Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nirhana : A Nirrathmure Princess
MENU
About Us  

“Sadarlah...”

Sina membuka matanya perlahan. Pandangannya sedikit kabur, namun ia berusaha bangkit dan mengingat apa yang terjadi pada ia sebelumnya.

“ Aku kenapa tidur disini, ya?”

Siang berganti malam, langit biru gelap nan indah menghiasi langit ditaburi bintang-bintang. Sina melihat pada jam dinding, sudah pukul tujuh malam. Sina duduk di kursi ruang tamu lalu merogoh handphone dibalik saku celananya. Terlihat notifikasi pesan dari Mommy nya.

 

Pesan(2)

Mommy

Sayang, mommy pulang jam sembilan malam nanti.. Mommy bawa kunci ganda kok, kamu tidur duluan aja. Jangan lupa tutup semua jendela ya. Night <3

Mommy

Sayang, kamu udah tidur? Mommy telpon kok ga diangkat?

 

Sina menarik napas panjang. Lalu membalas pesan mommynya dengan cepat. “Aku bikin Mommy khawatir lagi..” gumamnya.

Sinar bulan perlahan masuk kedalam ruangan tempat Sina duduk, menerangi sebagian wajahnya. “Ah, aku ingat..” gumamnya. Sinar bulan itu lalu sampai kepada kalung di lehernya. Dan, kalung itu bersinar kembali, bersamaan dengan netra coklatnya.

“Aku masih tidak mengerti..” matanya menerawang ke arah bulan purnama yang bersinar malam itu. “Bertahun-tahun aku depresi. Aku baru sadar, selama ini aku tidak tahu wajah orang tua kandungku. Aku hanya tahu bahwa Mommy ibu tiriku, dan penyakitku ini disebabkan oleh apa pun aku tidak ingat jelas..”

“Apa aku tanya Mommy saja? Tapi, kalau dia tersinggung bagaimana?”

Tanpa ia sadari, kalung bintang di lehernya tambah bersinar kuat. Sementara netra coklatnya perlahan berubah menjadi warna biru terang. Meski begitu, Sina masih terus memandangi bulan purnama. “Apa mereka memanggilku?..” katanya pada diri sendiri.

Netra birunya meredup dan menjadi coklat kembali, diikuti cahaya bulan yang mulai tertutup awan. Begitu juga dengan kalungnya, sinarnya perlahan menghilang.

“Hoaaammm.. Aku ngantuk..” Sina berdiri dan menutup seluruh jendela di lantai bawah, kemudian berlari kecil menuju kamarnya.

***

 

“Ya ampun, aku tidak bisa konsen!” Tiara memilah tumpukan dokumen di hadapannya. Melihat satu- persatu dokumen tersebut dengan teliti, kemudian mengelompokkannya. “Sekretaris ga masuk, kerjaanku numpuk. Ini mana yg harus ditanda tangan mana yang diketik dulu?”

Angin berhembus kencang. Membuat jendela ruang kerja Tiara terbuka dan menampakkan bulan purnama yang indah. “Duh, lupa kunci jendela nih.”

Tiara berjalan menghampiri jendela itu, namun terhenti saat melihat bulan purnama dengan sinarnya yang cantik. Ia meraba lehernya, lalu menarik napas panjang dan menunjukkan raut wajah penyesalan.

“Layiwa.. Amenna..” gumamnya. Netranya bersinar, berubah warna dari coklat gelap menjadi ungu cerah. Tiara berkedip, lalu netranya meredup dan kembali menjadi normal bersamaan dengan tertutupnya sinar bulan oleh awan.

Ting!

Handphone nya berbunyi, ia menutup jendela lalu mengambil hp itu didalam tasnya. “Syukurlah, dia baik-baik saja..”

Tiara mengetik balasan pesan singkat di hpnya, kemudian meletakkannya kembali kedalam tas. “Semangaaat lembur!!” teriaknya riang.

 

***

 

Malam itu, bulan bersinar terang. Bagi orang lain, bulan purnama malam itu hanya terlihat sebesar tiga perempat wajahnya. Namun tidak bagi sebagian lainnya.

“Ini bulan purnama yang indah..”

“Bodoh! Kau tidak bisa melihat ya? Hanya tiga perempat yang terlihat dari bulan itu..” teriak seorang pria berseragam sekolah kepada kawannya. “Ghara itu payah sekali.. lalala..” ucapnya sambil bersenandung.

Ghara terhenti dan terus memandangi bulan diatas kepalanya. “Abaama..” katanya. Netra hitamnya berubah menjadi warna emas berkilauan.

“Woy! Ghara!!”

Ghara terkejut, temannya tiba-tiba saja sudah ada disampingnya. Netranya memudar perlahan dan lagi, bersamaan dengan tertutupnya bulan.

“Kamu jangan memperlambat jalan! Nanti ayahku marah!” katanya sambil menarik tas Ghara.

“E-eh, sabar dong..”

Ghara berjalan beriringan dengan temannya. Namun ia terus terdiam, memikirkan apa yang baru saja dialaminya. “Mereka memanggilku..” gumamnya.

“Ghara, aku mau curhat nih..”

“Curhat? Udah kaya cewe aja kamu, Putri” Ghara terkekeh.

Putra memelototi Ghara dengan tajam, “Putra, ghar! Kamu asal ganti nama orang aja!” teriaknya sambil mendengus. “Aku bilangin ayah, disuruh tidur diluar kamu hahha”

“Kalo mau mengadu, silahkan. Aku akan bilang pada paman kamu merokok dan berpacaran selama pelajaran,” ucapnya dengan nada mengejek.

Putra menghentikan tawanya dan menoleh, “E-eh, Ghara tampan..” katanya merayu. “Jangan bilang ayahku yah.. Kamu kan anak baik..”

Ghara menengok sebentar, lalu mengeleng. “Menjijikkan..” Ghara berjalan cepat mendahului Putra yang tertinggal di belakang.

“Eh, Ghar! Tunggu.. Jangan bilang ayah yaa..” Putra berlari mengejar Ghara yang sudah berada jauh didepan.

“Hahaha..” Ghara tertawa terbahak-bahak.

“Aishh!! Emang Ghara tuh gabisa diajak becanda deh!”

“Kartu As!”

“Plis, jangan bilang yaa..”

“Gatau ya..”

“Dasar bocah tukang ngadu!!” Putra mengejar Ghara dan memukul kepalanya. Ghara pun tak mau kalah. Akhirnya sepanjang perjalanan, mereka hanya saling mengejek dan memukul.

Ghara dan Putra akhirnya sampai dirumah. Masih dengan tawa yang menghiasi perjalanan mereka. “Kami pulang..”

Mereka berdua masuk lalu bertemu dengan ayah dan ibu Putra.

“Kalian tidak apa-apa kan?” tanya ayah Putra.

“Kepalaku sakit yah..” Putra merengek.

“Kamu gapapa sayang?” tanya ibu Putra penuh khawatir sambil menghampiri dan membelai rambut anaknya. “Apa yang terjadi?”

“Itu, bi. Jadi, disekolah tadi Putra ..”

Putra membungkam mulut Ghara dengan sigap. Takut kelakuannya disekolah sampai diketahui orang tuanya. Bisa-bisa dirinya kena semprot.

“Haahaha,” Putra salah tingkah. “Tidak, tadi Putra sama Ghara cuma bertengkar kecil. Biasalah..”

Ghara menyingkirkan lengan Putra dari wajahnya. “Duh, tanganmu bau sekali. Hoek..”

Putra menyikut lengan Ghara sambil mengedipkan mata-kode persetujuan-agar ia selamat dari amukan ayahnya. “Ya kan Ghar..”

“Apasih, Put..” Ghara mencium punggung tangan Paman dan Bibinya lalu melenggang masuk. “Ghara masuk duluan ya, badan Ghara udah bau keringat nih.”

“Ikut, Ghar!”

“Dasar anak tukang ngikut!”

 

 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    waaah kasihan sekali depresi sampai 12 tahun but premisnya oke banget, gimana kisahnya manusia depresi 12 tahunnn bikin penasaran??? 1 bulan ada masalah aja udah kaya org gila hehehe. :( udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter 1. Lost Then
Similar Tags
CAMERA : Captured in A Photo
1187      577     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Varian Lara Gretha
5511      1696     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Ingatan
8933      2083     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
Comfort
1295      571     3     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
I Can't Fall In Love Vol.1
2691      1078     1     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Simbiosis Mutualisme seri 1
11498      2484     2     
Humor
Setelah lulus kuliah Deni masih menganggur. Deni lebih sering membantu sang Ibu di rumah, walaupun Deni itu cowok tulen. Sang Ibu sangat sayang sama Deni, bahkan lebih sayang dari Vita, adik perempuan Deni. Karena bagi Bu Sri, Deni memang berbeda, sejak lahir Deni sudah menderita kelainan Jantung. Saat masih bayi, Deni mengalami jantung bocor. Setelah dua wawancara gagal dan mendengar keingin...
Slap Me!
1580      721     2     
Fantasy
Kejadian dua belas tahun yang lalu benar-benar merenggut semuanya dari Clara. Ia kehilangan keluarga, kasih sayang, bahkan ia kehilangan ke-normalan hidupnya. Ya, semenjak kejadian itu ia jadi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ia bisa melihat hantu. Orang-orang mengganggapnya cewek gila. Padahal Clara hanya berbeda! Satu-satunya cara agar hantu-hantu itu menghila...
About us
31906      3089     3     
Romance
Krystal hanya bisa terbengong tak percaya. Ia sungguh tidak dirinya hari ini. CUP~ Benda kenyal nan basah yang mendarat di pipi kanan Krystal itulah yang membuyarkan lamunannya. "kita winner hon" kata Gilang pelan di telinga Krystal. Sedangkan Krystal yang mendengar itu langsung tersenyum senang ke arah Gilang. "gue tau" "aaahh~ senengnya..." kata Gila...
Sweet Scars
295      245     1     
Romance
Enigma
1672      903     3     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...