku, Suamiku. Abdullah Afwan Alatas" senyuman merekah bak bunga di musim semi menghiasi wajah Thalea. Afwan sekali lagi mengecup kening sang Istri dengan rasa cinta yang sangat mendalam.

Perjuangan untuk membuktikan cintanya pada Thalea bukanlah hal yang mudah. Afwan benar-benar berjuang mati-matian untuk membuktikan pada gadis itu bahwa Ia murni mencintai Thalea, bukan karena rasa kasihan. Belum lagi Afwan harus selalu bisa membagi waktu kerja dan menemani Thalea perawatan pemulihan kondisi fisik pasca-koma, dan lelaki itu pun harus membantu dan memberikan semangat dan dukungan penuh pada Thalea untuk menyelesaikan kuliahnya yang terpaksa harus terhenti nyaris satu tahun penuh. Namun, semua itu bukanlah apa-apa jika Ia melihat apa yang Ia dapatkan kini. Semuanya perjuangannya terbayar sudah.

" I Love You, My Lovely Wifey"

"I Love You Too, My Lovely Hubby"

Dante, Sarah, Dandee, dan Raihan pun bersiul menggoda melihat kedua mempelai yang sedang dimabuk cinta.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Game of Dream
1370      760     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
Te Amo
428      287     4     
Short Story
Kita pernah saling merasakan titik jenuh, namun percayalah bahwa aku memperjuangkanmu agar harapan kita menjadi nyata. Satu untuk selamanya, cukup kamu untuk saya. Kita hadapi bersama-sama karena aku mencintaimu. Te Amo.
TAK SELALU SESUAI INGINKU
12265      2664     21     
Romance
TAK SELALU SESUAI INGINKU
Hey, I Love You!
1142      487     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
Hatimu jinak-jinak merpati
570      380     0     
Short Story
Cerita ini mengisahkan tentang catatan seorang gadis yang terlalu berharap pada seorang pemuda yang selalu memberi kejutan padanya. Saat si gadis berharap lebih ternyata ...
Forbidden Love
9410      2008     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Lost Daddy
4785      1051     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...
ARABICCA
2730      1004     2     
Romance
Arabicca, seorang gadis penderita schizoid personality disorder. Selalu menghindari aktivitas sosial, menjauhi interaksi dengan orang lain, tertutup dan mengucilkan diri, terpaksa harus dimasukkan ke sekolah formal oleh sang Ayah agar dia terbiasa dengan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut semata-mata agar Arabicca sembuh dari gangguan yang di deritanya. Semenj...
Hei, Mr. Cold!
355      285     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
Frasa Berasa
63882      7076     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...