Read More >>"> Horses For Courses (Let Me Know) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Horses For Courses
MENU
About Us  

HORSES FOR COURSES

Chapter 12 : Let Me Know

Written by :

Adinda Amalia

 

Characters :

1. Yamaguchiya Arisa

2. Yamaguchiya Rafu

3. Lixeu

4. Gavin

5. Mosses

5. Daniel

6. Eric

7. Rocky

8. Manager

9. Hwannie

10. CEO Phyon Entertainmnent

11. Arisa's Staff

12. LAUDE's President

Nama tokoh akan diungkap satu per satu seiring dengan berjalannya cerita.

 

.

 

.

 

Selamat membaca~

 

“Kenapa, Ar?”, tanya Gavin yang semakin merasa khawatir itu. Arisa justru tersenyum dengan begitu masamnya, sungguh rasa berat hati yang terlihat jelas, “Nggak apa-apa kok”, ujarnya seraya menggaruki rambutnya pelan. Namun Gavin jelas-jelas tak puas dengan jawaban Arisa tersebut. “Kenapa sih, Ar? Kalo ada apa-apa cerita aja ke gue”, ujar Gavin seraya menatap Arisa dengan sangat dalam.

 

“Vin”, suara itu mendadak mengalihkan perhatian Gavin dan Arisa secara bersamaan. Dilihatnya dua sosok lelaki yang berjalan mendekati mereka. “Vin, gue mau kejelasan dari lu”, ujar Mosses seraya menatap tajam pada Gavin. Gavin justru nampak bingung, ia hanya menatap balik Mosses dengan kedua alisnya yang ia kerutkan tersebut. “Vin”, ujarnya lagi masih dengan tatapan mata yang sama.

 

“Kenapa? Maksud lu apaan? Lu mau gue ngomong apa?”, Gavin kini menunjukkan ekspresi layaknya seseorang yang tak bersalah sama sekali. “Kenapa lu jauhin gue dari Arisa?”, bukannya Mosses, justru Rocky lah yang memulai duluan. Rocky pun juga menunjukkan tatapan yang sama tajamnya dengan Mosses. Gavin nampak begitu kaget, hingga ia hanya terdiam membeku dalam posisinya, terlalu bingung bahkan untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun.

 

Kini ganti Mosses yang berbicara, “Gue ingat betul omongan lu, Vin. Lu yang ngomong ke gue kalo Rocky nyari uangnya Arisa doang”, ia menjeda ucapannya, membiarkan seluruh penghuni ruangan itu fokus padanya. Seraya menarik dengan nafas dengan cukup dalam, Mosses bersiap untuk melanjutkan kalimatnya kembali, “Oke, Rocky mungkin pantes buat dijauhin dari Arisa! Tapi apa salah gue?”.

 

Bahkan sebelum Gavin sempat menjawab pertanyaan Mosses itu, Rocky telah menyelanya terlebih dahulu, “Bentar bentar, gue sama sekali nggak ada niatan buat nyari uangnya Arisa, jujur deh!”, ujarnya dengan nada suara yang cukup berperasaan. Akan tetapi nampaknya Gavin tak mau dipojokkan, ia mulai angkat bicara guna menyuarakan pembelaannya. Agar dapat berpendapat dengan mantap, Gavin pun beranjak dari duduknya. Ia berdiri agar dapat menatap Rocky dengan lebih baik. “Bisa-bisanya lu ngomong gitu, Ky! Buktinya udah jelas! Yang bikin Arisa marah ke kita itu apa kalo nggak gara-gara permintaan lu yang aneh-aneh! Yang minta tambahan waktu nginep di Caye Chapel Island lah! Yang minta Ferrari Monza SP2 lah!”, ujarnya dengan emosi yang mulai terlihat di wajahnya.

 

Kalimat Gavin barusan bahkan tak membuat Rocky terlihat emosi sedikitpun, lelaki itu justru menatap Gavin dengan cukup dalam, “Itu cuma bercanda!”. Merasa Gavin masih belum puas dengan jawabannya, Rocky pun melanjutkan kalimatnya, “Gue berani jujur, gue sama sekali nggak ada niatan buruk!”, lelaki itu kembali menjeda ucapannya. Rocky melangkahkan kakinya sekali, membuat jarak antara wajahnya dan wajah Gavin semakin mendekat. Dan dengan satu tarikan nafas, Rocky dapat mengucapkan sebuah kalimat yang penuh perasaan, “Denger ya Vin. Gue itu sayang sama Arisa, mana mungkin gue tega buat kayak gitu?”.

 

Gavin terdiam mendengar kalimat Rocky barusan. Bahkan Mosses pun tak mempunyai keinginan untuk bersuara. Sedangkan Arisa, sosok yang sedari tadi menjadi bumbu utama dalam perdebatan ini menatap ketiga lelaki di depannya itu dengan ekspresi bingung yang terlihat jelas di wajahnya. Peristiwa-peristiwa tak biasa yang terus saja menghantui Arisa membuat gadis itu  berpikir keras hingga berkali-kali lipat.

 

Mosses rupanya menyadari bahwa Gavin tak dapat berkata-kata lagi, ia pun berusaha untuk semakin menojokkan lelaki itu, “Terus kenapa juga lu jauhin gue dari Arisa? Gue jelas-jelas nggak salah?”. Bukannya semakin terpojok, Gavin justru menemukan secercah cahaya yang bisa membantunya keluar dari jurang dalam nan gelap ini. Akan tetapi, belum sempat Gavin berbicara, Rocky telah menyelanya kembali, “Intinya gini…”, Rocky menjeda kalimatnya, membuat semua orang kembali terfokus padanya.

 

Merasa sudah menjadi pusat perhatian, Rocky kini mulai serius. Ia mengubah ekspresi wajahnya, raut mukanya yang semula masih enak dipandang itu menjadi tatapan yang begitu tajam pada Gavin. “Lu cuma pengen Arisa jadi punya lu seorang kan?”, ujar Rocky dengan nada suara yang begitu dinginnya. Dan sesuai dugaan, Gavin nampak kaget bukan main. Lelaki itu terlihat beberapa kali salah tingkah dan bingung harus berbuat apa.

 

Merasakan adanya celah, Mosses segera menarik tangan Arisa. Arisa yang semula duduk di sebelah Gavin itu kini telah berdiri kembali di antara Mosses dan Rocky. “Arisa lu jangan deket-deket Gavin”, ujar Mosses seraya menatap Arisa dan memegangi tangan gadis itu dengan begitu erat. Tak mau kalah, Rocky pun juga mengatakan sebuah kalimat kepada Arisa, “Gue jamin Ar, Gavin nggak bakal bikin lu bahagia”, ujarnya dengan nada suara yang cukup dalam.

 

Gavin yang menatap pemandangan di depannya itu tentu tersulut api kemarahan dalam sekejap. Ia nampak begitu marah, ia menatap dua sosok lelaki di depannya itu dengan sangat tajam. “Justru kalian lah yang nggak bisa bahagiain Arisa!”, ujarnya seraya berteriak dan menunjuk dua orang di depannya itu satu per satu. Mosses yang merasa tak terima itu mulai tersulut kemarahannya pula, “Apa salah gue?! Kurang baik apa gue sama Arisa?! Apa pernah gue jahatin Arisa?! Pantes kah elu ngomong kayak gitu?!”.

 

Gavin yang semakin merasa emosi itu dengan segera memegang kerah baju Mosses, dan menariknya ke atas dengan begitu kuat. Arisa tentu kaget bukan main melihat apa yang terjadi di depannya itu, namun gadis kecil itu tak bisa apa-apa, ia terlalu bingung untuk bertindak, bahkan sedari tadi ia tak mengatakan sepatah kata pun. Mosses sempat merasa kesusahan untuk melepaskan tarikan Gavin yang cukup kuat itu, namun Rocky dengan sigapnya segera melepaskan tangan Gavin dari kerah baju Mosses. “Lu apa-apaan sih Vin?!”, ujar Rocky dengan penuh amarah, sesaat setelah ia melepaskan tangan Gavin itu.

 

Keadaan semakin memanas, Arisa yang semula hanya diam itu kini sudah kehilangan kesabarannya lagi. “Kalian ini apa-apaan sih?!”, kalimat Arisa itu sukses membuat ketiga lelaki di sekitarnya itu mendadak menatap ke arahnya. Ketiga lelaki itu menunjukkan wajah yang terlihat sangat-sangat emosi, bertambah dengan emosi di wajah Arisa pula, mungkin hanya dengan sebuah gesekan kecil, api yang sangat besar bisa tersulut dengan mudahnya.

 

Masih dengan wajah penuh amarahnya, Arisa menatap ketiga sosok di depannya itu satu per satu. “Sebenarnya yang…”, Arisa menghentikan kalimatnya di tengah jalan, otaknya serasa ingin pecah jika ia memikirkan hal ini terus-terusan. “Anjir! Gila emang!”, ujarnya lagi. Arisa memegangi kepalanya dengan begitu kencang dan menggaruk rambutnya dengan kasar, “Gue bener-bener pusing! Sebenernya siapa di antara kalian yang jujur?! Dan mana yang bohong!”.

 

“Gue jujur, Ar”, ujar Rocky seraya menatap Arisa dengan sangat dalam. “Diem!”, namun bentakkan dari Arisa itu membuat ekspresi wajah Rocky sedikit berubah, ia menjadi terlihat agak ketakutan. Merasa tak mau kalah, kali ini Mosses ikut bicara. “Ar, gue--”, “Udah gue bilang diem! Bikin orang stress aja!”, Arisa kali ini membentak dengan lebih keras. Mosses kini juga nampak agak ketakutan, bahkan Rocky justru semakin terdiam di tempatnya seraya menundukkan kepalanya. Gavin yang merasakan adanya perubahan suasana itu secara perlahan mulai menghilangkan wajah penuh emosinya, ia nampaknya juga cukup kaget dengan perilaku Arisa.

 

Tiba-tiba, ponsel Arisa yang tergeletak di atas meja itu berbunyi. Dari kejauhan dapat terlihat sebuah panggilan suara yang masuk. Arisa melangkahkan kakinya beberapa kali untuk mengecek layar ponselnya itu. Begitu melihat nama yang terpampang di sana, emosi di hati Arisa rasanya semakin menjadi-jadi. Gadis itu mendadak menendang meja itu dengan sangat keras, membuat ketiga orang lain di dekatnya mendadak kaget bukan main. Namun mereka tak berani mengatakan apa-apa, bahkan untuk mengekspresikan rasa kagetnya itu, mereka hanya menunduk seraya mengerutkan kedua alisnya dalam-dalam.

 

Dengan rasa berat hati, Arisa pun mengambil ponselnya itu dan mengangkat sebuah panggilan suara dari kakaknya, Rafu. “Dasar anak sialan! Maksud lu apaan?!”, ujar sosok di balik telpon itu sesaat setelah Arisa meletakkan ponselnya di sebelah telinganya. “Abang sialan! Lu nggak tau gue lagi emosi apa?!”, Arisa tentu merasa semakin kesal. “Lu yang sialan! Dasar bocah nggak tau malu! Dibilangin baik-baik masih aja nggak mau dengerin!”, Rafu masih juga melontarkan kalimatnya itu dengan penuh emosi.

 

Arisa mendecak kesal, namun ia tak mengatakan sepatah kata pun. “Coba bilang dimana lu sekarang?!”, kalimat Rafu yang cukup meremehkan itu sukses membuat Arisa marah dan semakin marah. “Apartemen LURIOUS! Kenapa?!”, ujarnya begitu kasar pada kakaknya itu. “Masih aja sama mereka!”, masih dengan nada meremehkan itu, Rafu mulai mencoba untuk memojokkan adik kecilnya itu. Sempat terdiam sesaat, Arisa kembali membalas ucapan kakaknya itu dengan kasar, “Ngurus!”.

 

Arisa telah menjauhkan ponselnya dari telinganya, bahkan ia hendak memutus panggilan suara itu. Namun Rafu masih berusaha untuk menahannya, “Jangan ditutup dulu!”, ujarnya. Merasa tak mendapat respon dari Arisa, Rafu pun mencoba kembali, “Arisa!”. Namun gadis itu tak menjawab panggilan kakaknya itu. Hingga Rafu pun mencoba sekali lagi, “Oke, lu boleh sama mereka”.

 

Kalimat Rafu sukses membuat Arisa kaget bukan main. Gadis itu segera meletakkan kembali ponselnya ke samping telinganya, seraya menunggu Rafu melanjutkan kalimatnya. “Tapi...”, Rafu masih menjeda kalimatnya, membuat suasana di antara mereka menjadi semakin menegangkan. “Pilih salah satu, jangan langsung tiga-tiganya”, ujar Rafu. Arisa terdiam sesaat, akan tetapi gadis itu justru mulai menunjukkan smirk-nya yang jauh-jauh lebih menyebalkan daripada biasanya.

 

“Ngurus!”, dan dengan satu kata itu, Arisa kembali menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Arisa, gue seriu--”, sayangnya kalimat Rafu itu terpotong oleh aksi Arisa yang mendadak menutup panggilan suara itu. Arisa terdiam seraya menurunkan kembali tangan kanannya yang semula ia buat untuk menahan ponselnya ketika ia bertelpon barusan itu. Gadis itu tak kunjung berbalik badan guna menatap tiga sosok di baliknya itu, ia pun juga tak kunjung mengatakan sepatah kata pun.


Gavin, Mosses, dan Rocky yang hanya bisa menatap punggung Arisa itu tak berani berkata apa-apa. Mereka terlalu takut dengan suasana yang kini kian mencekam. Selang beberapa saat, gadis di depan mereka itu mendadak berbalik badan, menatap tiga sosok lelaki di belakangnya itu. Dengan perlahan, Arisa mulai mengutarakan kalimatnya, “Gue nggak peduli lagi siapa yang punya niat buruk ke gue dan siapa yang tulus sama gue”, Aris menjeda ucapannya, membuat ketiga lelaki di depannya itu menatapnya secara perlahan. “Gue cuma butuh kalian bertiga buat manas-manasin Bang Rafu”, satu kalimat yang sangat dingin dan terasa tajam itu dibalas dengan anggukan kecil penuh rasa khawatir oleh ketiga lelaki itu. “Apa lagi kali ini?”, pikir mereka.

 

 

To Be Continue-

 

.

 

.

 

Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kasar dan menyinggung perasaan pembaca. Kesamaan nama, tempat kejadian, atau cerita itu hanya kebetulan belaka.

Salam, penulis.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rara_el_hasan

    Semangat... Konflik kekuasaan... Keren

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Today, After Sunshine
1504      630     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!
CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
14748      1758     4     
Romance
Mala dan Malto dua anak remaja yang selalu memperdebatkan segala hal, Hingga akhirnya Valdi kekasih Mala mengetahui sesuatu di balik semua cerita Mala tentang Malto. Gadis itu mengerti bahwa yang ia cintai sebenarnya adalah Malto. Namun kahadiran Syifa teman masa kecil malto memperkeruh semuanya. Kapur biru dan langit sore yang indah akan membuat kisah cinta Mala dan Malto semakin berwarna. Namu...
Aditya
1205      501     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
Tetesan Air langit di Gunung Palung
401      272     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Truth Or Dare
7926      1432     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Wedding Dash [Ep. 2 up!]
2711      1024     8     
Romance
Arviello Surya Zanuar. 26 tahun. Dokter. Tampan, mapan, kaya, dan semua kesempurnaan ada padanya. Hanya satu hal yang selalu gagal dimilikinya sejak dulu. Cinta. Hari-harinya semakin menyebalkan saat rekan kerjanya Mario Fabrian selalu mengoceh panjang lebar tentang putri kecilnya yang baru lahir. Juga kembarannya Arnaferro Angkasa yang selalu menularkan virus happy family yang ti...
REDAFFA (you are my new dream, my little girl)
247      202     1     
Fan Fiction
Takdir ini pasti sudah menunggu sejak lama, bahkan sebelum kita saling bertemu. Entah itu takdir baik atau buruk kita sudah ditakdirkan untuk bersama. Kita saling terikat satu-sama lain. Kau adalah diriku dan lebih banyak lagi. Kau adalah mimpiku yang baru, gadis kecilku. Namaku Affa. Cita-citaku adalah menjadi seorang mahasiswa di sebuah universitas ternama. Perjalanan panjangku untuk menung...
SECRET IN KYOTO
498      355     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
Bismillah.. Ta\'aruf
766      471     0     
Short Story
Hidup tanpa pacaran.. sepenggal kalimat yang menggetarkan nurani dan menyadarkan rasa yang terbelenggu dalam satu alasan cinta yang tidak pasti.. Ta\'aruf solusi yang dia tawarkan untuk menyatukan dua hati yang dimabuk sayang demi mewujudkan ikatan halal demi meraih surga-Nya.
By Your Side
401      273     1     
Short Story
Syrena dan mimpinya untuk berada di atas es.