20 menit berlalu, siang itu jalanan tidak terlalu ramai. tidak ada perbincangan sepanjang jalan dari sekolah menuju kerumah, Atta hanya fokus pada jalan dan Meta pun hanya mengarahkan pandangannya lurus kedepan. hanya ada 1 pertanyaan yang keluar dari mulut Atta.
" Met, Bram apa kabar?"
"baik kok" kataku singkat tanpa melihat wajahnya.
"1 minggu tidak bertemu dan hanya kak Bram yang dia tanyakan?" gerutuku didalam hati.
oh ya.. Bram adalah kakaknya Meta, dia adalah teman 1 kampus Atta.
"sudah sampai" kata Atta sambil mengelus lembut rambutku
"hmm, mau mampir? kataku
"engga deh, aku lagi banyak tugas nih, harus cepat-cepat dikumpulin"
"ok deh, thanks ya Ta!"
" sama-sama sayang, nanti aku telepon ya"
"ok!"
Meta berdiri di depan pagar menunggu Atta pergi, tak lama mobil jazz merah itu melaju dan hilang di ujung jalan. tanpa ia sadari, Meta hanya berdiri melihat dengan tatapan kosong, ia melihat ujung jalan walaupun tak ada apapun disana.
"neng.. ojeg neng.." terdengar suara dari arah belakang
" Dav... nyebelin deh" kataku sambil memukul kecil pundak davi
"kenapa sih Met? masalah Atta?" tanya Davi langsung to the point
"masuk deh nanti aku ceritain" kataku sambil berjalan memasuki gerbang
"ibu kemana Met?" kata Davi begitu masuk karna tidak melihat siapapun disana
"ibu lagi ada acara sama teman-temannya, katanya pulang malam"
"aku ganti baju dulu ya Dav, kalo mau minum ambil aja sendiri dikulkas, kalo mau makan juga boleh" kataku sedikit cengegesan.
"siap nyonya!" sambil meletakan tangannya paa posisi hormat persis seperti pada saat upacara.
Davi duduk di ruang tamu sambil menunggu Meta selesai berganti pakaian, ia melihat-lihat sekeliling, memperhatikan barang-barang yang terpajang disana. sejenak ia memperhatikan 1 benda, benda yang tidak asing lagi dipandangannya, sebuah kumpulan foto-foto Meta saat dia masih kecil, metamorfosis seorang Meta yang sampai hari ini ia pun tak tahu siapa yang mengumpulkannya, yang ia tau hanya Atta lah yang melakukannya untuk Meta, ia begitu mencintai kumpulan foto itu, foto itu adalah media yang Atta berikan pada saat menyatakan cintanya pada Meta, kumpulan foto yang teringkai rapih dengan simbol heart disetiap sudutnya.
" heh.. ngelamunin jorok ya? kataku mengagetkan.
"kalo iya memang kenapa?" saut Davi dengan ciri khasnya yang cengegesan.
"kalo iya aku ga mau sahabatan sama kamu lagi"
"loh kenapa?" kata Davi keheranan
" aku gak suka dengan seseorang yang berfikiran kotor!"
Davi hanya mengelus-ngelus kepala Meta tidak ada jawaban darinya, ia hanya terus memperhatikan sahabatnya itu, tanpa Meta sadari ada kecemasan yang tersirat di mata Davi, kecemasaan yang tidak ada satu orangpun tau kecuali dirinya sendiri.
" by the wa, gimana tadi ketemu pacar?" tanya Davi penasaran.
Meta mulai memperbaiki posisi duduknya dan melihat ke arah Davi.
"Dav, kayaknya Atta selingkuh deh" kataku ragu-ragu
" kalopun dia selingkuh, kok kamu bisa tahu?"
"ini cuma firasatku aja, aku merasa dia benar-benar berbeda, bukan Atta yang dulu. dia sama sekali tidak perduli padaku, dia sama sekali tidak menanyakan kabarku walaupun tadi adalah pertemuan pertama kami setelah 1 minggu" kataku sambil menundukan wajahku.
" aku sudah bilang dari awal Atta itu bukan cowok baik-baik Met, tapi kamu sepertinya yakin sama dia, aku jadi gak bisa berbuat apa-apa"
" aku sudah tau dari awal Atta itu bukan tipe cowok yang puas dengan 1 cewek, apalagi kamu masih SMA, kamu adalah sasaran empuk karna dia pikir kamu gampang untuk dibohongi " Davi terus-terusan berbicara panjang lebar.
"kok kamu malah ngejelek-jelekin dia? mau bagaimanapun juga dia itu pacarku, kamu gak berhak bicara seperti itu. kamu sudah menyakiti perasaanku Dav!"
jujur saja aku sedikit kesal saat Davi seakan-akan memojokan Atta, ini jelas karna Davi tidak bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi aku, dia tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun, jelas saja dia bisa bicara seenaknya.
" jadi mau kamu gimana Met?" tanya Davi kemudian.
aku hanya terdiam.
"gimana kalo kita mata-matain dia?" muncul ide gila dibenak Davi.
"caranya Dav?" kataku sambil mengerutkan dahiku.
" serahkan saja padaku!"