"Kamu percaya aja itu aku, padahal kamu udah sama aku dua tahun lho, tapi masih aja gak bisa kenal." Sedikit melotot padaku sembari tersenyum
"Aku gak tau soalnya emang itu kamu banget." Aku balik senyum
Andrean ketawa ringan, senyum manisnya yang satu-satunya menjadi pembeda dari Adrian, adik kembarnya. Aku memperhatikan dan tersenyum geli melihat lelaki manis yang sedang mentertawakanku. Senyumnya sempurna 180 derajat dan gigi-giginya seolah bermunculan menyapa diriku. Ku beritau satu hal, lelaki cuek itu adalah lelaki yang secara teoritis masuk dalam golongan lelaki yang setia. Sudah aku buktikan, teoritis itu 100% benar.
Jadi, perempuan di belahan manapun ku beritau tentang kebenaran teori ini bahwa lelaki cuek tipikal lelaki yang tidak macam-macam, yang hanya akan setia untuk jangka waktu yang sangat lama, mereka para lelaki menyebalkan yang sebetulnya menyimpan komitmen baik-baik di hati mereka. Lelaki macam itu ialah lelaki yang tidak mudah emosional, penyabar dan tidak tergesa-gesa dalam hal apapun. Termasuk jika sedang bertengkar, tipikal lelaki macam Andrean itu tidak akan terpancing emosi dan akan menjadi lebih tenang.
Tipikal lelaki cuek macam Andrean tidak akan berlaku kasar kepada perempuan. Ku simpulkan, lelaki model Andrean itu adalah lelaki yang baik jika dijadikan calon pendamping. Perempuan menyukai lelaki yang penyabar tapi tegas, tidak leye tapi bukan lelaki kasar, terlebih perempuan tidak suka lelaki banyak gaya dan masuk dalam golongan kelas playboy. Kenapa perempuan membenci lelaki playboy? Menurutku secara pribadi, jika aku memiliki pasangan playboy maka aku akan tersiksa dengan gayanya yang merendahkan perempuan yang menganggap bahwa dia adalah penakluk perempuan dan bisa dengan mudah mendapatkan perempuan manapun yang dia suka. Sedangkan Andrean dan lelaki-lelaki di dunia ini yang memiliki sifat macam Andrean, dia tidak bisa dengan mudah menaklukan perempuan, sifat kikuknya dan kecuekannya membuat Andrean tidak mudah gampang suka perempuan dan akan terus setia dengan satu perempuan.
Setidaknya sedari awal aku berpacaran dengannya, dia selalu apa adanya dan perbedaan status dari sahabat menjadi pacar itu tidak pernah mengubah apapun termasuk kebiasan-kebiasaan dia yang menyebalkan. Tidak ada kata jaim, dia tetap memanggilku dengan sebutan jutek dan kamu, semuanya sama dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
Dan satu hal yang paling penting, setidaknya selama aku mengenalnya, aku tidak pernah melihat Andrean marah-marah seperti Febrian. Marahnya adalah diamnya, kau tau? Kurasa didiamkan itu lebih menyeramkan daripada dimarahi.Kami duduk-duduk diantara pohon rindang, menembus terjalnya jalan menuju tebing keraton, Bandung. Disana banyak pepohonan pinus dan bisa melihat kota Bandung dari ketinggian. Aku masih merasa bahagia, dekat dengan Andrean aku belajar banyak tentang sifat lelaki. Aku bersyukur mendapatkan lelaki tipikal seperti Andrean. Sensasi dekat dengan lelaki cuek itu seperti sedang menaiki roller coaster, banyak sekali ujiannya tapi pada akhirnya aku semakin paham, dan tentang jatuh cinta? Lebih dari itu. Mengerti membuat kita jauh lebih menyayangi dibanding hanya menyukai. Ah selamat untuk semua perempuan di belahan bumi yang mempunyai pasangan robot seperti Andrean.
Di sudut jalan pegunungan, dia memperhatikanku dan mengambil gambarku lewat kameranya. Lelaki dengan tinggi 180 cm itu berhasil menaklukan aku dengan cara yang berbeda. Bukan dengan buket bunga yang mewah, bukan hal-hal special yang selalu diberikan, tetapi banyak pelajaran yang tidak aku ketahui sebelumnya. Risetku tentang lelaki cuek telah usai. Terdengar suara merdu angin yang saling memanggil, dipadukan keindahan tebing keraton dengan awan putih yang seolah mendekat padaku. Hatiku sangat bahagia tidak tertahankan. Aku melompat dan mendekati Andrean yang sedari tadi mengambil gambar diriku.
“Tau gak? Aku menang lomba novel dan novel aku bakal diterbitin.”
“Lho? Kapan ikutnya?” Andrean melongo
“Pas kita break, hehe.”
“Bagus-bagus, lain kali break lagi aja biar menginspirasi ya.” Sembari ketawa
Aku melotot padanya.
“Gak gitu juga kali.” Aku mengernyitkan dahi
“Oh, kok bisa ya kamu tumben menang lomba?” sambil ketawa ringan
Manusia yang satu ini, lagi-lagi selalu meremehkan.
“Kenapa sih hobinya bully aku mulu, dari awal gak pernah dukung aku buat jadi Penulis. Tulisan aku bagus kok, temen-temenku banyak yang bilang bagus, kesel tau cuma kamu doang yang gitu banget sama aku.”
“Nih dengerin yang, kamu gak ngerti sih. Aku tuh support kamu sebenernya. Kalau kamu di puji kamu gak akan semangat untuk jadi lebih baik dan cuma stay disitu aja.”
“Tapi gak gini juga.”
“Nih jujur ya, novel kamu sebenernya bagus, cuma aku gak mau bilang aja dari awal.”ketawa lagi
Aku hanya menatapnya sembari berpikir.
Lanjutnya :
“Kamu menang lomba itu karena aku tau. Kamu nya aja gak sadar. Harusnya kamu bersyukur ada aku. Aku tuh menginspirasi kamu, ya gak apa-apa cuma tulisan menyebalkan tapi kan seengganya aku dikenang.”
Kali ini aku hanya diam menahan senyum sekaligus perasaan kesal. Aku menggumam tak jelas, mulutku berkomat-kamit.
Saat sedang duduk berdua, Andrean merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Dibukanya perlahan, dia mengambil cincin dengan mata putih yang sangat bersinar.
Seperti dalam film-film romantis yang aku tonton, Andrean masih sambil tersenyum dan memaksakan kalimat itu yang terasa jadi kaku dilidahnya.
"Aku keterima beasiswa S2 di Malang. Aku udah bilang sama Ibu tentang niatan aku yang mau bawa kamu kesana. Aku ingin kamu ngedampingin aku disana, support aku untuk kita berdua. Kamu gak perlu kerja, aku ingin kamu bahagia dan nunggu aku lulus disana. Kamu bisa ngisi kegiatan lanjut nulis dan fokus jadi Penulis lagi. Pokoknya, kamu ga usah kerja di luar. Kamu mau kan?"
"Hah, mau sih, tapi maksudnya mau gimana?" Tanyaku berubah jadi perempuan bego
"Aku boyong kamu kesana otomatis kamu kudu jadi istri aku dulu kali, Dit. Ini cincin tunangan. Kamu mau gak terima aku?" Ucapnya santai jauh dari kata romantis
"Gak usah nanya" aku ketawa senang
"Ya udah nih pake cincinnya." Andrean menyodorkan
"Pake sendiri? Gak kayak adegan film yang dipakein sama cowoknya?" Sambil agak cemberut
"Ingin aja disamain sama film, sini jarinya mana." Masih dengan nada apa adanya dan mengelus kepalaku lembut.
Jika aku memilih, aku akan tetap bersama Andrean. Cinta yang begini yang sukar untuk dilupakan kelak. Sudah ku katakan teori awalku dan hingga kini tidak ada yang perlu diralat perihal itu.
Aku selalu ingin kembali kepadanya meski tau rasanya diabaikan - Andita
Species playboy lebih banyak ketimbang lelaki cuek di dunia ini. Kau tau kenapa? karena perempuan bodoh lebih menyukai lelaki playboy ber-tampang ganteng dan punya pesona dibanding lelaki cuek yang dingin apa adanya. Dengar risetku, lupakan tentang pesona yang bikin mual itu dan mulailah membuka pemikiran bahwa walau lelaki cuek itu tidak mengerti perasaan perempuan, tetapi mereka adalah tipikal lelaki yang setia pada pasangan - Andita
SELESAI
***
Andita. Nama ini mengingatkan saya pada seorang guru menulis saya. Kak Raindita. Bahkan karakternya sama. Jutek juga.
Comment on chapter Bagian 1 : Cinta Bersemi dibalik Pertaruhan