Loading...
Logo TinLit
Read Story - Popo Radio
MENU
About Us  

Benar juga kata Abah. Di tengah perjalanan naik kapal laut dari Muara Angke, ombak yang tadinya tenang berubah jadi kencang. Cuaca lagi sering berubah-ubah. Mereka yang awalnya asik bersenandung ria langsung berdoa sama-sama untuk keselamatan semuanya.

Beberapa orang mulai mabuk laut. Yang paling parah Fani, Alya, dan Danis. Mereka sampai lemas mengeluarkan cairan tubuh terus-menerus. Kapal miring ke kanan muntah, miring ke kiri muntah, nggak miring kemana-mana juga tetap muntah. Pokoknya buat mereka bertiga segala posisi serba salah. Dikit-dikit mual, huek-huek.

Bau minyak kayu putih, balsam, menyeruap ke seisi kapal. Dari balik kemudi, Nahkoda kapal sigap mempertahankan kondisi kapalnya agar tidak terbalik. Awak kapalnya bergotong royong membantu. Cewek-cewek mulai meneteskan air mata, ketakutan melihat ombak yang tinggi. Poni terus teringat wajah Abah. Dia sangat menyesal udah pura-pura kemasukan macan-macanan biar diijinin liburan.

Pak Black dan Bu Ruk yang ikut berlibur dengan anggota BHINEKA FM, coba terlihat tetap tenang agar anak-anak tidak semakin panik. Mereka juga coba menenangkan murid-muridnya. Semua penumpang kapal akhirnya tenang saat cuaca cerah kembali. Ombak bersahabat lagi dengan mereka. Kapal bisa berlabuh di tempat tujuan dengan selamat membawa semua penumpangnya.

Sampai di penginapan, masing-masing merebahkan diri, bahkan ada yang tertidur tidak lama sampai. Tujuannya untuk mengembalikan energi tubuh setelah melalui perjalanan laut yang tidak mudah.

Sorenya barulah para anggota BHINEKA FM menikmati waktu santai di pinggir pelabuhan sambil nongkrong dan jajan berbagai gorengan di saung-saung. Ada juga yang pesan kopi atau teh manis hangat. Senja yang menentramkan. Namun sayangnya, sungguh sayang, hal itu tidak berlangsung lama. Satu kapal yang lebih bagus tampilan fisiknya bak kapal-kapal yang sering ada di pelabuhan mewah, berlabuh di pulau yang sama dengan Poni dan lainnya. Bukan perkara kapalnya, tapi apa yang mereka lihat setelahnya.

Mata Poni terbelalak melihat siapa yang menginjakkan kaki ke luar dari kapal. Cherry Cs. Oh My! Genk rese yang doyan cari ribut sana sini. Nggak cukup di sekolah, mereka juga harus bertemu mereka di liburan yang berharga ini.

Fani kembali pusing, bukan karena mabuk laut, tapi kahadiran Cherry Cs. Cherry bukan nggak sadar melihat Poni, Aida, dan Fani dari kejauhan. Mereka hanya sengaja pura-pura tidak melihat. Dagunya diangkat lebih tinggi, pandangannya sengaja dilurus-lurusin ke depan tanpa menoleh. Belum lagi memamerkan pakaian dan barang-barang bawaan mereka. Bawaan Cherry tentu bukan dibawa dirinya sendiri, tapi ada anggota mading yang lebih junior membawakan.

Danis belum mengetahui kedatangan Cherry di pulau yang sama dengan mereka. Saat melihat Poni, Danis berjalan santai menghampiri Poni dengan wajah yang lebih segar setelah bangun tidur.

“Kok mukanya pada suntuk gitu? Poni? Aida? Fani? Katanya libur telah tiba. Ayo liburan!” kata Danis bersemangat.

“Gue mau balik ke penginapan aja ah,” sahut Fani.

“Gue juga ikut,” kata Aida.

“Lho kok?” Danis makin heran. Dia duduk di sebelah Poni menanyakan ada apa. “Fani sama Aida kenapa? mereka kok langsung pergi pas gue dateng? Emangnya ada yang salah?”

“Ada. Ada banget yang salah. Gue salah udah bohongin Abah biar diijinin ke sini, jadinya liburannya begini deh. Kena tulah.”

“Tulah apa?” tanya Danis.

“Perjalanan ke sini yang nggak lancar. Ehh sampai sini ada penampakan.”

“Hha? Sore-sore gini udah ada penampakan?”

“Ada. Baru aja lewat sebelum lo ke sini.”

Danis masih bingung nggak ngerti. “Ada apa sih Po?”

“Gue ceritain di penginapan aja deh. Yuk balik! makin sore nih. nanti tiba-tiba hujan lagi,” kata Poni.

Danis tadinya mau ngajakin Poni jalan-jalan di pinggir pantai lihat matahari terbenam, tapi niatnya diurungkan melihat wajah Poni yang suntuk.

Tambah kaget Poni sesampainya di penginapan. Belum juga menjelaskan ke Danis alasan kenapa suasana hati Poni tiba-tiba berubah, penyebabnya nampak lagi di depan mata. Tepat di depan penginapan mereka, mengenapakan topi pantai, sambil kipas-kipas.

“Lho kok ada mereka?” tanya Danis.

“Iya gue juga pingin bilang gitu. Kok ada mereka? Kebetulan atau tulah buat gue nih,” kata Poni.

“Danis…….,” panggil Cherry girang melihat sosok Danis di depan matanya. “Kamu di sini juga?” ahh akting Cherry kurang meyakinkan. Sepertinya dia udah tau, sebelum dia sampai ke pulau yang sama dengan Poni. Abis kebetulan ini sungguh mencurigakan. Penginapannya aja sama, padahal penginapan itu bukan kelasnya Cherry. Jauh sekali dari standart Cherry. Tapi Poni memilih menghilangkan kecurigaannya ke Cherry, dia lebih percaya ini tulah dari kebohongannya ke Abah. Kapok deh! Nggak lagi-lagi. Maaf Bah…

Cherry menghampiri Danis dengan senyum sumringah, beda halnya dengan Danis yang seketika lesu. Kehilangan sesaat semangat liburan. Sama seperti Aida dan Fani sebelumnya.

Oh iya kemana Aida dan Fani? Ternyata mereka lagi ngeluh ke Pak Black sama Bu Ruk. Kok mereka bisa ketemu Cherry di sini. Pak Black atau Bu Ruk juga jelas nggak tau. Mereka nggak ada meresa ngajak Cherry join di liburan ini. Tapi ya Pak Black dan Bu Ruk tetap meninta semua murid-murid untuk menjaga kedamaian selama liburan. Mereka pikir, mungkin ini kebetulan yang akan membuat kedua kubu ini saling berdamai.

Hari semakin larut, Cherry nggak mau jauh-jauh dari Danis. Udah kayak anak bebek baru netes ngikutin induknya. Untung pas Danis melarikan diri ke toilet, Cherry nggak nekad ngikutin juga. Danis sepertinya hampir putus asa menjauhkan Cherry dari dirinya. Danis terus melirik ke arah Poni. Danis ingin mendekat ke Poni, tapi dia juga nggak mau Poni menjadi risih karena keberadaan Cherry yang tidak mau lepas darinya.

“Duhhh itu orang, kenapa dari sekian banyak pulau di sini, dia dateng ke pulau yang sama kayak kita,” keluh Fani.

“Iye Fan. Gedeg banget gue,” sahut Aida setuju keras.

“Eh kita kemana gitu yuk?” usul Poni.

Poni, Aida, dan Fani jalan-jalan di sekitar penginapan. Penginapannya sebetulnya nggak terlalu luas. Cuma ada empat pondokan. Dua disewa anggota BHINEKA FM, dua sisanya sama Cherry Cs, dan anggota mading. Ada kolam ikan tidak jauh dari penginapan. Poni, Aida, dan Fani main sekitar situ. Kasih makan ikan sambil dinyanyiin, biar makin lahap katanya. Ngobrol ngalor ngidul diselingi tebak-tebakan judul lagu, pake suara binatang, kambing, ayam, bebek, sampai burung hantu.

Pas banget suara burung hantu, ada suara lainnya yang mengiringi lantunan lagu. Suaranya bikin bulu kuduk berdiri dan badan merinding. Ditambah udara yang semakin dingin.

“Denger nggak?” tanya Poni.

“I-i-iye denger,” jawab Aida.

“Gue juga,” kata Fani.

“Siape tuh yang nangis malem-malem?” biarpun Aida pentolan Gang Serong, kalau ngelawan yang wujudnya nggak kelihatan, Aida juga parno.

“Pergi aja deh dari sini,” saran Fani.

Aida dan Poni ngangguk cepat, mereka bergegas lari. Fani duluan, diikuti Aida, dan Poni. Tapi belum sampai pondokan, Poni sama Aida udah kecapean. Udah dibilang mereka itu nggak bakat jadi pelari, apalagi lari dari masalah. Benar deh!

“Buruan! suaranya makin deket tuh, kayaknya kita diikutin deh,” kata Fani sambil meringis ketakutan. Fani semakin panik tiba-tiba melihat sosok bayangan putih mendekat. Rasanya kalau nggak inget solidaritas, Fani pingin banget ninggalin Poni sama Aida yang masih ngosngosan, ngejongrog di tanah. Sosok itu semakin dekat, Fani langsung menutup kedua matanya sambil berteriakkk, “Hantuuuuu….!!!”

Poni sama Aida ikutan teriak, apalagi pas pundak Poni ada yang nepok, makin keras teriakannya. Kaki mereka makin lemas untuk kembali berlari.

“Kak…kak…kak…aku bukan hantu…aku Luna,” terdengar suara lirih tepat di belakang Poni.

“Bohong, ngaku-ngaku yah biar kita pada buka mata. Saya nggak gampang ketipu,” kata Poni.

“Aku…nggak nipu..kak…,” suaranya masih sama, lirih sambil sesekali terisak sedih.

“Bohong! Saya nggak percaya. Apa buktinya kamu juga manusia kayak kita?” tanya Poni masih tetap menutup mata, sama halnya Aida dan Fani. Mereka bertiga meringkuk bersama.

“Kakak…mau..saya..ngapain?” tanya suara itu.

“Suruh ngapain?” tanya Poni ke Aida dan Fani.

“Baca surat Al-Fatihah,” pinta Aida.

“Aku..nggak bisa kak…. Aku…non muslim,” katanya.

“Baca firman di alkitab sebelum tidur,” pinta Fani.

“Aku..juga..nggak tau kak…, aku ini…Buddhisme,”

“Duhh gimana dong?” tanya Fani ke Poni dan Aida.

“Kita ini…satu sekolah kok…,” kata suara itu lagi.

“Nama guru Fisika killer siapa?” tanya Poni.

“Pak Black Manise,” jawaban satu benar.

“Nama guru BP?” tanya Fani

“Bu Rukmah Prihatini,” jawaban selanjutnya benar lagi.

“Semboyan sekolah kita?” tanya Poni.

“Berbeda-beda tetap satu jua,” benar lagi.

“Ahh pertanyaan gampang itu sih,” sahut Aida. “Nih jawab yah, dimana jalur evakuasi ke tiga setiap hari senin yang biasa dipake ngumpet anak-anak buat nggak ikutan upacara bendera?”

Suara hening seketika. “Nggak bisa jawab kan? tuh bener dong lo hantu yak,” tuduh Aida. Pahahal kalau nggak bisa jawab juga, belum tentu dia hantu, tapi dia adalah murid teladan yang tidak kabur saat upacara bendera.

“Jalur ke satu belakang lab komputer, jalur ke dua belakang kelas XII IPS 3, jalur ketiga yang jarang dipilih belakang kantin, karena paling sering kena razia,” benar semua jawabnnya.

Aida kaget dengan jawaban yang diterimanya. Aida nggak sadar langsung membuka kedua matanya dan menujuk sosok yang mereka curigai sebagai hantu. “Waahhh! Sering bolos upacara juga yak?” tuduh Aida ke sosok yang mereka curigai hantu.

  Sosok itu cuma cengegesan bilang, “Maaf yah kak..aku jadi nakutin kalian.”

“Bukan nakutin lagi, bikin gue syok jantung,” kata Aida ke Luna.

Poni dan Fani masih ragu membuka mata mereka.

“Ehh udahan takutnya. Dia orang beneran. Itu Luna yang sering dibawa Cherry Cs makan bareng di kantin,” kata Aida meyakinkan Poni dan Fani.

“Bener Da?” tanya Fani.

“Iye. Die bukan hantu atau demit,” jawab Aida.

Poni dan Fani akhirnya mau membuka mata. Ehh beneran napak kakinya. Wajahnya juga nggak asing. Mereka kenal.

“Ngagetin aja kamu Luna..,” kata Poni.

“Maaf kak…,” kata Luna.

“Ngapain kamu nangis malem-malem ditempat sepi?” tanya Poni.

“Kalau di tempat rame kan malu kak…, aku lagi kesel aja sama Kak Cherry. Dia makin sering ngerjain aku di sekolah. Aku aja ikut liburan mading ke sini karena terpaksa,” cerita Luna membuat Poni, Aida, dan Fani ikut prihatin.

“Ya udah jangan sedih-sedih lagi, ikut kita aja ke pondokan. Aida bawa kartu uno. Kita main deh sepuas-puasnya, tapi kalau kalah dapat hukuman. Paling pijetin yang menang aja. Adil dong? hukumannya setelah kalah main. Kamu nggak usah takut dikerjain, kecuali kamu udah yakin kalah. Oke? It’s holiday, it’s time to have fun!”

“Oke…!” senyum nampak di wajah Luna. Dia bersemangat kembali menikmati liburannya, sama seperti Poni, Aida, dan Fani. Kegembiraan mereka mudah kembali hanya dengan permainan kartu uno. Sederhana dan emang nggak usah dibikin ribet. Masa remaja belum waktunya nerima yang ribet-ribet.

………………………………………………………………………………………

Besoknya agenda cukup padat. Pak Black dan Bu Ruk seperti pemimpin kelompok. Mereka berjalan lebih dulu. Murid-murid mengikuti. Agenda pertama mengunjungi penangkaran penyu, hutan bakau, lalu naik kapal lagi ke pulau lain yang ada penangkaran hiu dan kerang mutiara. Setelah itu istirahat makan, lalu main olahraga air, banana boat, dan snorkeling. Asik deh! Biar padet tapi semua dijalani dengan senang hati.

“Libur telah tiba.., libur telah tiba. Hore! Hore! Hore!”

“Hore!!” sahut Poni dan Fani ke Aida.

“Asiikkkk perahunya udah datang!!!” kata Aida girang.

Awalnya Pak Black berniat mengajak Cherry Cs dan anggota mading join aktivitas liburan anggota BHINEKA FM, tapi jelas anak-anak langsung keki nolak. Untungnya aja Cherry sadar, dia nolak ajakan Pak Black. Katanya sih udah punya agenda liburan sendiri dari travel agent mereka. Lebih seru pastinya daripada agenda yang udah dibuat BHINEKA FM, apalagi mereka udah bayar mahal. BODO AMAT! Buat Poni, Aida, dan Fani yang terpenting liburan mereka dilakukan bersama teman-teman. Nggak penting budget liburannya lebih mahal yang mana. Asal semua sama-sama seneng, gembira, dan bersuka hati menikmati liburan ini, itu tujuannya.

“Fani? Danis? Alya? aman nggak naik kapal lagi?” tanya Pak Black.

“Amann Pak,” jawab Fani bersemangat.

“Terkendali Pak,” sahut Alya.

“Berangkat…,” kata Danis yang terakhir menaiki kapal.

Tujuan selanjutnya melihat penangkaran hiu dan kerang mutiara. Pertama kalinya buat Poni berenang langsung di antara anak-anak hiu yang menurutnya nggak ada imut-imutnya. Biarpun itu anaknya, tetep aja bapak sama ibunya itu hiu. Salah-salah anaknya nggak suka berenang sama Poni, nanti ngadu ke bapak ibunya lagi. Gawat, pikir Poni.

Anak-anak BHINEKA FM udah kayak kelebihan minum vitamin, seharian ini nggak ada capek-capeknya. Main sama penyu, hiu, lihat kerang mutara, ke hutan bakau, nyanyi di atas kapal, ada yang goyang-goyang lincah banget, foto sebanyak-banyaknya, naik banana boat, snorkeling, terakhir malah pada pingin nyobain mancing juga. Kali aja ada yang dapat Putri Duyung, katanya. Ada-ada aja deh kelakuannya, tapi seru banget. Yang kewalahan jagain dan ngawasin mereka Pak Black dan Bu Ruk. Mereka harus mantau lima belas anak-anak usia remaja yang ingin mengenal dunia lebih luas, haus akan keingintahuan, jiwa bergelora penuh semangat, dan tingkah gila.

Sampai kembali ke Pulau Macan nggak langsung istirahat malah pada ngajakin main voli pantai untuk yang cewek-cewek, lain halnya sama cowok-cowok main bola di tepi pantai. Yang nggak jago olahraga kayak Poni sama Aida, mendadak jadi cheerleader, tapi goyangannya nggak jauh-jauh dari Kopi Dangdut sama Darah Muda. Intruktur gerakannya udah pasti Aida.

Itu pipi kayak nggak ada keramnya, ketawa tiwi mulu dari pagi berangkat sampai matahari mau terbenam lagi. Semua permainan terhenti untuk menikmati sunset di tepi pantai. Bersama-sama duduk di pinggiran pantai tanpa alas kaki, bercengkrama dengan pasir pantai yang putih. Momen tepat untuk dinikmati dengan pujaan hati. Danis sama Poni aja sejak kapan nggak ketahuan udah duduk berdampingan. Sama halnya dengan Fani dan Ali, juga Alya dan Lukman. Yang nggak punya pasangan jangan galau. Rugi banget lho liburan masih galau, apalagi mengingat perjalanan mereka yang nggak mudah untuk sampai. Semuanya tetap berbaur dengan senang hati mensyukuri setiap karunia Tuhan yang diberikan.

Malamnya Pak Black dan anak-anak cowok nyiapin api unggun tidak jauh dari penginapan sambil makan hasil barbeque bareng. Kali ini Cherry Cs join sama anak-anak BHINEKA FM. Ternyata travel agent mereka kewalahan harus mengurus beberapa rombongan sekaligus dalam satu waktu. Rombongan Cherry jadi merasa terbengkalai.

Perut keyang, hati senang, dan bangak kenangan indah tercipta di hari itu. Api unggun menyala menghangatkan badan. Semua duduk melingkari api di bawah langit bertabur bintang. Manabisa di kota melihat bintang seperti ini. Cahaya bintangnya terkalahkan germerlap gedung-gedung mewah.

Poni ngerasain punggung tangannya disentuh sesuatu yang hangat. Poni nggak nolak. Danis di sampingnya tersenyum damai. Keduanya anak remaja ini sempat saling tatap. Satu hal yang membuat momen seperti ini lebih istimewa lagi, yaitu ada dia yang kamu suka dan sayangi. Di seberang tempat duduk Poni dan Danis, seseorang menatap sinis dan cemburu, siapa lagi kalau bukan Cherry.

Lagu wajib yang harus dinyanyikan seperti lagu yang melegenda dari jaman Abah dan Ambu masih muda. “Suatu hari dikala kita duduk di tepi pantai. Dan memandang…ombak dilautan yang kian menepi. Burung camar tebang bermain diderunya air. Suara alam ini. Hangatkan jiwa ini.” Bu Ruk dengan merdunya menyanyikan bait awal.

Baik ke dua dilanjutkan oleh Pak Black, “Sementara…sinar surya perlahan mulai tenggelam. Suara gitarmu…mengalunkan melodi tentang cinta. Ada hati. membara erat bersatu. Getar seluruh jiwa. Tercurah saat itu. Ayo anak-anak nyanyikan sama-sama!” pinta Pak Black dujung lirik.

“Kemesraan ini. janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini. inginku kenang selalu. Hatiku damai. Jiwaku tentram di sampingmu. Hatiku damai… Jiwaku tentram bersamamu…”

Satu lagi kenangan manis di usia belia terukir indah.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • trinurismi

    @dede_pratiwi ok sipp. Sorry telat respon

    Comment on chapter SMA Bhineka
  • dede_pratiwi

    judulnya menarik banget. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' jangan lupa like. makasih :)

    Comment on chapter SMA Bhineka
Similar Tags
Blue Diamond
2864      941     3     
Mystery
Permainan berakhir ketika pemenang sudah menunjukkan jati diri sebenarnya
Mata Senja
666      451     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
Meet You After Wound
266      223     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
She Is Falling in Love
535      334     1     
Romance
Irene membenci lelaki yang mengelus kepalanya, memanggil nama depannya, ataupun menatapnya tapat di mata. Namun Irene lebih membenci lelaki yang mencium kelopak matanya ketika ia menangis. Namun, ketika Senan yang melakukannya, Irene tak tahu harus melarang Senan atau menyuruhnya melakukan hal itu lagi. Karena sialnya, Irene justru senang Senan melakukan hal itu padanya.
When You Reach Me
7567      1991     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Tepian Rasa
1380      687     3     
Fan Fiction
Mencintai seseorang yang salah itu sakit!! Namun, bisa apa aku yang sudah tenggelam oleh dunia dan perhatiannya? Jika engkau menyukai dia, mengapa engkau memberikan perhatian lebih padaku? Bisakah aku berhenti merasakan sakit yang begitu dalam? Jika mencintaimu sesakit ini. Ingin aku memutar waktu agar aku tak pernah memulainya bahkan mengenalmu pun tak perlu..
Jingga
6081      1551     2     
Romance
Kehilangan memang sangat menyakitkan... Terkadang kita tak mampu mengekspresikan kesedihan kita membuat hati kita memendam sakit... Tak berakhir bila kita tidak mau mengakui dan melepas kesedihan... Bayang-bayang masa lalu akan selalu menghantui kita... Ya... seperti hantu... Jingga selalu dibayangi oleh abangnya yang sudah meninggal karena kecelakaan... Karena luka yang mendalam membuatnya selal...
Transformers
296      248     0     
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?
Varian Lara Gretha
5472      1687     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Love Never Ends
11756      2472     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan