Read More >>"> Melawan Tuhan (Pelangi Saat Musim Kemarau) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Melawan Tuhan
MENU
About Us  

Dua momen indah yang masih tersimpan jauh dalam-dalam terbingkai indah di palung hati, 11 dan 16 Januari tahun 2006 merupakan sebuah candu yang memompa adrenalinku menuju titik sakran.

Perkelahian yang terjadi di alam bawah sadar hingga terluap emosinya mengalir melalui tangan kanan.

Dari tangan kananku menuju pena, kemudian dari sebuah pena bermetamorfosa menjadi tinta berkilau bak permata.

Aku semakin lihai dalam mengekspresikan tiap kejadian menjadi deretan kata demi kata, bait demi bait, menjadi bingkisan rima bernada.

Tercoret dalam lembar-lembar kertas putih kosong, menjadikan kertas putih terhias oleh huruf-huruf yang tersusun menjadi kata demi kata.

Lalu dari kata demi kata saling bergandengan membentuk kalimat-kalimat bermajas.

Bermajas, bernotasi, bak lagu karangan Sang Maestro Dunia.

Disaat tangan dan imajinasiku berduet menciptakan sebuah karangan baru dengan tema baru pula, secara spontan semuanya berhenti. Tepat pada siang hari yang amat sangat begitu panas membakar tubuh serta membuat silau area sekitar mata di sekolah Bunga Bangsa hari itu. Suasananya secara tiba-tiba berubah menjadi sejuk bagai di surga, karena di hari itu Bidadari turun dari tempat persinggahannya dan kembali ke bumi.

"Wuihhh , ,"
"Widihh . ."
"Wow . ."

Suara berisik seluruh penghuni tiap tiap kelas bersautan saling memandang penuh tanya dan heran, bahkan termasuk diriku yang saat itu juga berada di luar ruang kelas.

Jantungku terpompa begitu cepat kala matanya yang penuh kilauan mengarah padaku, dan senyum khas pada bibir merona terlempar tepat pada tatapanku.

Semakin mendekat lalu semakin memberi pertanda kuat dengan mengangkat tangan kanannya untuk melambai dan menyapa.

Aku hanya terdiam terpaku membisu dan membeku tak mampu bertutur kata, hanya tatapan kosong.

Lalu kemudian . . .

"Hai sayang, akhirnya kamu menyusulku di sekolah ini"

Suara lelaki spontan menggema di telingaku dengan kata sapaan, dia adalah Robi. Mereka pun berpelukan tanpa malu di depan semua siswa yang menyaksikan kala itu. Termasuk diriku pula yang masih kaku sekujur tubuh.

"Ahh, ternyata dia kekasih Robi", gerutuku dalam hati.

Aku masih disana, namun Reyhan menarik lenganku untuk mengakhiri rasa kecewa dalam hati, lalu mengajakku menuju kantin sekolah. Di kantin sekolah aku dan Reyhan berdialog tentang sebuah penampakan yang telah terjadi di depan ruang kelas tadi antara Robi dan kekasihnya.

"Kenapa kok masih bengong Raja ? Jangan bilang ke gue kalau loe mengagumi kecantikan pacar si Robi ya.."

Reyhan melempar pertanyaan sinis terhadapku.

"Siapa nama gadis itu ya Rey, apa loe tahu ? ?"

"Tuh kan . . Sudah gue duga loe pasti bakalan tanya kayak gitu. Namanya Pelangi, dia pacar Robi. Mereka tuh udah lama menjadi sepasang kekasih. Sepertinya mereka udah dijodohin oleh masing masing kedua orang tua mereka, oleh sebab itu mereka awet hingga kini"

Aku hanya mengangguk menyimak pernyataan jawaban Rey atas tanyaku kepadanya, lalu aku ucapkan kepada Reyhan bahwa..

"Yang bisa mengatur jodoh itu hanya Tuhan, manusia hanya bisa berusaha."

"Hmm . . Semakin yakin nih gue dengan sikap loe itu Raja."

Reyhan mulai sinis lagi.

"Kenapa Rey, ada apa dengan sikap gue. Apa perkataanku salah barusan ?"

"Kata katamu sih memang benar tentang jodoh, tapi loe tuh harus sangat berhati hati. Karena Robi nggak akan segan matahin seluruh anggota tubuh loe. Apa tulang loe udah siap untuk dipatahin hah?? Hehehehe"

"Ahh . . Gue nggak takut. Kan ada eloe yang berpihak buat gue. Loe kan pemberani. Hehehehe"

"Yahh , , loe mulai lagi."

"Yah . . Ya. .
Bantulah sahabatmu ini, biar gue makin semangat berprestasi di sekolah ini dan tentunya nanti bisa terus traktir loe ya."

"Hmm . . Oiya, gue baru ingat kalau besok tanggal 14 Februari adalah hari ulang tahun Pelangi"

"Oh yaa ? ? Seriuss ? ?"

"Iyalah, dia kan tetangga gue juga, sama kayak si Robi kunyuk itu. Gue tahu semua tentang mereka berdua"

"Waahh.. kesempatan bagus tuh Rey. Besok loe bantu gue buat kasih kado ulang tahun ke Pelangi ya !!"

"Nggak mau"

"Ayolah brader. . Bantulah saudaramu ini. Kita kan cacing berdasi, saudara sehidup semati. Hehehe
Nanti traktirannya terserah dimana saja deh, loe yang tentuin. Boleh dimana aja, diluar sekolah juga boleh kok. . Oke brader ?"

"Hmmm. . . Baik. . Ok setuju"

"Hehehe. . Gitu dong, ayo kepalin tangan loe untuk berjanji seperti biasa"

Kepalan tangan sudah saling disatukan, pertanda bahwa diriku dan Reyhan adalah sahabat sekaligus kerabat dekat yang tidak akan saling berkhianat.

KRIIIINNGGGGGGGGGG (Bel Pulang Sekolah)

Tanpa terasa hari berat yang amat sangat panas saat itu terlewati dengan mudah, dan semakin mudah dirasakan karena kehadiran sosok Pelangi yang melingkar di Sekolah Bunga Bangsa. Semua begitu terasa nyaman tentram dimanjakan dengan corak warna warni Pelangi yang elok.

Segera aku beranjak pulang menuju rumah tercinta. Dan setiba dirumah bergegas syaraf otakku menggerakkan seluruh anggota tubuh untuk melakukan sesuatu yang tiada pernah kulakukan sebelumnya.

Kali ini bukan pekerjaan berat yang biasa aku lakukan seperti menjadi kuli pasar dan bangunan, atau bahkan juga bukan menulis puisi puisi frontal untuk menyuarakan setiap bisikan dan pandangan hidup.

Kali ini tepat pada tanggal 13 Februari 2006, bulan februari yang katanya banyak orang adalah bulan penuh cinta dan kasih sayang. Diriku memulai melakukan hal yang tak masuk akal. Ya . . Saat itu aku menulis puisi tentang gejolak asmara. Entah apakah ini benar atau tidaknya, aku tidak tahu. Yang kutahu, aku hanya ingin menyuratkan setiap hentakan nadi yang kurasakan hingga semua terasa lega tanpa lagi jiwaku sesak karena sebuah rasa rasa aneh yang saling bertempur didalam ruh.

Tergerak jemari tangan kananku menggenggam erat sebuah pena bertinta hitam, tanpa ragu dan berpikir ataupun bertanya. Kertas putih folio menjadi korban amukan jemariku, kucoret coret menggunkan pena bertinta hitam. Coretan demi coretan membentuk huruf huruf kecil juga kapital. Saling bergandeng bak rantai yang saling berkaitan, membentuk kata.  Kata berubah bentuk menjadi kalimat, kalimat berubah bentuk menjadi baris baris paragraf yang berjajar rapi. Semuanya tersusun rapi dilengkapi dengan nada nada berima khas milikku. Serta berselimut tatanan majas hingga bernilai membentuk warna emas.

Tak banyak yang kucoretkan diatas folio saat itu, tapi coba bacalah, mungkin kau yang membacanya juga akan tersenyum padaku. ^_^

"PELANGI SAAT KEMARAU"

"Hei . , apakabar ?
Hadirmu membuat jantungku berdebar
Senyummu membuat kuncup bunga mawar menjadi mekar
Lalu tatapanmu membuatku lunglai terkapar"

"Kau tahu, betapa langit mencintaimu.
Hingga langit pelit untuk memperlihatkan elokmu."

"Mungkin langit kini merana.
Karena Pelangi nya tak lagi disana.
Pelangi tak lagi tinggal di angkasa.
Kini Pelangi berenkarnasi jadi manusia biasa."

"Kini aku takkan lagi risau
Menikmati rindu dalam sepisau
Tak risau akan panas Surya yang membakarku hingga kacau.
Karena Pelangi hadir saat pun di musim kemarau."

"Jangan pernah berlari
Dan jangan pernah kau pergi
Tetaplah di bumi, wahai Kau Pelangi."

 

"Raja . . . 13, Februari 2006"

Hanya beberapa coretan seperti itu, diriku membutuhkan waktu hanya beberapa menit saja untuk menyusunnya menjadi bait demi bait berkaitan yang saling berima bernada. Sungguh merupakan suatu prestasi baru bagiku, karena sebelumnya jika aku menulis sebuah karya harus membutuhkan waktu berjam jam untuk berlatih mengembangkan susunan konotasi, pilihan diksi dan lain sebagainya. Bagiku puisi jenis romansa adalah hal yang amat sangat baru bagiku, karena memang aku tidak pernah sedikitpun pernah membuat karya serupa sebelumnya. Bukan hanya membuat, bahkan membaca karya karya maestro sang pujangga cinta pun aku tiada pernah melakukannya. Dan teknik ATM, amati tiru modifikasi tidak berlaku saat menyusun huruf huruf pada setiap kata yang telah kubentuk menjadi bait bait berima dan bermajas tentang asmara.

Seusai aku menulisnya, lalu kulipat folio bergaris penuh coretan tintaku menjadi sebuah lipatan kecil. Kumasukkan dalam sebuah amplop berwarna merah jambu, kusertakan juga satu batang coklat manis, agar nanti saat membaca suratku mengerti apa maksud suratan tersebut.

Pada tanggal 14 Februari 2006, bergegas diriku pergi ke sekolah dan memberikan surat yang telah kususun sebelumnya. Hendak diriku menghampiri kelas dimana gadis yang membuatku kaku kemaren berada. Mataku menyaksikan pemandangan tak sedap, si Robi juga disana dan telah mendahuluiku memberikan hadiah.

Aku tak membuang waktu, aku yang saat itu sudah bersusah payah untuk membuat hadiahku sendiri takkan berputus asa. Aku mencoba mencari cara lain yang mungkin bisa kulakukan tanpa memperkeruh keadaan menjadi sebuah masalah yang tidak diinginkan. Dan akhirnya aku pun teringat akan janji Reyhan kemaren siang saat makan bersama di kantin sekolah. Tanpa basa basi, aku segera menuju pergi mencari keberadaan Reyhan lalu menemukannya.

"Rey . . Ternyata loe disini. Kenapa loe nggak ngajak gue sih, gue mencarimu kemana mana tahu . ."

"Apa . . Gue nggak ngajak loe ? ?
Tadi loe itu kayak orang kesurupan yang tiba tiba pergi tanpa memberi tahu mau kemana.
Sekarang udah sadar loe ? ?"

"Hehehehe , , maaf ya, loe kan tahu tentang gue.
Oh iya, , soal yang kemaren jadi ya ? ?"

"Apa'an ? ?"

"Bantuan untuk dekat dengan si Pelangi, hehehe"

"Yahh. . Loe masih ingat, gue kira loe amnesia, hehehe.
Ok, memang loe mau kasih hadiah apa untuk hari ulang tahunnya ?"

"Ini, gue sudah siapin. Coklat dan sepucuk surat perkenalan"

Sambil aku tersenyum malu malu kucing, kutunjukkan lembaran sampul surat berwarna merah jambu yang terikat dengan sebatang coklat terbungkus berwarna.

Reyhan segera mengambil apa yang telah kutunjukkan padanya, lalu ia pun pergi. Aku mengingatkan Reyhan tentang apa yang kulihat sebelumnya.

"Rey . . Tunggu. Jangan sekarang loe kasikan hadiahnya. Saat ini dia sedang sibuk bersama Robi. Tunggulah nanti saat bel pulang berdering setelah jam sekolah usai"

"Oh . . Jadi tadi waktu loe kayak orang kesurupan itu pergi menghampirinya sendirian ya ? ? Terus , , bagaimana rasanya loe lihat mereka berdua disana?
Loe mulai terbakar api asmara yah ? Lalu loe mau coba buat nantangin si Robi duel ?? Hehehe"

Rey, mengejekku dengan meragakan gaya orang bertinju.

"Ahhh . . Sudahlah..
Gue nggak akan seperti itu, jika memang nanti Pelangi tidak menginginkanku. . Aku akan mundur, setidaknya gue udah coba"

"Masak iya loe nyerah gitu saja sih, loe kan Raja ? Hehehe"

"Iya, gue memang Raja. . Raja Mimpi. . Puas loe . ."

"Hahahahaha, , , iya ya. . Gue percaya, jangan marah lah.."

Percakapan antara aku dan Reyhan berlalu, kemudian bunyi bel sokolah pertanda pulang pun berdering. Seluruh siswa meninggalkan sekolah termasuk aku dan Reyhan. Aku yang saat itu masih merasa resah gelisah kembali lagi mengingatkan Reyhan akan janjinya. Lalu aku pun berteriak di halaman parkir sekolah.

"Rey . . Jangan lupa ya hadiahnya. Oke ? ?"

Reyhan tidak sempat membalas teriakanku dengan teriakan pula, ia hanya memberi kode jari untuk mengiyakan seruan dariku.

Aku berjalan penuh dengan tanya, langkah demi langkah melewati jalanan beraspal. Menembus suara bising kuda dan kereta besi di jalan raya. Asap berkabut dan juga gersangnya kemarau menemani detik langkah jadwal kerja beratku seperti sedia kala. Tapi hari ini kucoba mempercepat segala rutinitas harianku, karena seperti tak sabar jantungku merasakan detik perputaran waktu. Ingin sekali rasanya kuputar saja jarum-jarum di dalam kotak jam besar dunia, agar aku dapat segera mengetahui realita tentang Pelangi yang saat ini aku tak tahu sedang apa ia kini.

Semua rasa gunda terjawab dengan pesan indah, dan menurut pandanganku hal tersebut merupakan sebuah mukjizat nabi Yusuf yang sengaja diturunkan untukku. Hahaha, aku begitu bergembira dan sedikit merasa menjadi manusia mulia.

"Raja, loe tahu kan kemaren tanggal 14 Februari ?"

"Ya tahulah . . Terus bagaimana hadiahku yang kemaren. Sudah??"

"Hadiah yang mana ?? Gue kan hanya bertanya tentang tanggal 14 Februari, kenapa jadi tanya balik soal hadiah. . . Memangnya loe pernah ngasih gue hadiah ya ?? Kok gue lupa ya.."

"Ayolah sob... jangan bercanda lah. Gue serius nih"

"Gue juga serius brader.."

"Hadiah untuk si Pelangi yang kemaren itu lo.."

"Ohhh . . Itu . . Bilang yang jelas dong dari tadi. Hehehehe"

"Ahhhh.. ayolah cepat. Gue ingin tahu ceritamu, cepat katakan"

"Jadi gini, kemaren gue nggak langsung ngasih hadiah dari loe sepulang sekolah sesuai arahan dari loe, karena saat itu Pelangi dan Robi masih lengket bak perangko pulang berduaan. Jadi gue ganti strategi lah."

"Terus . ."

"Terus, gue ganti waktunya jadi agak malam hari. Gue juga tanya pada teman teman, katanya Robi sedang sibuk mengurus perlombaan motor. Jadi itulah kesempatan bagusnya, langsung deh gue kasihkan hadiahmu itu"

Aku mulai tersenyum mendengar cerita Reyhan, berharap hasil cerita manis yang akan segera kudengar. Aku pun menjadi girang bersemangat..

"Iya. . Terus terus gimana"

"Iya, sabar dong. Ini juga mau gue jelasin"

"Hehehe, iya Rey"

"Jadi begini, setelah gue kasih hadiah loe ke si Pelangi. Dia berterimakasih ke gue, gue bilang bahwa bukan dari gue. Terus dia bertanya dari siapa, ya gue jawab aja dari loe, Raja."

Aku sedikit heran dengan cerita Rey sampai disini, apa memang benar si Pelangi sudah mengenalku.

"Emang dia kenal ama gue ?"

"Ya kenallah, siapa pula yang nggak kenal Raja . . . Si Raja Mimpi. Hehehehe"

"Yaa ya. . Gue tahu"

"Jangan marah lah, hehehe. Oh iya . . Apa loe ingat dengan siswa yang jadi juara peringkat kedua putri puisi FLS2N kemaren"

"Nggak tuh, kenapa?"

"Hmmm , , kali ini benar lagi dugaan gue, loe emang sungguh nggak inget. Pantesan aja kayak orang gila kasmaran nggak jelas. . Haduuhhh"

"Maksudnya Rey ?"

"Gini , , gue bantu loe supaya ingat ya. . Siswa yang menjadi peringkat kedua di perlombaan puisi FLS2N kemaren itu adalah si Pelangi, masak iya loe nggak kenalin atau sekedar ingat wajahnya sihh. . Perbedaannya hanya pada hijab, waktu perlombaan Pelangi mengenakan hijab.
Aahhh , , gitu aja gak ingat, dasar payah loe"

"Aappppaaaaa ? ? Peserta FLS2N . . Juara kedua lomba puisi. . Kenapa loe nggak bilang dari kemaren ? ? "

Dadaku seperti ditusuk ribuan duri, dan otakku seperti mau keluar dari pusatnya mendengar ucapan Reyhan yang mustahil bagiku.

"Hahahaha, loe ngasih hadiah puisi buat dia ya ? ?
Kemaren kan gue udah bertanya apa isi surat loe, dan loe jawab hanya sekedar surat perkenalan. Hehehe
Tapi tenang, ada kabar baik tambahan bagimu Raja. ."

"Kabar baik apa ??"

"Pelangi tersenyum saat tahu hadiahnya dari loe Raja, dan tambahan kabar baiknya adalah . . .
Pagi pagi sekali tadi Pelangi membalas puisi dalam surat loe, ini ambilah . ."

Reyhan memberikan sepucuk surat balasan dari Pelangi, saat itu pun tubuhku merasa ringan. Aku menjadi seperti manusia yang dimuliakan, yah. . .
Bagaikan menerima mukjizat dari ketampanan Nabi Yusuf. Lekas kusimpan surat balasan Pelangi, kusimpan erat dan rapat di dalam tas ranselku.

Aku mengira bahwa Pelangi akan membalas puisiku dengan puisi lain yang lebih unik dan indah, lebih baik dari tulisanku tentunya. Akan tetapi semua prasangkaku tidak benar. Ternyata Pelangi menulis dengan kalimat kalimat sederhana yang siapapun bisa mengerti, tulisan biasa dan normal. Yang menjadikan isi dari surat balasan tersebut luar biasa terasa amat sangat indah dan nikmat untuk dibayangkan dalam angan angan adalah inti pesan dari apa yang disampaikan.

Tulisan Pelangi adalah nampak seperti ini . . .

"Kagum aku akan dirimu wahai Raja.
Kau memang pantas menjadi Raja.
Bukan karena keahlianmu menulis puisi, bukan juga keahlianmu dalam bidang studi.
Tapi karena sikapmu yang rendah hati."

"Terimakasih atas hadiahmu, ini merupakan hadiah paling indah yang kudapatkan tahun ini."

"Izinkan aku untuk mengarsipkan tulisanmu.
Izinkan aku untuk belajar menulis sepertimu."

"Kutunggu selalu puisi puisi selanjutnya darimu, wahai Rajaku. .
Jangan pernah lupa, dan berjanjilah untuk menepati."

"Ttd
PELANGI"

Ya . . Sungguh bukan main sekujur tubuhku kembali menjadi kaku membeku. Rangkaian kata kata yang sangat membuatku semangat untuk terus berkarya. Dan hari itu tanggal 15 Februari telah resmi menjadi tanggal asmara bagi diriku ini yang hanya hamba biasa. Serta hari itu juga merupakan awal diriku dan Pelangi mulai saling mengenal lewat tulisan masing masing. Kita saling bertukar tulisan, saling berdiskusi melalui pesan singkat pada kertas lembaran putih tanpa bertatap muka atau pun hanya sekedar menyapa di dalam area Sekolah Bunga Bangsa,

Tanpa tatap muka, tanpa juga kata sapaan pada realita. Karena realitanya Pelangi selalu bersama berdua dengan Robi tanpa satupun orang yang menjadi penganggu diantaranya termasuk diriku. Meski aku dan Pelangi saling bertukar surat, dan saling bertukar puisi.

Suatu hari Pelangi bertanya didalam suratnya, ia sampaikan dan bertanya. Menanyakan hal serupa dengan pertanyaan yang terus memutar diatas kepalaku setiap harinya.

"Kenapa kamu tidak pernah menyapaku saat di sekolah Raja ? Padahal aku berharap kita juga bisa akrab dalam realita lo.."

Membaca tulisan berakhiran tanda tanya besar seperti itu aku hanya bisa terdiam. Dalam hati aku juga bertanya . .

"Kenapa aku tidak menyapanya ya ? Kenapa aku yang menunggu dia untuk menyapaku ? Kenapa aku merasa canggung ? ? Kenapa ya ? Lalu akan kah aku berani menyapanya ? ?"

Sejenak aku terdiam, dan kututup lembar kertas surat dari Pelangi. Kemudian aku mantapkan jiwa dan ragaku untuk memberanikan diri menyapa Pelangi tanpa rasa canggung lagi hingga sampailah pada saat saat itu. .

"Pelangi . . Apa kabar ? ? Ini kumpulan buku puisi referensi yang aku janjikan kemaren"

(Aku menyapa Pelangi dengan alasan memberikan buku kumpulan puisi kepadanya, karena pada saat itu memang ada si Robi yang sedang bersamanya. Robi pun juga ikut menyapaku dan menyambungkan percakapan)

"Oh . . Loe udah kenal ya Raja, dengan Pelangi ?"

"Iya. . Kita berdua pernah bertemu di perlombaan FLS2N lalu Robi"

"Oh. . Iya juga ya. . Kemaren kan loe ikut perlombaan yang juga diikuti oleh Pelangi. Tapi Pelangi hanya juara kedua setelah loe Raja. Gue udah bilang padanya jangan ikut, karena di sekolah gue tuh ada Raja Puisi. Hehehe"

"Hehehe, bisa aja loe Robi"

Kami bertiga saling tertawa dan tersenyum melalui dialog singkat, kemudian Pelangi juga membalas sapaanku,

"Terimakasih ya bukunya Raja Puisi, aku harus belajar kepada ahlinya agar kelak juga bisa menjadi penulis yang hebat nih. Hehehe"

Tutur kata beserta senyuman Pelangi membuat tubuhku semakin bergetar merasakan romansa dengan sensasi penuh kejutan, terasa seperti ada letupan letupan kecil yang tertanam dalam ruh tubuhku.

Pernah terasa sebuah keanehan didalam tubuhku, rasa tidak enak atau biasa yang disebut dengan kata sungkan. Ya. . Coba saja aku bayangkan bilamana diriku menjadi sosok manusia nista, manusia nomor ketiga yang hadir dalam sebuah hubungan baik diantara kedua pasangan anak Adam Hawa. Begitu sebuah sensasi penuh kebingungan merasuk dan terus berputar putar menjadi bayang bayang dalam rutinitasku.

Sempat ingin rasanya mulutku mengeluarkan apa yang sudah lama kupendam dalam dalam jauh didasar hati. Rasa tak enakan, ewuh pakewuhan, serta rasa sungkan, semuanya menjadi sebuah bayangan hitam kelam besar yang tak dapat aku robohkan hingga diriku mampu berjalan tanpa sedikitpun dikte di perjalanan hidupku.

Sedang, apa yang kurasakan didalam gejolak jiwaku tak sesuai dengan realita yang saat ini dihadapi oleh tubuh fisikku. Tak serupa dengan apa yang terjadi dalam perang batin yang setiap harinya memperebutkan kemenangan yang tidak akan pernah ada ujungnya.

Kemudian kucoba memaksakan segalanya, agar tak lagi ada sebuah tragedi kesalah pahaman diantara kita semua. Kupaksakan semua dengan cara tidak memejamkan mataku hingga 24 jam, karena kutahu saat mataku mulai terpejam dan terlelap dalam mimpi, maka otakku dan segala syaraf syaraf yang ada didalam tubuhku pun menjadi lemah hingga akhirnya semua rencana kuurungkan.

Dua puluh empat jam merupakan waktu yang amat sangat pas dan cocok untuk diriku yang sungguh penakut dan amat sangat mudah sekali gerogi. Meskipun menurut prediksiku bahwa pilihan tidak memejamkan mata selama 24 jam adalah hal yang tepat untuk memperoleh keberanian, ternyata berubah menjadi sebuah kesalahan saat tubuh-mataku mulai berhadap hadapan dengan sosok warna warni Pelangi yang terpancar menyebar. Aku menjadi bisu dan kaku lagi, tak berani mengatakan apa yang seharusnya kukatan untuk mengakhiri setiap penderitaan yang kini mulai menggerogotiku hingga sampai di tenggorokan. Dan aku pun pergi menjauh untuk menjernihkan pikiran dan setiap semua rasa sesak yang kurasakan.

Untung pada saat hari itu, Reyhan membersamaiku menemani hari hariku yang sangat berantakan pikirku.

"Raja . .
Kenapa beberapa hari ini loe seperti kambing yang hendak disembelih?? Murung terus . ."

Reyhan mendatangi jasadku yang pada saat itu nampak kosong tanpa ruh. Telingaku yang masih mendengar bisikan samar samar dari Reyhan, mencoba untuk meresponnya.

"Gue baik baik aja kok"

Aku mencoba menepis gejolak jiwa yang terasa saat itu dengan kata kata semangat serta senyum palsu.

"Loe itu nggak pandai bohong Raja. . .
Sudahlah , , katakan saja apa masalah loe. Mungkin aja sahabatmu ini bisa bantu."

"Loe nggak akan akan bisa bantu Rey, sudah cukup banyak loe bantuin gue. Nggak semuanya kan  , , , setiap masalah gue harus loe bantu? Ada kalanya hanya gue yang harus mengatasi sendiri"

Lagi lagi aku mencoba menutupi segalanya, karena sebuah pengalaman yang saat ini kurasakan merupakan sebuah hari hari yang memalukan pikirku. Ya . . Semua tentang asmara dan cinta yang entah untuk siapa. Meski diriku terus mencoba tertutup, namun Reyhan sungguh keras kepala, ia tetap saja memintaku berbagi cerita.

"Kalau itu sih benar Raja, loe harus mampu menyelesaikan masalah loe seorang diri.
Tapi alangkah baiknya jika loe cerita, setidaknya dengan bercerita loe bisa agak lega karena ada orang lain yang mau mendengarmu."

"Hmm , , loe benar Rey . .
Baiklah gue akan bercerita secara singkat tentang apa yang gue alami, tentang hari hari yang gue nggak tahu harus merasa senang atau merasa tidak tenang. Gue berada dalam dua kondisi yang amat sangat membingungkan."

"Bingung seperti apa maksud loe ??"

"Loe tahu kan jika gue mulai dekat dengan Pelangi, bukan hanya loe yang tahu tapi hampir semua orang yang ada di Sekolah ini tahu tentang kedekatan gue dengan Pelangi. Tapi yang mereka tahu gue dekat dengan Pelangi, karena kita sama-sama jadi calon peserta putra putri FLS2N tingkat provinsi untuk mewakili sekolahan nanti"

"Iya gue juga tahu, terus apa yang jadi masalah ?"

"Loe juga tahu kan bahwa aku menaruh perasaan padanya ?"

"Iya. . Gue juga tahu itu"

"Naahh . . Itu yang jadi sebuah bumerang didalam pikiran gue saat ini Rey.."

"Yaahhh . . Ngapain dipersulit sih. . Loe sendiri yang dulu pernah bilang bahwa jika Pelangi nggak nerima loe atau nolak cinta loe, loe bakal mundur.
Nah . . Sekarang kok malah dipersulit sihh ?? Gue juga makin bingung nih. ."

"Tak semudah itu Rey , , sulit"

"Kenapa ? Loe takut dengan Robi ? Atau kau takut dipanggil Raja Perebut ?
Siapa yang berani nyerang loe? Gue nggak segan segan meremukkan tulang tulangnya.
Oke . . .
Jadi katakan sajalah, setidaknya loe udah pernah coba"

"Hehehe, , loe emang saudaraku, terimakasih. Gue akan mencobanya nanti"

"Nah , gitu dong loe mulai tersenyum Raja Mimpi, hehehe"

Kita berdua saling tersenyum dan bercanda siang itu di kantin Sekolah Bunga Bangsa, kata kata Reyhan benar adanya, bahwa aku harus mencoba. Apa pun hasilnya aku harus siap menerima segala resiko yang akan terjadi di kemudian hari.

Hari hari berat telah mampu kulalui dengan langkah langkah kecil yang sempoyongan. Aku mendapat ilmham dari sahabatku Reyhan untuk segera mengeluarkan semua hal yang mengganggu pikiranku selama ini, agar aku dapat menjalani hari hari tanpa sedikitpun beban terpanggul.

Sore hari sepulang dari sekolah aku memaksa tubuhku untuk berkunjung ke rumah Pelangi, dan pada saat itu pula sebuah keberuntungan mengiringi perjalananku. Kata Reyhan si Robi amat sangat sibuk dengan anggota klubnya untuk mempersiapkan sebuah acara ulang tahun anggotanya, aku pun memanfaatkan kesempatan berharga tersebut untuk berkunjung kerumah Pelangi bersama Reyhan. Reyhan hanya sebatas mengantar dan menunjukkan nomor rumah Pelangi, ia tak menemaniku untuk menemui Pelangi, karena katanya aku harus menjadi sosok lelaki jantan, dan lelaki jantan harus berani menghadapi setiap masalah seorang diri.

Tibalah diriku tepat didepan rumah Pelangi, lalu kuangkat tanganku untuk memencet tombol bel rumah milik Pelangi.

#TEEETTTTTT (Suara bel rumah Pelangi)

Aku tak punya alasan lain untuk berkunjung kerumah Pelangi selain memberikan sebuah alasan untuk berdiskusi tentang naskah naskah puisi, yaahh , , tentu aku juga membawa beberapa buku baru kumpulan kumpulan naskah puisi.

"Kamu tahu rumahku Rajaku ? Tahu dari Reyhan ya. . Hehehe"

Kehadiranku disambut dengan senyum indah dari wajah Pelangi yang saat itu sudah mengenakan pakaian bebas dirumahnya. Aku pun merasa senang..

"Iya Pelangi, hehehe.
Oh iya, , aku membawa beberapa buku baru untuk dijadikan referensi susunan naskah puisi. Kamu mau membacanya ?"

"Wow . . Ini juga ada karya Kahlil Gibran. Tentu aku mau membacanya"

"Syukur kalau kamu senang dengan bukunya.
Apakah kedatanganku tidak menganggu jadwalmu dengan Robi ?"

Aku mencoba memperkuat alasan kehadiranku, agar aku tak menjadi kaku saat itu.

"Hmm , , kenapa kamu tanya tentang Robi sih. . Ini kan rumahku, memang dia tinggal disini apa? Memang saat ini kamu mencariku atau mencari Robi, atau kamu suka dengan si Robi ya . . ?? Aku curiga karna kamu terus bertanya tentangnya waktu kita saling bertukar surat, hehehehe"

"Hahahaha, , aku masih normal tahu. Lagian kalau aku memang homo, si Robi bukan tipe cowok idamanku"

"Hahhh ? ? Kamu suka Robi. . Hahahaha"

"Ya , , enggaklah, hehehe"

"Hehe, , ok ok . . Mari ayo masuk kerumah, nanti kamu disangka kurir lagi sama tetangga, hehe
Ayo Raja.."

"Baik Pelangi"

Nyaman sekali rasanya sore itu, padahal aku menyangka akan diusir oleh keluarga Pelangi yang super kaya di komplek itu. Akan tetapi semua anggota keluarganya orang baik, termasuk ayahnya juga. Mereka tidak seperti orang orang kaya pada umumnya. Saat itu yang nampak di rumah Pelangi hanya sosok Ayahnya saja, ibunya tak ada dirumah. Entah pergi kemana, aku juga tak ingin tahu.

Aku masuk kedalam istana hingga akhirnya aku berada di ruang tengah rumah Pelangi yang megah, dan disaat itu aku coba memberanikan diri untuk mengutarakan maksud sebenarnya kedatanganku di sore itu. Namun perasaan perasaan negatif mulai kembali mengapung mendengung di sekitar telinga dan anganku, aku takut merusak senyum Pelangi karena ucapan yang akan aku katakan di sore itu.

Disisi lain pikiranku terpecah oleh bayang bayang wajah Reyhan beserta tutur nasehatnya, bahwa aku harus berani menjadi sosok lelaki sejati yang menghadapi segala resiko hidup. Dan aku pun juga sudah berjanji untuk mengambil resikonya.

"Pelangi, aku mau mengatakan sesuatu hal yang tidak penting"

"Oh ya . . Tidak penting ?
Kalau nggak penting ya gak usah dikatakan lah, hehehe"

"Hehehe, iya juga ya.
Tapi aku suka sama kamu Pelangi, apa hal itu tidak penting bagimu?"

Mendengar ucapan sekaligus tanyaku, Pelangi terdiam membisu dan menatapku. Kita saling melakukan pertempuran mata, kemudian Pelangi membalas tanyaku penuh senyuman.

"Hehehe, , aku juga suka kamu Raja"

Aku sedikit terkejut, lalu manjadi patung saat itu..
Dan . .

"Aku juga suka kamu Raja, kalau aku tidak suka denganmu. Mungkin aku membencimu, dan tidak mempersilahkan dirimu untuk mengunjungi rumahku. Benar kan ?? Jangan takut aku usir ya Raja , , hehehehe"

"Hehehe , , iya juga ya. Yaudah ayo lanjut bikin salinan naskah"

Kata demi kata yang terucap oleh Pelangi meresap dan merasuk menuju alam bawah sadarku. Disana aku sedikit bingung terus bertanya tanya dalam batin, yang aku sendiri pun tak tahu apa jawabnya. .

Pelangi suka denganku yang seperti apa, teman kah, saudara kah, atau dalam hal apa ? ? Aku tak bisa meneruskan dialog sore hari itu kala di rumah Pelangi, karena sungguh kesannya akan menjadi sebuah pemaksaan jika dialog tak penting macam itu aku teruskan.

Sungguh kata kata Pelangi sore itu semakin menambah beban pikirku, tapi aku masih mengingat kata kata bijak dari Reyhan.

Bahwa . . .

Lelaki sejati harus berani menghadapi segala resiko dari masalah yang terjadi. Oleb sebab hal tersebut, aku lupakan saja segala hal yang memberatkan bagiku. Aku hanya perlu menikmati hal indah, aku hanya perlu menikmati serta bersyukur atas realita indahnya bagiku, dan keindahan itu adalah . .

Aku dapat dekat dengan sosok Pelangi, dari dekat pula aku bisa menikmati dan mengagumi . .

INDAHNYA PELANGI DI SAAT MUSIM KEMARAU


----------------

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Sunset
6222      1340     3     
Romance
You are my sunset.
TAKSA
354      271     3     
Romance
[A] Mempunyai makna lebih dari satu;Kabur atau meragukan ; Ambigu. Kamu mau jadi pacarku? Dia menggeleng, Musuhan aja, Yok! Adelia Deolinda hanya Siswi perempuan gak bisa dikatakan good girl, gak bisa juga dikatakan bad girl. dia hanya tak tertebak, bahkan seorang Adnan Amzari pun tak bisa.
Secret Elegi
3769      1086     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
ADITYA DAN RA
15634      2599     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Azzash
263      213     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Ballistical World
8757      1690     5     
Action
Elias Ardiansyah. Dia adalah seorang murid SMA negeri di Jakarta. Dia sangat suka membaca novel dan komik. Suatu hari di bulan Juni, Elias menemukan dirinya berpindah ke dunia yang berbeda setelah bangun tidur. Dia juga bertemu dengan tiga orang mengalami hal seperti dirinya. Mereka pun menjalani kehidupan yang menuntun perubahan pada diri mereka masing-masing.
Finding Home
1939      913     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
I'll Be There For You
1062      498     2     
Romance
Memang benar, tidak mudah untuk menyatukan kembali kaca yang telah pecah. Tapi, aku yakin bisa melakukannya. Walau harus melukai diriku sendiri. Ini demi kita, demi sejarah persahabatan yang pernah kita buat bersama.
A - Z
2490      847     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Selfless Love
3952      1145     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.