Mulai hari itu aku telah dikutuk, hari dimana aku mengatakan sumpah serapah yang harus aku jilat sendiri. Aku tidak menghadirkan Tuhan kala itu, padahal Tuhan lah yang kuasa membolak-balikan hati manusia.
“Katanya gak mau pacaran sama kita, yaelah Andrean dipacarin juga. Masih mending sama aku kali, Dit.” Miko ketawa kemudian menyedot minuman ice coffee-nya
“Gile Mik, aku gagal paham aja sama diri sendiri yang bisa dengan mudah suka sama lelaki yang gak bisa perhatian sama perempuan.”
Miko hanya terus menyeruput ice coffee-nya hingga hanya tersisa es batu saja, terdengar bunyi srutttt karena dia terus menyedot minuman yang mungkin dia tak sadari telah habis.
“Kamu malah ngelamuin ih parah.” Aku menginjak kakinya
“Nih aku kasih tau aja Dit, lelaki yang paling parah diantara kita berempat ya cuma Andrean. you know what? Dia gak pernah bisa bener-bener ngungkapin perasaan dan jauh dari kata cowok perhatian. Aku malah nyangkanya dia bakal gak nikah-nikah ntar, haha.”
“Ngomongnya gitu banget, Mik.” Aku lantas terdiam
Semenjak hari itu, aku selalu merasakan mimpi buruk. Memasuki dunia Andrean itu tidak mudah, Miko telah memperingatinya. Hanya saja tidak pernah aku gubris karena aku telah terlanjur luluh disebabkan lelaki yang tidak pernah paham urusan perempuan itu.
Teori asal muasal cinta mengatakan jika setiap hari lawan jenis saling menatap dan bersama walau tidak hanya berdua, ada kemungkinan besar akan ada daya tarik yang bisa membuat keduanya menjadi saling jatuh cinta. Disanalah kemudian terjadi reaksi tubuh yang saat melihat dan bersama orang yang dicinta, muncul perasaan gemetar dan berbunga-bunga, ish.
Penganut cinta mengatakan bahwa proses semua itu adalah proses alamiah yang terjadi karena cinta lokasi. Tidak mustahil, penyebabnya adalah daya tarik antar lawan jenis yang tidak terpungkiri. Cinta tumbuh perlahan dikarenakan sering bersama dan memiliki kemiripan, atau kata lain keduanya saling merasa cocok karena memiliki setidaknya satu kesamaan.
Aku berpikir keras, aku dan Andrean adalah kutub yang berlawanan. Semasa bersahabat, aku sering sekali beda pendapat dengannya, persoalan hobi pun kami jauh berbeda. Aku menyukai novel dan dia sangat menyukai game. Saat cinta tumbuh karena satu kesamaan, itu secara teoritis. Realitanya adalah aku dan Andrean tidak memiliki kesamaan. Satu-satunya kesamaan, kami merayakan ulang tahun di bulan yang sama dan memiliki golongan darah yang sama. Konon katanya, seperti yang aku bilang yang lalu bahwa kesamaan itu menurut orang sunda akan menjadi pembatas dan menimbulkan efek ketidakcocokan.
“Jatuh cinta itu memang bukan merupakan fungsi otak tetapi jatuh cinta itu lebih merupakan fungsi saraf.” –Dr. Thomas Lewis
Semua perasaan yang sedang ku alami ini ialah proses yang tidak menyangkut pautkan otakku. Pantas saja, orang mengatakan bahwa cinta itu bukan logika. Kebanyakan pula orang-orang akan berlaku bodoh saat jatuh cinta, karena orang-orang mencintai tidak menggunakan otak. Jangan salahkan aku, apalagi sumpah serapahku. Ternyata ini hanya definisi cinta yang memang terjadi oleh tiap manusia.
Aku merebahkan badanku dan menyimpan kepalaku pelan diatas bantal empuk yang telah ku beri sarung senada dengan tilam kasurku, yakni berwana merah muda yang tentu saja warna favoritku. Aku hanya merasa kasihan dengan kepalaku yang telah menanggung beban berat diakibatkan hubunganku dengan Andrean yang sudah terjadi. Kepalaku pastinya sudah pening menerima kenyataan ini. Ku rasakan sel-sel di otakku berdenyut dan meminta pertanggung jawaban atas semua kekesalan ini. Tapi lagi-lagi jangan salahkan aku, ini kerjaan saraf dalam tubuhku, maka mintailah pertanggung jawaban darinya.
Sarafku telah tegang dan mereka melampiaskan kekesalan karena aku telah menyalahinya. Padahal perasaan cinta itu sebetulnya fitrah dari yang kuasa, terlepas dari itu sebetulnya tidak ada yang perlu disalahkan. Jadi biarkan diri ini rehat untuk hari esok, menjalani hubungan baru dengan Andrean, fokus dengan dokumen yang menumpuk, menikmati malam santai, tidak usah terburu-buru mengambil kesimpulan, kemungkinan Andrean tidak seburuk apa yang dikatakan Miko.
Aku mematikan lampu kamarku. Semenjak hari itu aku tidak bisa lupa tentang mimpi-mimpi buruk yang setiap hari terus berdatangan dalam hidupku. Mungkin memang benar inilah yang disebut reaksi cinta.
“Aku selalu ingin kembali kepadanya, meski tau rasanya diabaikan.” – Andita
***
Andita. Nama ini mengingatkan saya pada seorang guru menulis saya. Kak Raindita. Bahkan karakternya sama. Jutek juga.
Comment on chapter Bagian 1 : Cinta Bersemi dibalik Pertaruhan