“Jadi tahanan itu hilang?”
“I-iya, tuan..”
Dorr!! Dorr!! Terdengar suara tembakan menggema diseluruh ruangan besar tempat istirahat Mister. Terlihat amarah menyelimuti raut wajahnya, amarah yang tak terbendung lagi. Hingga ia menghabisi para penjaga yang membiarkan tawanan mereka kabur.
“Kalian memang tidak berguna!” gumamnya. “Jadi peneliti sok tahu itu dalangnya kah? Aku penasaran bagaimana dia melakukannya..”
Seorang penjaga lain masuk dan menghadap kepada mister. Ia sempat terkejut dan ngeri, melihat nasib temannya yang meregang nyawa ditangan tuan besar mereka yang kejam.
“Tuan besar, saya mendapat berita dari agen penyamaran di sebuah rumah sakit..”
“Hmm.. Kalau kau memberi berita omong kosong padaku, kau akan menyusul mereka berdua bahkan sebelum kau sempat bernafas untuk terakhir kalinya.”
Penjaga itu menelan ludah. Benar-benar resiko yang mengerikan untuk pekerjaannya ini. Tapi sebagian mereka yang bekerja kemari, adalah orang-orang yang tidak memiliki pilihan lain untuk hidup. Namun sebelum mereka masuk, tak pernah terbayang apa yang akan mereka hadapi. Tepatnya, ujung dari pekerjaan ini adalah kematian. Dan hal itu tak bisa mereka elak.
“T-tuan, Peneliti Andrew membawa gadis tahanan tersebut ke UGD dengan keadaan pendarahan hebat dibeberapa bagian tubuhnya.”
Mister berfikir sebentar, “Hmm..” katanya. “Bagus. Sepertinya obatku masih bekerja padanya,”
“Berikan kami perintahmu, tuan.”
“Baiklah, jika kau meminta.” Mister berdiri dari kursi kebanggannya dan menyibak jubah hitamnya. “Aku sudah tidak tertarik lagi pada gadis itu. Dia tak punya apapun yang bisa kumanfaatkan. Tapi aku butuh peneliti itu. Pakai cara apapun, bawa ia hidup-hidup.”
Penjaga itu memberi hormat lalu meninggalkan ruangan tersebut. Sementara ia keluar, ia berpapasan dengan Pak Orsh yang masuk untuk menemui Mister.
“Tuan besar, saya datang menghadap.” Pak Orsh memberi salam hormat.
“Hahaha, bagaimana ini..” Mister menghampiri Pak Orsh dan menepuk-nepuk pundak pria itu. “Bawahanmu itu, bahkan kau tidak bisa membuatnya takut padamu.”
“Maafkan saya, tuan. Ini kesalahan saya, Andrew luput dari pengamatan saya ketika kami melakukan-”
Mister mengengkat tangan kanannya, mengisyaratkan Pak Orsh untuk berhenti. “Aku tidak butuh alasanmu.”
“Bagaimana jika kau duduk sebentar denganku untuk minum teh? Dan kita obrolkan tentang penelitimu itu,”
***
“Jadi kau yatim piatu?”
“Iya, aku sudah-”
“Kau ditemukan di hutan dan pamanmu itu tidak bisa menemukan orang tuamu?”
“Jangan singgung itu lagi! Anda kan sudah mendengar ceritaku, kenapa masih bertanya?”
Andrew memberengut, dalam hatinya ia hanya ingin mengikuti gaya bocah itu ketika menginterogasinya. Dan hasilnya, gagal.
“Jangan sok-sokan meniru deh, paman. Anda sangat-sangat tidak berbakat.”
Seorang dokter keluar dari ruang UGD dan mempersilahkan mereka masuk. Terlihat Sina terkulai lemas dengan sebuah alat bantu pernapasan dan infus ditangannya. Tubuhnya penuh perban, dan wajahnya penuh luka sayatan.
“Pa-paman, apa mereka yang membuat Sina..”
“Aku tidak tahu,” Andrew menyela pertanyaan Ghara. Sebenarnya, ia sangat sedih melihat gadis itu. Bibinya kini sedang menjadi tikus percobaan yang pastinya menyakitkan. Dan sekarang, malah gadis itu yang terbaring lemah dengan penuh luka seperti ini. Ia terus menduga-duga apa yang terjadi. Selain itu, pasti para penjaga tengah mencari mereka kini. Nyawa ia dan Sina, bahkan kini bertambah dengan anak muda tampan disebelahnya sedang dalam bahaya.
“Kau, pastilah ksatria itu, aku yakin..”
Ghara yang telah mndengar kata ‘ksatria’ dari paman itu masih mencoba mencerna apa maksudnya. Jika dirinya ksatria, bukankah harusnya ia memiliki semacam kekuatan untuk melindungi? Bahkan hingga kini pun Ghara tidak yakin akankah ia bisa melindungi gadis itu.
“Mungkin sulit buatmu, tapi hanya kaulah yang bisa menyelamatkan Sina juga Tiara. Bahkan mungkin kau bisa melepaskan jerat berduri ini dari kami semua,”
“Kami?”
Andrew mengambil kursi dan duduk di sisi Sina. “Gadis ini adalah keturunan Lemuria spesial, sedang Tiara adalah keturunan murni. Memang salah aku membawa Tiara ikut serta, tapi justru Sina mungkin kini sudah tiada jika aku tidak melakukannya.”
Ghara mematung disamping Andrew dengan perasaan berkecamuk. “Paman, kau sepertinya terlau banyak nonton film barat,”
Andrew dengan gerakan refleknya mencubit pinggang pria itu hingga ia meringis. “Kau pikir aku bercanda? Gunakan otakmu lah! Didunia ini tidak ada yang namanya mustahil. Dan rahasia itu selalu ada..”
Ghara memegangi pinggangnya dan duduk disamping Andrew, “Sakit sekali, paman kelewatan nih.”
“Kamu sendiri yang bikin aku kesal! Tinggal dengarkan saja apa susahnya sih bocah?”
“Iya, iya..”
Sina membuka matanya, netranya berubah menjadi warna biru dan berkilau selama beberapa saat. Namun, netra itu tak berubah kembali ke warna asalnya. Ia duduk seketika, dan melepas alat pernapasannya bagai tak merasa sakit apapun.
“Paman..”
“Sina.. Hei!! Jangan begitu, kamu masih sakit..”
Mata Ghara dan Sina bertemu. Tiba-tiba saja Ghara merasa ribuan potongan memori masuk kedalam otaknya, bagai mengoyak pikirannya. “Arggghh!!”
Selama beberapa saat Ghara merasa kesakitan, sementara Andrew bingung sekaligus tak berani melakukan apapun pada mereka. Ia sungguh tak tahu apa yang terjadi.
Sakit kepala Ghara kemudian menghilang, ia lalu bersimpuh dihadapan Sina. “Saya Varagha, akan melindungi dan membawa pulang tuan putri. Ikutlah bersamaku,”
“Bangunlah, aku tidak tahu siapa kamu dan darimana asalmu. Mungkin kamu sama seperti mereka yang ada dalam ingatanku, tetapi aku tidak bisa pulang. Bibi Tiara masih disana,”
Andrew memukul kepala Ghara, “Hei, bocah tengik! Kenapa kau jadi sopan sekali. Hahaha, tidak seru ah!”
Tatapan Ghara menajam, memperhatikan Andrew dari atas hingga kebawah. “Paman! Aku akan membalasmu!!”
Andrew berlari menghindari Ghara, sementara pemuda itu terus berusaha memukulnya. Ya ampun, aku semakin tidak mengerti dengan bocah ini, pikirnya. “Kau ini Varagha atau Ghara sih?”
“Yes! Kena..”
“Aish!!”
Ghara mengubah posisinya menjadi sikap hormat. “Perkenalkan, saya Ksatria Nirhana. Nama saya Vaghara, tapi paman saya memberi nama Varagha. Dan paman bisa memanggilku apapun,”
“Jadi aku dispesialkan?”
“Jadi Sina diacuhkan?”
Ghara dan Andrew saling bertatapan, tanpa sadar mereka mengacuhkan sang putri Nirhana. Mereka segera mengubah posisi menjadi sikap hormat. “Maafkan kami, Putri Sina! Kami akan melayanimu..”
“Kenapa paman ikutan?”
“Biar saja! Sina juga tanggung jawabku..”
“Putri Sina, paman tidak boleh memanggil namanya saja!”
“Tidak apa, Varagha. Kaupun tidak usah terlalu sopan.”
“Dengar itu? Dengar??”
“Aish!”
***
Dua orang penjaga menyeret tubuh Tiara yang telah menjalani uji coba. Mereka membuka sebuah pintu tempat dimana wanita itu dikurung sebelumnya. Mereka melempar wanita itu kedalamnya, membuat Tiara tersungkur dan meringis.
Tiara melihat kedalam ruangan, mencari sosok gadis cantik yang sudah bertahun-tahun dirawatnya dengan penuh kasih sayang. “Mana Sinaku?”
“Dia kabur, kami sedang dalam pencarian. Juga peneliti itu, mereka akan segera ditemukan.”
Tiara mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit hasil eksperimen dan juga amarahnya yang telah memuncak. Ia bersandar pada dinding bata. “Sina..”
“Tetaplah disini, dan jangan pernah coba-coba kabur dan menyusahkan kami!” para penjaga itu menutup pintu, namun Tiara kemudian menahannya.
“Katakan padaku, siapa peneliti yang kalian maksud?”
“Tuan Andrew, karena dia juga dua rekan kami dibunuh! Lepas tangan kotormu itu! Biarkan kami bekerja!”
Mereka menutup pintu dengan kencang, meninggalkan Tiara yang terduduk menahan tangis dan meraba dinding bata. Tangannya lalu meraba suatu cairan, kemudian menelusuri cairan itu. Ditemukanya cairan menggenang diujung ruangan. “Amis, lengket, segar. Apakah ini darah? Darah Sina?”
Ia meraba-raba sekitar cairan itu. Tak adanya penerangan membuat ia tak bisa menebak dengan pasti apa yang terjadi selama ia pergi. “Beling? Ada cairannya?”
Tiara melempar beling itu ke sudut ruangan, lalu menangis meratapi kebodohannya. Bagaimana bisa ia meninggalkan Sina sendirian diruangan gelap ini? “Andrew, tolong selamatkan anakku..” ia berkata lirih.
waaah kasihan sekali depresi sampai 12 tahun but premisnya oke banget, gimana kisahnya manusia depresi 12 tahunnn bikin penasaran??? 1 bulan ada masalah aja udah kaya org gila hehehe. :( udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter 1. Lost Then