Loading...
Logo TinLit
Read Story - Warna Rasa
MENU
About Us  

Bel sekolah sudah berbunyi, Deni masih enggan menggerakkan tubuh meninggalkan sekolah. Ia masih menikmati kondisi sekolah yang masih ramai dengan kegiatan ekstrakurikuler. Deni duduk di dekat anak-anak yang sedang latihan karate. Meskipun hari ini bukan jadwal hari latihan Deni, ia ingin datang dan melihat latihan kelompok lain yang sedang berlatih.

                Siang menjelang sore. Cuaca di sekolah terasa hangat sisa dari teriknya tadi siang. Sekolah sudah mulai terlihat sepi. Sore itu sudah tidak ada lagi aktivitas organisasi selain karate. Tidak masalah bagi Deni.

                “Do titip ya, aku mau ke toilet” Deni melempar tas-nya kepada Dido yang sibuk membaca komik yang kemarin baru dibelinya. Selain buku pelajar, Dido juga membeli beberapa komik yang baru terbit pada minggu ini untuk melengkapi koleksinya.

                “Sip” ucap Dido tanpa sedikitpun melirik ke arah Deni.

                Letak toilet memang agak belakang dan agak jauh dari tempat-tempat aktivitas siswa. Setelah sekolah bubar, biasanya toilet sepi hanya beberapa orang yang beraktivitas di sana. Namun siang itu Deni mendengar gelak tawa bahagia dari segerombolan siswa. Deni penasaran dan berusaha mendekat. Benar saja, kali ini Gilang dan teman-temannya membuli seorang gadis dengan kaca mata berkepang dua. Gadis yang kemarin, batin Deni. Gadis kelas 10, ia tahu dari tanda yang dikenakannya. Gilang dan teman-temannya saling oper melemparkan tas gadis itu. Postur mereka yang tinggi membuat gadis sulit untuk menggapai tasnya. Dengan tergopoh-gopoh gadis itu berlari kesana kemari untuk mendapatkan kembali tas sekolahnya. Gadis itu sudah meminta dan merengek namun tidak didengarkan. Kali Deni tidak bisa diam saja. Ia harus menolong gadis itu. Deni bersembunyi di balik pintu, ia menunggu waktu yang tepat agar ia bisa lompat dan meraih tas gadis itu. Beberapa menit Deni berdiri. Sebenarnya komplotan Gilang hanya berempat dengan tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengannya, jika waktunya pas Deni bisa dengan mudah menggapai dan mengambilnya.

Satu... dua... tiga.... Deni melompat dan ia berhasil memegang tasnya. Tindakan Deni membuat yang lain tercengang, tapi ia tidak peduli. Deni segera menarik tangan gadis itu untuk mengajakanya berlari. Ia masih belum siap menghadapi Gilang dan teman-temannya. Ilmu karatenya masih terlalu sedikit. Untuk saat ini ia masih belum siap untuk membalas serangan Gilang dan kelompoknya jika nanti terjadi perkelahian.

Deni membawa gadis itu ke pinggir lapangan tepat tempat Dido menunggu. Mereka harus segera menuju keramaian karena aksi mereka hanya bisa dilakukan ketika keadaan sepi. Setelah sampai pinggir lapangan Deni merasa lega namun seketika ia terkejut melihat gadis itu terengah-engah sambil memegangi dadanya. Ia terlihat seperti kesakitan.

                “Kamu kenapa?” tanya Deni panik. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Gadis itu sesak napas.

                “Obat... obat... di tas aku. Obatnya..... “ ucapnya masih terus memegangi dadanya dan mengatur napas. Deni membuka tas gadis itu dan ia menemukan tabung kecil berisi butiran-butiran obat berwarna putih.

                “Berapa butir?” Deni membuka tutup tabung.

                “Dua...” gadis itu segera menelan 2 butir kecil obat tanpa air. Ia sudah sangat terbiasa dengan obat-obatan. Gadis itu menenangkan dirinya sendir dan mengatur napasnya hingga perlahan membaik. Deni menunggu dengan wajah yang panik. Ia tidak tahu apakah yang ia lakukan tadi adalah sebuah kesalahan? Ia membuka tutup botol minumnya dan menyerahkan pada gadis itu.

                “Terima kasih” gadis itu meminum beberapa teguk hingga ia benar-benar tenang. “Terima kasih sudah menolong aku. Rahma kelas 10.4” Gadis mengulurkan tangan pada Deni, mengajak bersalaman.

                “Namaku Deni. Kelas 10.6” Deni membalas uluran tangan Rahma. Dido pun ikut berkenalan.

                “Kalian tadi kenapa? Seperti habis dikejar setan” tanya Dido heran melihat keduanya tiba-tiba berlari dari arah toilet. Deni menceritakan seluruh rangkaian kejadiannya pada Dido.

                “Bagaimana kondisi kamu Rahma? Apakah kamu baik-baik saja?” kali ini Deni membutuhkan penjelasan Rahma.

                “Aku baik-baik saja. Maaf sudah membuat kalian khawatir dan sekali lagi terima kasih sudah menolong aku.

                Rahma mengingatkan Deni pada ibunya. Ia ingat bahwa ibunya memiliki penyakit asma meskipun jarang kambuh. Rahma yang berkacamata dan Deni pastikan minus Rahma sudah mencapai angka yang besar, hal itu mengingatkannya pada Fajar. Deni melihat Rahma sebagai gadis yang polos dan lugu, wajar saja Gilang dan kawan-kawannya senang menjadikan orang-orang seperti Rahma sebagai bahan bulian.

                “Apa mereka sering membuli kamu Rahma?” Deni ingin tahu.

                “Tidak juga sih. Tapi dalam satu minggu ini, 3 kali mereka memperlakukan aku seperti itu” ucapnya dengan wajah yang tersenyum.

                “Apa? 3 kali?” Dido lebih kaget daripada Deni. Rahma hanya mengangguk. “Mereka keterlaluan banget ya Den... Harus dihajar tuh mereka” Dido terlihat kesal.

                “Mereka tidak bisa terus dibiarkan” jawab Deni. Mulai hari ini ia harus bersiap membuka lembaran lama kehidupannya. Sebenarnya ia tak ingin mengungkit luka yang sudah hampir mengering tapi Deni tidak bisa tinggal diam. Semakin ia diam, maka akan semakin banyak korban berjatuhan.

                “Kamu pulang sama siapa Rahma?” fokus Deni pindah ke Rahma.

                “Aku dijemput sama supir aku. Terima kasih Deni sudah selamatkan aku. Sampai jumpa besok” Rahma bangun dari tempat duduknya dan melambaikan tangan ke arah Deni dan Dido.

                Deni dan Dido menatap punggung Rahma yang menjauhi mereka berdua. Ia berjalan tergopoh, Deni tahu lutut Rahma sedikit berdarah setelah sebelumnya jatuh saat mencoba mengambil kembali tasnya dari komplotan Gilang. Kunciran rambut Rahma bergoyang kesana-kemari. Satu yang Deni dapat hari ini akhirnya ia tahu nama gadis itu, Rahma. Bukan karena Deni suka atau menaksir gadis itu, namun gadis itu mengingatkan Deni pada Fajar, kakaknya.

                Hati yang tulus, badan yang tegap, jiwa yang kokoh yang selalu ibu harapkan untuk kedua anaknya. Berani untuk mengutarakan kebenaran, menjadi anak kebanggaan ibu dan ayah. Itulah pesan-pesan yang selalu ibu Deni tanamkan kepada kedua anaknya. Di bumi ini, Allah menciptakan manusia dengan fisik yang kuat atau yang lemah namun tidak dengan jiwanya. Setiap jiwa haruslah kuat. Tidak mudah berputus asa, tidak lelah dengan keadaan, atau tidak lalai dengan godaan. Seorang Rahma bisa saja terlihat lemah dengan fisiknya, namun dibalik itu semua, nyatanya jiwanya lebih kuat bahkan dari Deni sendiri. Kelak pada Rahma, Deni akan belajar bahwa pandangan hidup tidaklah sebatas pada titik noktah yang ada di depan sana, namun disebalik titik itu ada warna yang lebih luas untuk hidup yang lebih lapang.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
injured
1513      790     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
Enigma
1701      915     3     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
Bukan kepribadian ganda
9654      1873     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
#SedikitCemasBanyakRindunya
3335      1223     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
Senja Belum Berlalu
4167      1463     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Kala Saka Menyapa
12350      2907     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
A - Z
3088      1049     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Lentera
910      618     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
My Teaser Devil Prince
6569      1673     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
14996      2082     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...