Read More >>"> Du Swapped Soul (Rintangan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Du Swapped Soul
MENU
About Us  

“Nah, ini rumahmu, Myung-Joo,” ujar Papa. Aku hanya asal mengangguk tanpa tahu artinya.

Mama mengantarkanku sampai kamarku. “Ini kamarmu. Kalau ada apa-apa, bilang Mama ya?” Aku hanya mengangguk.

Aku tatap cermin di sebelahku. Wajahku agak berbeda dengan wajahku yang dulu. Kulitku lebih cerah, rambutku hitam pekat, dan tubuhku lebih tinggi. “Yahh... setidaknya aku masih bisa hidup.”

Aku menghempaskan diri di atas kasur. “Bagaimana nasibku di sekolah nanti?”

__ __ __

Aku membolak-balikan buku pelajaran Bahasa Korea. Malam ini, aku harus mati-matian belajar Bahasa Korea.

Tok! Tok!

“Masuuk.”

Mama mengintip dari pintu kamar. “Myung-Joo, belum tidur?” tanyanya.

Aku menoleh. “Oh, belum, Ma,” jawabku seraya membaca buku.

Mama mengangguk. “Jangan tidur terlalu malam. Kau ‘kan baru sadar dari koma,” peringat Mama seraya menutup pintu kamar.

Ye.”

__ __ __

Cip! Cip!

Suara kicauan burung terdengar di pagi hari yang cerah ini.

Aku terbangun. “Hoaahm... harus sekolah lagi, deh.” Dengan malas, aku bangun dari tidur.

Aku diam sejenak sambil berdiri, seakan-akan ingat sesuatu. “OH, IYA! Kan aku tidak sekolah setelah tiba-tiba berganti tubuh. Yes!” seruku girang.

“Joo sarapan!” teriak Mama dari lantai bawah.

“Iya, Ma!” Aku pun turun ke lantai bawah.

“Wah, sudah lama tidak melihat Myung-Joo berlari ke bawah untuk sarapan, ya.” Papa terlihat senang sekali. Ah, aku terlihat seperti pembohong sungguhan sekarang.

“Haha. Iya, Pa. Mama juga rindu. Nah, ayo Myungie sayang, makan yang banyak ya.”

Aku mengangguk. Aku pun duduk di kursi. Dan aku... menatap menu sarapan pagi ini. Alisku bertaut. “Apa ini?”

__ __ __

“Hmph... huahh....” Aku menghirup napas, lalu membuangnya lagi. Lingkungan ini begitu cocok denganku. Sekarang musim semi, musim yang sangat kusukai. Kebetulan sekali.

“Oke, aku akan menjalankan hidup baruku ini bagaimana pun caranya.”

__ __ __

“Ugh... bagaimana ini? Besok sekolah, lho. BESOK, SEKOLAH.” Dari tadi aku terus terbayang-bayang dengan apa yang akan terjadi di sekolah nanti. Uh, sangat mengerikan pokoknya.

“Tapi setidaknya, aku bisa liburan disini. Tapi kan aku tidak sedang liburan, ya?” ocehku.

“Myung-Joo, Mama beli teokbokki, nih!” sahut Mama.

Kepalaku menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka. seketika aku berteriak. “Horee, jajanan!”

__ __ __

Hari ini aku harus sekolah. Ya, hari ini memang hari yang sangat mengerikan sekali.

Aku memakai seragam sekolahku. “Waah... cantik sekali.” Kemeja putih yang dipadu dengan rompi berwarna biru muda, dengan rok selutut berwarna biru toska dengan hiasan glitter pink yang menghiasinya. Cantik sekali.

“Myung-Joo, sudah belum?” tanya Mama dari luar kamar.

“Sudah, Ma.”

Mama masuk. “Wah, cantiknya anak Mama,” puji Mama.

“Hehe. Terima kasih,” jawabku malu-malu. Eoh, aku baru sadar. Mengapa aku harus malu? Yang punya muka ‘kan bukan aku? pikirku dengan agak kecewa.

“Nah, sebelum kau memulai sekolahmu, kau harus memakai ini dulu.” Mama memakaikanku sesuatu diatas kepalaku. “Coba kau lihat cermin.”

Aku menatap cermin. “Huaaah... aku jadi kelihatan lebih cantik sekarang!” seruku girang.

Mama merenyitkan dahi nya. “Lho? Kau benar-benar tak ingat sama sekali?” tanya Mama. Aku menggeleng. “Oh. Dulu, kau sangat suka sekali dengan bando ini,” cerita Mama dengan raut wajah sedih.

Aku jadi ikut sedih. Sebenarnya... aku Angel, Ma, bukan Myung-Joo anak Mama, batinku yang ikut sedih.

“Nah sekarang, kau harus memulai pagi cerah ini dengan sekolah!”

Aku menatap Mama. “Di mana sekolahku?”

Mama tertegun. “Baiklah kalau begitu.”

__ __ __

Bagus. Keadaan makin buruk sekarang. Padahal hari ini aku tak mau mendekati siapa pun hari ini. Tapi Mama malah menyuruh entah siapa untuk berangkat sekolah bersama. Katanya, sih teman. Tapi aku tak tahu.

“Myung-Joo ah. Kau kenapa? Kok aneh begitu?” tanyanya khawatir.

“Eoh? Oh, aku tidak apa-apa kok, hehe.”

Dia merenyitkan dahi nya. “Jelas-jelas kau terlihat aneh begitu. Mengapa pakai bahasa formal? Biasanya kau akan memakai bahasa non-formal jika bersamaku. Kau kenapa? Kau masih sakit? Kalau masih, kau istirahat dulu saja. Jangan sekolah dulu,” suruhnya.

“Eh, ng... nggak. Aku....”

Sret!

Aku menjulurkan tangan kananku, tanda ingin memulai perkenalan. “Namamu siapa?” tanyaku ramah. Ia diam sambil menatap tanganku kesal.

“HEI! Kita sudah bersahabat selama satu tahun terakhir sejak kau koma! Hanya gara-gara kau koma, kau dengan mudah bisa melupakan persahabatan kita selama ini? HAAAH....” Ia membentakku dengan nada yang sangat kecewa sekali.

“J-jangan salah paham dulu. Sebenarnya... aku hilang ingatan setelah bangun dari koma. Mungkin itu efek samping dari koma? Jadi, hei, siapa namamu?” jelasku panjang.

Ia diam sejenak, lalu memelukku erat. “Owh... aku minta maaf. Aku tak tahu kalau kau amnesia. Tapi....” Ia melespakan pelukannya dariku, lalu menatapku dari bawah sampai atas. “Tapi... kau masih ingat bagaimana caranya berjalan, makan, dan semacamnya ‘kan?” lanjutnya.

“Hei, aku hanya lupa cerita hidupku, sobat.”

Ia tersenyum manis. “Namaku Shin-Hye, Nam Shin-Hye. Aku sahabatmu sejak kita duduk di bangku SMP kelas 3. Dan aku, masih mengingatmu,” jelasnya.

“Syukurlah kalau aku punya sahabat baik yang bisa dipercaya.”

Ia mengangguk. “Aku akan selalu membantumu.”

Wajahku seketika menjadi cerah. “Gomabda, Shin-Hye.”

__ __ __

Aku meletakkan tasku dan duduk di bangku. “Fuuh... sejauh ini aman-aman saja,” gumamku lega.

“Waah... Myung-Joo  sudah bangun dari koma, ya?” tanya seorang siswi.

“Hai,” sapaku. “Maaf, aku lupa namamu. Aku... lupa,” jelasku.

“Namaku Bae-Won, Yeong Bae-Won. Lau lupa?”

"Hng... bukan begitu sih. aku-." Sebelum aku melanjutkan kata-kataku, tiba-tiba saja Shin-Hye datang sambil menarik lenganku menjauh dari Bae-Won.

“Shin, jangan tarik-tarik tangan dong. Sakit, nih,” protesku.

Shin-Hye mendengus sebal. “Jangan bilang rahasiamu ke orang yang tak tepat. Dia bukan orang yang tepat untuk diberitahu. Lain kali, jangan dekati dia!” larang Shin-Hye.

“Lho, kok gitu, sih? Apa berita kalau aku amnesia itu rahasia?" tanyaku bingung.

Shin-Hye menggeleng-gelengkan kepalanya. "Haah..., kau ini. Kau terlalu polos."

"Dia baik, kok.”

Shin-Hye menggeleng. “Luarnya saja baik. Tapi dia selalu punya maksud jahat.” Aku tertegun. “Dulu kau juga baik padanya.”

“Kok bisa?”

“Iya. Soalnya dia itu pintar menipu. Dan kau sendiri gampang sekali di tipu. Coba saja lihat. Iiih! Memikirkannya saja aku sudah jijik. Makanya tuh, dia tidak punya teman. Sudah, lah. Kita pergi saja yuk,” ajaknya. Ia menarik lenganku kembali.

“Mau kemana, sih?”

Kami tiba-tiba berhenti. “Tunggu, deh. Aku masih belum yakin kalau kau amnesia total.” Aku tersenyum miring.

Aku memang tidak hilang ingatan. Tapi rohku yang salah menempati tubuh, batinku sebal.

“Aku tes dulu deh. Itu... siswa itu siapa?” tanyanya sambil menunjuk siswa tampan dan tinggi yang sedang memaikan ponselnya.

“Mmm... temanku?” tebakku dengan ragu.

“Bwahahahaha! Dia itu anak populer di sekolah ini. Hihi. Kelihatan sekali kalau kau ingin berteman dengannya. Dia itu susah didekati.”

Pipi ku merona. “Duh, jadi malu kan. Yuk, ah balik lagi ke kelas.” Kami akhirnya balik lagi ke lantai atas.

Ternyata keadaan kelas lebih ramai daripada tadi. Dan kami pun duduk di bangku.

Bruk!

“Hosh... hosh....” Seorang siswi masuk ke dalam kelas dengan napas yang terengah-engah.

“Hai Jung Jae-Min~,” sapa Shin-Hye yang terlihat menyindir.

“Apaan, sih!” Ia terlihat marah pada Shin-Hye. Lalu ia melirikku.

“Eh?”

“Hyaa! Myung-Joooo, akhirnya kau bangun juga!” Ia memelukku.

Duh Shin, ini siapa lagi sih? rutukku dalam hati.

“Jae, jangan kasar padanya. Dia amnesia total. Jadi dia TIDAK kenal kamu.”

Aku berbisik pada Shin. "Dia orang yang terpercaya?" Shin-Hye pun mengangguk.

“OH, YA?! Duh, kasihan sekali anak mamih. Namaku Jung Jae-Min. Aku dan Shin-Hye adalah sahabatmu.” Shin-Hye mengangguk.

“Jadi... dulu aku punya dua sahabat?” tanyaku memastikan.

Jae-Min mengerutkan dahinya. “Kau benar-benar tak ingat? Kok bisa, sih?” tanya Jae-Min sambil berkacak pinggang.

“Ya, namanya juga amnesia total, Jae.”

Jae-Min mengangguk. “Aku duduk di bangkuku dulu, ya.”

__ __ __

Kriing!

Waktu istirahat tiba.

Aku menjatuhkan kepalaku di atas meja. Pusing sekali rasanya setelah 3 jam belajar. Dan aku hampir tak mengerti dengan apa yang guru tadi jelaskan. Bukan, bukan pelajarannya, tapi bahasanya. Aku belum sepenuhnya mengerti Bahasa Korea. Kalau Hangeul nya sudah lumayan, sih.

“Myung-Joo, kenapa?” tanya Shin-Hye.

“Tak apa. Hanya pusing saja. Pelajarannya tadi sulit,” alasanku.

“Yuhuu!” Jae-Min tiba-tiba sudah berada di depan kami. “Mau kutraktir?” tawarnya.

Aku mengangkat kepala. “Traktir apa.”

“Terserah kau saja, mau apa.”

“Aku tidak?” tanya Shin-Hye menawarkan dirinya untuk ditraktir Jae-Min juga.

“Tidak usah!”

“Tapi, aku tak tahu jajanan Korea. Aku cuma tahu teokbokki,” kataku lesu.

Jae-Min menepuk dahinya. “Jajanan negaranya saja sampai lupa. Ya sudah, nanti ku jelaskan. Yuk!” ajaknya.

Kami pun pergi ke kantin yang tempatnya lumayan luas.

“Jae-Min, kesana saja yuk,” usul Shin-Hye sambil menunjuk ke suatu stan makanan.

“Ide bagus. Ayo!” Kami pun membeli jajanan Korea di stan ini. Dan aku siap untuk mencoba jajanan Korea lagi.

__ __ __

“Jae-Min,” panggil Shin-Hye.

“Ya? Ada apa?”

“Kau... tau anak kelas 2-5 yang aneh itu tidak? Anaknya aneh, dingin, dan... ‘ehem’!” Jae-Min terkikik.

Aku tak mengerti. “Ehem maksudnya apa?” tanyaku tak mengerti.

“Ehem itu maksudnya dia tampan.” Jae-Min kembali terkikik.

Aku tambah bingung. “Katanya aneh, kok tampan?”

“Kau akan tahu dia nanti,” ucap Shin-Hye. “Kimchi ku sudah habis. Ayo kembali ke kelas.”

__ __ __

Aku termenung di depan kelas. Rasanya ada yang aneh dengan pembicaraan Shin-Hye dan Jae-Min tadi. Dan mengapa Shin-Hye bilang aku akan tahu nanti? Mereka ini buat penasaran orang saja. Aargh! Aku spontan mengacak-acak rambutku sampai bandoku terjatuh ke bawah.

“Hei, ada apa? Mengapa kau terlihat frustasi sekali?” tanya Shin-Hye bingung.

“Oh, Shin-Hye.”

Ia mengambil bandoku yang terjatuh. “Ini bandomu,” katanya sambil memberikan bandoku padaku.

“Terima kasih.”

Shin-Hye tiba-tiba menatapku tajam. “Kau mau pulang atau tidak? Cepat berdiri! Atau, kau mau pulang sendiri?” ancamnya.

“Ya... aku akan berdiri.”

Shin-Hye mengantarkanku pulang. Aku meliriknya dengan agak ketakutan. “Shin-Hye ya~ Mengapa kau tiba-tiba dingin padaku?”

Shin-Hye tersentak. “Benar juga. Maaf. Sepertinya... aku agak kasar tadi setelah kami membicarakan dia. Ya?” tanyanya.

Aku mengangguk sebal. “Kenapa, sih?”

“Ah, tidak ada apa-apa, sih. Tapi... aku merasa kalau kau belum saatnya mengetahui dia.”

“‘Dia’ yang kau maksud itu... anak kelas 2-5 yang kau dan Jae-Min bicarakan saat jam istirahat tadi? Memangnya mengapa aku belum boleh mengetahuinya?” protesku.

Shin-Hye memegang pundakku erat. “Dengar, ya. Aku ini sahabatmu. Dan kau baru saja bangun dari tidur panjangmu, alias koma. Aku juga berhak untuk memikirkan keselamatanmu. Dia aneh. Dia berbahaya! Pokoknya, hati-hati dengannya.” Aku mengangkat kedua alisku.

“Rumahmu disitu. Aku mau pulang dulu,” pamitnya.

Aku mengangguk dan hendak memasuki rumah.

“Oya, Joo,” panggilnya.

“Hm?”

“’Dia’ itu... Jung Tae-In.”

Whusssh~!

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1332      655     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Rêver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4205      1158     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5458      1521     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.