Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nirhana : A Nirrathmure Princess
MENU
About Us  

Duk, duk, duk..

“Vierrasina!!” panggil Tiara sambil menaiki tangga.

“Iya, Mom.”

Tiara sampai di kamar Sina yang terdapat di lantai dua rumahnya. Ah- dari kecil Sina memang senang menyendiri ditempat seperti ini, bahkan sebelum tragedi itu merenggut akal sehatnya.

Tiara tersenyum, “Sina, mommy pergi dulu ya, ada urusan di kantor..”

Cup.. Tiara mengecup kening Sina dengan lembut. “Mom, kalau Mommy banyak kerjaan dikantor.. Mommy gapapa kok berangkat kerja pagi, biar kerjaan Mommy cepat selesai. Sina gamau lihat Mommy kecapean karena harus bolak-balik untuk cek keadaan Sina. Sina kan udah besar, Mom.”

“Sayang, kerjaan Mommy ga banyak kok. Mommy juga kan kadang bisa kerjain dari rumah. Mommy kekantor cuma buat rapat penting aja.” Tiara membelai rambut anak kesayangannya. “Lagipula, Mommy kan mau kamu sembuh lebih cepat. Biar kamu bisa sekolah lagi..”

“Sina kan tiap hari juga belajar sama guru dirumah, Mom.”

“Itukan beda, sayang. Kamu harus sekolah, agar bisa bersosialisasi dengan banyak orang. Nanti kamu bisa punya banyak teman.”

“Tapi Mommy jangan lupa istirahat ya, Sina gamau Mommy sakit.”

“Pasti sayang,”

Sina mencium punggung tangan mommynya. “Hati-hati dijalan ya, mom.”

“Iya sayang, jangan lupa kunci semua pintu ya. Mommy buru-buru nih. Dah-”

 

Sina beranjak dari kursinya, berjalan perlahan menuju jendela kamarnya yang menghadap langsung kejalan raya. Ia menatap sendu pada semua yang terlihat dari loteng kamarnya itu. Sina melihat Mommy pergi dengan mobil sedannya. Ia juga melihat beberapa orang lalu lalang. Anak-anak perumahan juga riang bermain dengan sesamanya. Gadis-gadis seusianya sepertinya sedang berjalan pulang kerumahnya dari sekolah mereka. Yah, gadis-gadis seusianya..

Sina menempelkan telapak tangannya ke jendela itu. “Apa aku sangat tidak normal bagi mereka? Bagaimana caranya.. Aku juga ingin sembuh dan tidak menjadi beban bagi Mommy,”

Tak terasa air mata Sina menetes lalu mengenai liontin kalung dilehernya. “Aku tak mengerti, ada apa denganku,” Ia mengerjap, liontin kalungnya yang berbentuk bintang berwarna silver itu perlahan bersinar. Lalu kemudian, netra coklatnya juga mengeluarkan sinar yang sama. “Dan.. Siapa aku sebenarnya?”

Bip.. Bip.. Suara klakson mobil milik tetangga menyadarkan lamunannya. Sina tersadar, semua sinar itu kemudian menghilang. Ia ingat akan sesuatu. “Ah, iya.”

Sina berbalik lalu menuruni tangga dengan setengah berlari. “Kunci pintu, kunci pintu,” gumamnya.

 

Dengan cepat Sina menguci semua pintu dirumahnya yang cukup besar itu. Tiara memang berpesan untuk sementara Sina jangan berhubungan dengan dunia luar tanpa pengawasannya. Apalagi hari ini, sepertinya Sina akan sendiri dirumah dalam waktu yang lama. Tiara, Mommy nya itu sudah beberapa hari meninggalkan pekerjaan kantornya untuk mencari terapi yang cocok bagi Sina.

“Dua, tiga, empat.. Dua, tiga, empat..”

Sina terdiam selama beberapa saat. Dari mana asalnya suara itu?

“Dua, tiga, empat.. Dua, tiga, empat..”

Sina menyusuri suara itu, ke dapur, keruang makan, bahkan ia ke garasi lalu masuk kembali kedalam rumah. Nihil!

“M-maaf? S-siapa ya??”

Suara itu semakin dekat, lalu kemudian menghilang. Sina melihat ke berbagai arah, namun tak menemukan apapun. Ahh, mungkin halusinasi saja seperti biasa..

“Duaa , tigaa , empat.. Hahahaha..”

Glek! Sina menelan ludahnya. Suara itu lagi.. Kini suara tawa itu bercampur. Suara anak kecil, pria dewasa dan seorang wanita.

Sina mulai panik, lalu mencari asal suara itu kembali. Dan tentu saja, hasilnya sama. Tidak ada apapun. Suara tawa itu semakin keras terdengar. Bahkan kepalanya kini terasa amat sakit. Sina memegangi kepalanya, menggeleng beberapa kali dan menangis. Ia berteriak, “Hentikan, kumohon!! Huhuhu..”

Srrraahhh... Suara angin berhembus melewati Sina yang masih memegangi kepalanya dan menunduk. Ia mengintip sebentar, hening. ‘Apa mereka sudah pergi?’

Perlahan gadis itu bangkit, dengan wajah yang masih ketakutan. Hawa dingin menyelimutinya dari arah belakang. Dengan sisa keberaniannya, ia berbalik.

Ia terperanjat, lalu terjatuh. Tak percaya atas apa yang dilihatnya. Tepat dihadapannya kini, seorang laki-laki dan wanita yang tak asing wajahnya tergeletak di lantai. Mereka bersimbah darah. Sebuah pistol laras panjang berada tak jauh dari jasad mereka. “Tolong..”

Sina terpaku pada apa yang dilihatnya. Ia ingin berteriak, namun kata-kata itu tak mampu dikeluarkannya.

Tes! Sebuah cairan menetes dihadapannya. Sina berusaha bangkit untuk melihat cairan apa itu. “M-merah..” Ia lalu melihat ke atas.

“T-toloooong!” Seorang wanita dengan wajah buruk rupa dan penuh darah bergelantungan tepat diatasnya. Sedetik kemudian, ia pingsan.

 

***

 

“Dua, tiga, empat....”

Sina terbangun, kepalanya amat berat. Ia melihat disekelilingnya, rasanya tak asing. Ia mencoba duduk sambil terus memegangi kepalanya.

Cahaya bulan masuk kedalam ruangan itu melalui celah ventilasi jendela. Sina kemudian bangkit, “Aku.. dimana?” katanya. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Seorang gadis kecil lalu tiba dikamar itu. Sina memperhatikan dengan cermat, kemudian sadar bahwa gadis kecil itu sangat mirip dengan dirinya.

Sina berfikir untuk menuruni tangga dan melihat kebawah. Ia masih bingung atas apa yang dilihatnya kini.

“Vierra takut..” gadis kecil itu lalu duduk memeluk boneka koalanya di sudut kamar.

“Bukankah itu namaku?” tanya Sina pada dirinya sendiri. Ia lalu menuruni tangga dan meninggalkan gadis kecil tadi.

 

***

 

“Dasar pembohong!”

Plakk!! Suara tamparan yang kencang menggema memecah keheningan malam.

 

Di suatu rumah dalam kompleks perumahan, rumah mewah dua tingkat yang indah dengan pagar besi didepannya. Beberapa orang melewati rumah itu menggeleng sambil bergumam sendiri, bahkan ada yang langsung bergosip dengan temannya.

Didalam rumah itu, sepasang suami istri sedang bertengkar hebat. Membuat isi rumah berantakan, karena sang suami berkali-kali melempar dan menendang perabotan rumah mereka.

“Mas, dengarkan aku dulu!” sang istri memohon. Air matanya jatuh membasahi wajah. Tampak warna merah di pipi bekas tamparan suaminya.

“Kau ini pembohong! Kalau saja aku tidak pulang dan meminta berkas itu padamu, kamu tak akan pernah mengaku kan?” sang suami mengalihkan pandangannya, tak terasa air matanya jatuh juga.

“Kau bahkan tidak ingat Vierra, bagaimana masa depannya jika rumah ini disita!” Ia rubuh, merasa kalah, sakit, sedih karena dikhianati sebegitu dalam oleh istrinya.

Ia seorang pria, dan kepala keluarga. Tapi ia merasa sangat tak berguna.Bagaimana tidak? Rumah mewah yang kini ia tempati, adalah hasil jerih payahnya selama 5 tahun, bahkan dibangunpun sebelum ia bertemu istri yang dicintainya itu.

 

Sina berhasil sampai ke lantai bawah dan tercengang melihat pertengkaran dua orang itu. “Mereka yang sebelumnya terbunuh itu kan?”

Sina lalu menghampiri dan berniat melerai. “Berhenti!! Tidak sadarkah kalian? Gadis kecil diatas menangis karena pertengkaran ini,” katanya. Entah mengapa kata-kata itu keluar dari mulutnya. Yang ia tahu, kemungkinan mereka akan terbunuh jika terus bertengkar. Meski ia belum yakin atas apa yang dia lihat sebelumnya.

Seakan tak mengindahkan peringatan Sina, pertengkaran mereka terus berlanjut.

Sang istri hampir bersimpuh “Mas, aku.. Aku salah. Aku minta maaf. Mohon maafkan aku, setidaknya demi Vierra. Tolong..”

“Stop! Jangan bicara lagi..” sang suami memotong perkataan istrinya. “Kau kutalak tiga!”

Sang istri sangat terkejut. Ia menangis sejadi-jadinya. Penyesalan itu tidak berguna. Karena kebodohannya, suami yang dulu selalu tersenyum dan tidak pernah marah sedikitpun kini murka. Ia tau, kesalahannya tidak layak mendapat ampunan. Tapi, bagaimana dengan Vierraa..

 

“Mereka tak mendengarkanku?” Sina menatap pada kedua orang tersebut. “Atau, aku memang tidak terlihat?”

Sina yang penasaran perlahan mundur dan menjauhi kedua orang yang masih dipenuhi amarah tersebut. Ia masih terkejut tak mempercayai apa yang kini ada dihadapannya. “Apa mereka itu akan mati?”

Kemudian Sina teringat pada anak kecil yang ia lihat dilantai dua, yang bernama Vierra itu. Gadis kecil yang amat mirip dengannya. Apa ini kebetulan?

“Jika mereka akan mati, seperti yang aku lihat sebelumnya. Bagaimana dengan anak itu?” Sina lalu berlari menaiki tangga menyusul Vierra. Ia ingin tahu, ada apa sebenarnya ini. Ia berharap akan menemukan jawaban secepatnya.

 

***

 

“Ayah, ibu.. Aku takut..” seorang gadis kecil bergumam di sudut kamarnya. Sesekali ia melihat kejendela disampingnya. Matanya berbinar, ia menatap bintang dilangit malam itu dari kamarnya di lantai dua.

“Aku benci..” Gadis kecil itu menutup telinganya, kemudian memeluk boneka koalanya dengan erat. Air matanya jatuh, dan ia sedikit terisak. “Aku ingin kerumah nenek, Vierra kangen nenek. Hiks, hiks”

Vierra kecil mengangkat boneka koalanya, “Koko, aku benci disini. Kenapa ayah terus pukul ibu? Kenapa ayah lempar barang-barang? Kenapa ibu nangis dan ayah berantakin rumah sambil marah-marah? Apa Vierra nakal? Vierra kan udah janji gabakal minta boneka lagi”

Ceklek.. suara pintu kamar Vierra yang menghadap keluar itu terbuka. Sesosok pria tinggi besar terlihat masuk lalu menatap tempat tidur satu-satunya di kamar itu.

Vierra yang berada di balik pintu terdiam. Ia ingin menangis, tapi jika ia menangis Vierra takut ayahnya akan marah lagi. Ia memeluk koalanya erat.

“Hmm” Sosok itu bergumam lalu matanya menjelajah seluruh ruangan, mencari sesuatu. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sebentar kemudian, ia melihat kebelakang pintu.

“Ah, ketemu.” Katanya sambil tersenyum.

“Pa.. paman siapa?” Tanya Vierra polos.

Dorr!! Dor!!

Terdengar suara tembakan dari arah lantai satu rumah mewah itu. Vierra melihat ke arah tangga. “Ibu..” gumamnya.

Heup! Dengan sigap sosok tak dikenal itu mengangkat tubuh Vierra. Gadis kecil itu sempat meronta, namun kemudian ia terlelap.

“Misi selesai!”

 

Sina sampai dikamar Vierra. Ia juga mendengar suara tembakan dari bawah. Akhirnya ia paham, yang ia lihat sebelumnya itu nyata. Dan Vierra..

Sina mendapati Vierra telah dibawa oleh seseorang. “Hei- tunggu!!” ia berlari menyusul penculik itu. “Jangan bawa anak itu, jangan bawa aku~”

Sina terjatuh, sementara samar-samar terdengar suara helikopter dari atas. “A-aku? Vierra itu aku? Vierrasina?” katanya. Ia memukul-mukul lantai itu, “Bodoh~” katanya. Pandangannya kabur, kemudian ia tak ingat apapun lagi.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    waaah kasihan sekali depresi sampai 12 tahun but premisnya oke banget, gimana kisahnya manusia depresi 12 tahunnn bikin penasaran??? 1 bulan ada masalah aja udah kaya org gila hehehe. :( udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter 1. Lost Then
Similar Tags
Cinta (tak) Harus Memiliki
5675      1438     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
NADI
6234      1718     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Dunia Gemerlap
21171      3150     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?
Dimensi Kupu-kupu
14505      2792     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
15001      2082     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
The Cundangs dan Liburan Gratis Pantai Pink
1053      621     3     
Inspirational
Kisah cinta para remaja yang dihiasi fakta-fakta tentang beberapa rasa yang benar ada dalam kehidupan. Sebuah slice of life yang mengisahkan seorang pria aneh bernama Ardi dan teman-temannya, Beni, Rudi dan Hanif yang mendapatkan kisah cinta mereka setelah mereka dan teman-teman sekelasnya diajak berlibur ke sebuah pulau berpantai pink oleh salah seorang gurunya. Ardi dalam perjalanan mereka itu ...
What a Great Seducer Fist Series : Mengenalmu
17012      3058     6     
Romance
Bella, seorang wanita yang sangat menyukai kegiatan yang menantang adrenalin terjebak di dalam sebuah sekolahan yang bernama Rainwood University dengan profesinya sebagai Guru BK. Bukan pekerjaan yang diharapkan Bella. Namun, berkat pekerjaan itu takdir dapat mempertemukannya dengan Rion. Salah seorang muridnya yang keras kepala dan misterius. Memiliki nama samaran RK, Rion awalnya bekerja sebag...
Itenerary
40715      5589     57     
Romance
Persahabatan benar diuji ketika enam manusia memutuskan tuk melakukan petualangan ke kota Malang. Empat jiwa, pergi ke Semeru. Dua jiwa, memilih berkeliling melihat indahnya kota Malang, Keringat, air mata, hingga berjuta rahasia, dan satu tujuan bernama cinta dan cita-cita, terungkap sepanjang perjalanan. Dari beragam sifat dan watak, serta perasaan yang terpendam, mengharuskan mereka tuk t...
Blue Rose
299      247     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
Why Joe
1327      676     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...