Loading...
Logo TinLit
Read Story - A & O
MENU
About Us  

SATU

 

Ramalan cuaca mengatakan kalau sore hari ini langit akan terang benderang, namun menurut Adelia Shabrina—atau yang biasa disapa dengan Adel— realita selalu tidak sesuai dengan ekspetasi.

Buktinya sekarang awan mendung sudah berada tepat di atas kepalanya.

Adel mengulurkan telapak tangannya di udara. Menerka-nerka apakah hujan sudah turun atau belum.

"Please jangan hujan dulu, please..."

Mulut gadis berambut coklat yang dipotong rata sebahu itu terus komat-kamit seperti sedang membacakan mantra penangkal hujan.

Tiga detik kemudian, semesta seperti berpihak pada Adel. Bus yang ia nanti-nantikan selama sepuluh menit akhirnya datang juga.

Adel mengambil bangku favoritnya—bangku pojok sebelah kanan yang terletak di barisan paling belakang— lalu menempelkan dagunya pada pinggiran jendela bus.

Hari ini jalanan kota Jakarta terlihat padat merayap. Beberapa kendaraan roda dua harus berhenti mendadak karena berada di jalur Transjakarta yang tidak boleh dilalui, sehingga mereka terpaksa memutar balik dan membuat kemacetan atau dengan pasrah ditilang di ujung jalan.

"Elah segala banget sih udah tau ini busway yang artinya jalanan khusus buat Transjakarta, eeeh masih aja diterobos! Bikin macet kan!" Gerutu seorang pria paruh baya yang lengkap dengan kemejanya. Sepertinya ia baru pulang kerja mengingat sekarang sudah pukul 5 sore.

Mendengar banyak yang menggerutu tentang jalanan di sore hari ini, Adel hanya bisa ikut menghela napas. Pasrah terhadap jalanan Ibukota. Mau marah pun juga sudah percuma, bukan?

"Semoga nggak telat. Semoga nggak telat." Doa Adel di dalam hatinya.

 

***

 

"Halo, Yo! Akhirnya lo angkat juga! Lo dimana, sih?"

Suara bariton yang sudah tidak asing itu menggema di telinga seorang pria bernama Adelio Kevanu. Pria berparas blasteran Inggris dan Indonesia yang biasa disapa dengan panggilan Lio itu menjauhkan ponselnya sebentar sebelum menjawab. Takut budek.

"Berisik banget suara lo, nying-nying!" Jawab Lio tidak kalah nyaring.

"Gue di mobil. Kenapa?" Tambahnya cepat-cepat sebelum kena semprot lagi oleh orang yang sedang menjadi lawan bicaranya di telepon.

"Lo harus ke acara fakultas gue! Sekarang!"

"Ada apaan, sih?" Tanya Lio sedikit nyolot.

"Buruan ke sini! Gue tunggu di parkiran fakultas dah! Cepatan ya lo gak pake lama pokoknya!"

Dan sambungan telepon itu terputus secara sepihak.

Lio hanya bisa menghela napas dan menurut—karena mau marah-marah juga percuma. Ia menjalankan mobilnya menuju kampus temannya—dan kampusnya sendiri.

Sesampainya di parkiran Fakultas Hukum, pria yang mempunyai tinggi 180 sentimeter itu menghampiri Farhan Syahreza—temannya yang tadi menelepon. Entah sudah berapa lama Farhan berdiri di parkiran menunggu kedatangan Lio.

"Ada apaan sih?"

"Gue punya dua kabar. Buruk dan baik. Lo mau yang mana yang duluan?" Tanya Farhan sembari berusaha merangkul sahabat sejak SMAnya itu. Namun apalah daya tangan tak sampai.

"Buruk duluan deh. Seenggaknya gue bisa happy dikit abis denger berita buruk versi lo itu." Jawab Lio sembari menjauhkan badannya dari Farhan supaya temannya itu gagal dalam usaha merangkul-sok akrabnya.

"Ah gak seru kalo langsung ke yang buruk. Padahal gue mau pamer dulu." Sahut Farhan sambil berjalan mendahului Lio.

"Apaan sih emangnya?"

Farhan nyengir lebar dan menahan langkahnya agar sejajar dengan langkah Lio.

"Kepo ya lo? hahaha."

"Emang paling najis kan lo, Han!" Umpat Lio pelan, namun tetap terdengar oleh Farhan.

"Oke oke," Farhan mendekatkan kepalanya dan Lio otomatis sedikit menunduk karena mengerti Farhan ingin bisik-bisik.

"Pertama, kabar baiknya sebagai Project Officer dengan bangga gue mau pamer kalo acara gue ini gak defisit," Lio mengangguk dan memberikan ibu jarinya seakan-akan seperti bapak yang bangga dengan prestasi anaknya.

"Dan kabar buruknya......"

"Apa?" Tanya Lio cepat. Tidak sabar.

"Lo liat sendiri aja deh untuk memastikan. Gue takut mata gue yang ble'e jadinya salah liat. Nanti malah bahaya tingkat negara."

Lio mengernyitkan dahinya. Pria itu mencoba menebak hal apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Farhan.

Langkah kaki Lio mengikuti langkah kaki Farhan yang membawanya masuk ke sebuah aula yang penuh sesak dengan orang-orang yang masih setia menonton konser. Acara tahunan Fakultas Hukum yang rutin dilakukan ini memang menjadikan panggung musik sebagai acara puncak, sehingga tidak heran kalau masih banyak orang yang berdatangan di hari terakhir acara.

Lio menatap ke sekelilingnya. Ada Raisa yang sedang bernyanyi di atas panggung dan orang-orang yang ikut bernyanyi sambil sesekali merekam penampilan penyanyi cantik pujaan pria se-Indonesia raya itu.

Namun, Lio tidak tertarik untuk ikut bernyanyi dan melepas penatnya pasca menanggani lima operasi di rumah sakit tempat ia menjalani jadwal koasnya hari ini.

Ya. Adelio Kevanu adalah mahasiswa kedokteran yang sedang koas di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta dan sekarang ia terpaksa kembali ke kampusnya karena telepon mendadak dari Farhan tadi.

"Ikutin gue karena masuknya harus pake ini." Kata Farhan sambil menggoyangkan name tag panitia miliknya.

Lio mengangguk dan mengikuti Farhan. Sekarang mereka lebih pantas jika dikatakan sebagai panitia yang sedang membawa artisnya ke belakang panggung, karena saat melihat Farhan, semua panitia yang sedang ditugaskan untuk menjaga akses masuk ke belakang panggung, tanpa a-i-u-e-o langsung membuka jalan untuk Farhan dan Lio.

Namun, perjalanannya Lio menuju belakang panggung harus terhenti karena tubuh Farhan yang berada di depannya, tiba-tiba berhenti.

"Ada apaan sih? Lo kalo jalan tuh yang bener dikit napa!"

"Itu.... kabar buruk buat lo..." Kata Farhan sambil menunjuk sesuatu di depannya.

 

***

 

Setelah turun dari bus, Adel langsung berlari. Dua bola mata cokelat itu fokus melirik kanan dan kiri seperti takut melewatkan sesuatu. Adel menghela napas lega setelah melihat gerbang Fakultas Hukum yang cukup ramai.

Masih dengan sebuah senyuman bercampur lelah, Adel melangkahkan kakinya menuju aula pusat—tempat dimana panggung utama diletakkan. Badan mungil itu mencoba menerobos lautan manusia yang masih asyik bernyanyi. Tanpa disengaja, mata Adel menangkap sosok pria yang ia kira adalah salah-satu artis yang juga menjadi pengisi acara.

Pria itu hanya memakai kaos polos berwarna putih dan celana jeans yang robek pada bagian dengkulnya. Rambutnya ia biarkan berantakan, namun entah kenapa tetap memberikan kesan cool bagi Adel.

Adel tersadar ketika pria itu bergerak untuk mengikuti panitia di depannya dan masuk ke sebuah pintu yang ternyata adalah jalur menuju belakang panggung.

"Oh, dia beneran artis?"

Diam-diam, Adel mengikuti pria itu karena Adel meyakini pria itu akan membawanya ke belakang panggung. Tentu saja Adel berhasil ikut masuk karena mungkin oleh panitia lainnya yang menjaga pintu belakang panggung, Adel disangka sebagai satu rombongan dengan pria di depannya itu.

Namun, tiba-tiba pria itu berhenti. Mau tidak mau, Adel berusaha menjulurkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi di depan karena badan pria di depannya itu sungguh tinggi menjulang.

Adel menahan napasnya tepat dengan ucapan dari mulut panitia di depan pria yang ia ikuti tadi.

"Itu.... kabar buruk buat lo..."

Dan adegan yang ditunjuk oleh panitia itu ternyata juga menjadi kabar buruk bagi Adelia Shabrina.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Black World
1692      798     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Night Wanderers
18032      4222     45     
Mystery
Julie Stone merasa bahwa insomnia yang dideritanya tidak akan pernah bisa sembuh, dan mungkin ia akan segera menyusul kepergian kakaknya, Owen. Terkenal akan sikapnya yang masa bodoh dan memberontak, tidak ada satupun yang mau berteman dengannya, kecuali Billy, satu roh cowok yang hangat dan bersahabat, dan kakaknya yang masih berduka akan kepergiannya, Ben. Ketika Billy meminta bantuan Julie...
Memoria
349      290     0     
Romance
Memoria Memoria. Memori yang cepat berlalu. Memeluk dan menjadi kuat. Aku cinta kamu aku cinta padamu
The Secret Of Donuts
1335      840     9     
Fantasy
Masa lalu tidak dapat dibuang begitu saja. Walau, beberapa di antara kita berkata waktu akan menghapusnya, tapi yakinkah semuanya benar-benar terhapus? Begitu juga dengan cinta Lan-lan akan kue donat kesukaannya. Ketika Peter membawakan satu kue donat, Lan-lan tidak mampu lagi menahan larangan gila untuk tidak pernah mencicipi donat selamanya. Dengan penuh kerinduan, Lan-lan melahap lembut kue t...
Redup.
720      428     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
When Flowers Learn to Smile Again
1001      729     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Cinta Untuk Raina
5242      1704     2     
Romance
Bertahan atau melepaskan? Pilihan yang sulit untuk Raina sebenarnya karna bertahan dengan dengan Adit tapi hati Adit sudah bukan milik Raina lagi hanya akan menyakitinya, sedangkan melepaskan Raina harus rela kehilangan sosok Adit di hidupnya yang selama ini menemaninya mengarungi cinta selama hampir 2 tahun dan perjalanan cinta itu bukan hal mudah yang di lalui Raina dan Adit karena cinta merek...
One-room Couples
1172      586     1     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
Iskanje
5585      1519     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
Haruskah Ku Mati
53197      5910     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...