“Sadarlah...”
Sina membuka matanya perlahan. Pandangannya sedikit kabur, namun ia berusaha bangkit dan mengingat apa yang terjadi pada ia sebelumnya.
“ Aku kenapa tidur disini, ya?”
Siang berganti malam, langit biru gelap nan indah menghiasi langit ditaburi bintang-bintang. Sina melihat pada jam dinding, sudah pukul tujuh malam. Sina duduk di kursi ruang tamu lalu merogoh handphone dibalik saku celananya. Terlihat notifikasi pesan dari Mommy nya.
Pesan(2)
Mommy
Sayang, mommy pulang jam sembilan malam nanti.. Mommy bawa kunci ganda kok, kamu tidur duluan aja. Jangan lupa tutup semua jendela ya. Night <3
Mommy
Sayang, kamu udah tidur? Mommy telpon kok ga diangkat?
Sina menarik napas panjang. Lalu membalas pesan mommynya dengan cepat. “Aku bikin Mommy khawatir lagi..” gumamnya.
Sinar bulan perlahan masuk kedalam ruangan tempat Sina duduk, menerangi sebagian wajahnya. “Ah, aku ingat..” gumamnya. Sinar bulan itu lalu sampai kepada kalung di lehernya. Dan, kalung itu bersinar kembali, bersamaan dengan netra coklatnya.
“Aku masih tidak mengerti..” matanya menerawang ke arah bulan purnama yang bersinar malam itu. “Bertahun-tahun aku depresi. Aku baru sadar, selama ini aku tidak tahu wajah orang tua kandungku. Aku hanya tahu bahwa Mommy ibu tiriku, dan penyakitku ini disebabkan oleh apa pun aku tidak ingat jelas..”
“Apa aku tanya Mommy saja? Tapi, kalau dia tersinggung bagaimana?”
Tanpa ia sadari, kalung bintang di lehernya tambah bersinar kuat. Sementara netra coklatnya perlahan berubah menjadi warna biru terang. Meski begitu, Sina masih terus memandangi bulan purnama. “Apa mereka memanggilku?..” katanya pada diri sendiri.
Netra birunya meredup dan menjadi coklat kembali, diikuti cahaya bulan yang mulai tertutup awan. Begitu juga dengan kalungnya, sinarnya perlahan menghilang.
“Hoaaammm.. Aku ngantuk..” Sina berdiri dan menutup seluruh jendela di lantai bawah, kemudian berlari kecil menuju kamarnya.
***
“Ya ampun, aku tidak bisa konsen!” Tiara memilah tumpukan dokumen di hadapannya. Melihat satu- persatu dokumen tersebut dengan teliti, kemudian mengelompokkannya. “Sekretaris ga masuk, kerjaanku numpuk. Ini mana yg harus ditanda tangan mana yang diketik dulu?”
Angin berhembus kencang. Membuat jendela ruang kerja Tiara terbuka dan menampakkan bulan purnama yang indah. “Duh, lupa kunci jendela nih.”
Tiara berjalan menghampiri jendela itu, namun terhenti saat melihat bulan purnama dengan sinarnya yang cantik. Ia meraba lehernya, lalu menarik napas panjang dan menunjukkan raut wajah penyesalan.
“Layiwa.. Amenna..” gumamnya. Netranya bersinar, berubah warna dari coklat gelap menjadi ungu cerah. Tiara berkedip, lalu netranya meredup dan kembali menjadi normal bersamaan dengan tertutupnya sinar bulan oleh awan.
Ting!
Handphone nya berbunyi, ia menutup jendela lalu mengambil hp itu didalam tasnya. “Syukurlah, dia baik-baik saja..”
Tiara mengetik balasan pesan singkat di hpnya, kemudian meletakkannya kembali kedalam tas. “Semangaaat lembur!!” teriaknya riang.
***
Malam itu, bulan bersinar terang. Bagi orang lain, bulan purnama malam itu hanya terlihat sebesar tiga perempat wajahnya. Namun tidak bagi sebagian lainnya.
“Ini bulan purnama yang indah..”
“Bodoh! Kau tidak bisa melihat ya? Hanya tiga perempat yang terlihat dari bulan itu..” teriak seorang pria berseragam sekolah kepada kawannya. “Ghara itu payah sekali.. lalala..” ucapnya sambil bersenandung.
Ghara terhenti dan terus memandangi bulan diatas kepalanya. “Abaama..” katanya. Netra hitamnya berubah menjadi warna emas berkilauan.
“Woy! Ghara!!”
Ghara terkejut, temannya tiba-tiba saja sudah ada disampingnya. Netranya memudar perlahan dan lagi, bersamaan dengan tertutupnya bulan.
“Kamu jangan memperlambat jalan! Nanti ayahku marah!” katanya sambil menarik tas Ghara.
“E-eh, sabar dong..”
Ghara berjalan beriringan dengan temannya. Namun ia terus terdiam, memikirkan apa yang baru saja dialaminya. “Mereka memanggilku..” gumamnya.
“Ghara, aku mau curhat nih..”
“Curhat? Udah kaya cewe aja kamu, Putri” Ghara terkekeh.
Putra memelototi Ghara dengan tajam, “Putra, ghar! Kamu asal ganti nama orang aja!” teriaknya sambil mendengus. “Aku bilangin ayah, disuruh tidur diluar kamu hahha”
“Kalo mau mengadu, silahkan. Aku akan bilang pada paman kamu merokok dan berpacaran selama pelajaran,” ucapnya dengan nada mengejek.
Putra menghentikan tawanya dan menoleh, “E-eh, Ghara tampan..” katanya merayu. “Jangan bilang ayahku yah.. Kamu kan anak baik..”
Ghara menengok sebentar, lalu mengeleng. “Menjijikkan..” Ghara berjalan cepat mendahului Putra yang tertinggal di belakang.
“Eh, Ghar! Tunggu.. Jangan bilang ayah yaa..” Putra berlari mengejar Ghara yang sudah berada jauh didepan.
“Hahaha..” Ghara tertawa terbahak-bahak.
“Aishh!! Emang Ghara tuh gabisa diajak becanda deh!”
“Kartu As!”
“Plis, jangan bilang yaa..”
“Gatau ya..”
“Dasar bocah tukang ngadu!!” Putra mengejar Ghara dan memukul kepalanya. Ghara pun tak mau kalah. Akhirnya sepanjang perjalanan, mereka hanya saling mengejek dan memukul.
Ghara dan Putra akhirnya sampai dirumah. Masih dengan tawa yang menghiasi perjalanan mereka. “Kami pulang..”
Mereka berdua masuk lalu bertemu dengan ayah dan ibu Putra.
“Kalian tidak apa-apa kan?” tanya ayah Putra.
“Kepalaku sakit yah..” Putra merengek.
“Kamu gapapa sayang?” tanya ibu Putra penuh khawatir sambil menghampiri dan membelai rambut anaknya. “Apa yang terjadi?”
“Itu, bi. Jadi, disekolah tadi Putra ..”
Putra membungkam mulut Ghara dengan sigap. Takut kelakuannya disekolah sampai diketahui orang tuanya. Bisa-bisa dirinya kena semprot.
“Haahaha,” Putra salah tingkah. “Tidak, tadi Putra sama Ghara cuma bertengkar kecil. Biasalah..”
Ghara menyingkirkan lengan Putra dari wajahnya. “Duh, tanganmu bau sekali. Hoek..”
Putra menyikut lengan Ghara sambil mengedipkan mata-kode persetujuan-agar ia selamat dari amukan ayahnya. “Ya kan Ghar..”
“Apasih, Put..” Ghara mencium punggung tangan Paman dan Bibinya lalu melenggang masuk. “Ghara masuk duluan ya, badan Ghara udah bau keringat nih.”
“Ikut, Ghar!”
“Dasar anak tukang ngikut!”
waaah kasihan sekali depresi sampai 12 tahun but premisnya oke banget, gimana kisahnya manusia depresi 12 tahunnn bikin penasaran??? 1 bulan ada masalah aja udah kaya org gila hehehe. :( udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter 1. Lost Then