pagi kami sebagai siswa SMA diawali dengan pelajaran matematika yang sangat aku benci, tak lama Pak Ahmad datang, dia adalah guru matematika kami, semua siswa menyukainya, hanya bersemangat.
" Selamat pagi.." sapa pak Ahmad.
"Pagi Paaakkk...." jawab kami serentak seperti anak TK
Tinngg.. hpku bergetar dan ketika kulihat itu adalah pesan dari Atta. " Huuuhh.." desahku didalam hati. Atta adalah pacarku, tapi entah mengapa karna beberapa alasan dia sama sekali tidak pantas menyandang predikat "pacar". Atta adalah laki-laki yang romantis, pada awalnya. saat ini hubungan kami sudah berjalan 1 tahun 3 bulan. cukup lama bukan? aku masih ingat betul saat Atta menyatakan cintanya padaku di sebuah kafe. dia begitu romantis waktu itu, dan akupun sudah menyukai Atta sejak dia datang kerumahku untuk pertama kalinya. Atta adalah teman kakaku, dia dan kakakku berada di univesitas yang sama . sejak saat itu kami menjadi semakin dekat dan akhirnya kami berpacaran.
"Pagi sayang, maaf aku semalam ketiduran. pulang nanti aku jemput ya"
begitulah isi pesan dari Atta. aku hanya iam dan tidak menghiraukan pesannya, jujur saja aku masih agak kesal karna akhir-akhir ini dia selalu sulit dihubungi, alasanya ketiduran lah, banyak tugas lah, lagi nganter bunda belanja lah, ini lah, itu lah dengan banyak alasan yang lainnya.
Davi melihatku sedang terdiam sambil memandang layar hpku. lalu dia melakukan panggilan video call dan sontak saja aku langsung melihat kearahnya tentunya sambil melotot ke arahnya. Davi langsung tertawa kecil " gila kali tuh anak, lagi ada guru berani-beraninya telepon, video call lagi " gumanku dalam hati
akhirnya jam pelajaran Pak Ahmad berakhir, selanjutnya adalah pelajaran Bahasa Indonesia, tapi sebelum Pa Ahmad meninggalkan kelas, dia memberitahu bahwa Bu Endang, guru Bahasa Inonesia kami tidak bisa hadir, sontak seisi kelas menjadi sangat ramai. tapi sebagai gantinya kami diberikan tugas merangkum untuk pertemuan yang akan datang.
"Wooyy.." sapa suara disebelahku, ternyata Davi.
" sejak kapan kamu disini?" tanyaku
" semejak kamu melamun, pesan dari siapa sih? Atta ya?" tanya Davi memastikan
" he-eh " jawabku sambil menganggukan kepala. "nih baca" kataku sambil menunjukan pesan yang dikirim oleh Atta.
" hahaha basi banget sih nih anak, ketiduran? masuk akal? maksudnya setiap hari dia ketiduran setiap kalian punya janji? kamu sudah seharusnya mencurigai dia Met.."
" tapi kalo ternyata dia memang ketidan gimana?" tanyaku ragu
" ya gak apa-apa sih, tapi apa salahnya kalo coba cari tau?"
aku hanya terdiam, bingung apa yang harus aku lakukan.
Jam sudah menunjukan pukul 12 siang. bel telah berbunyi nyari tanda bahwa kegiatan di sekolah hari ini telah selesai.
" Jadi dijemput Met? " tanya Davi.
" Gak tahu" jawabku datar
" Mau dijemput pacar kok ga semangat gitu sih?"
" udah dah Dav, aku males bercanda. aku duluan ya" kataku dengan nada sedikit ketus
Davi hanya mengaruk-garuk kepala, dalam hatinya ia tak ingin Meta pulang bersama Atta.
Tak lama hpku berbunyi, ada nama Atta dengan simbol hati di layar. "huh.." desahku.
"Haloo.. aku sudah didepan, itempat biasa ya, aku bisa lihat kamu dari sini" katanya di ujung telepon.
aku langsung berjalan menghampiri mobil Jazz merah milik Atta.
"kok cemberut gitu sih kayak gak suka aku jemput" tanya Atta sambil menggeser posisi duduknya agar pandangannya bisa sejajar denganku.
" engga kok, aku hanya cape " kataku masih dengan ekspresi datar.
" ok, mau makan siang dlu?" tawar Atta kali ini sambil mengelus-elus tanganku.
"Gak usah eh, aku mau langsung pulang" kataku singkat.
Atta hanya mengangguk mengiyakan. ia menyalakan mobilnya lalu menginjak gas dan pergi.
Tanpa Meta dan Atta sadari, ada mata yang sejak tadi memperhatikan mereka, dari jauh di bawah pohon rindang disamping sekolah, ada yang memperhatikan mereka dengan lekat. memastikan bahwa tidak ada hal buruk terjadi disana. bahkan saat mobil Atta menghilang, mata itu masih saja memperhatikan dalam waktu yang cukup lama meskipun mereka telah menghilang di ujung jalan.