Leo kembali ke kantor lebih dulu, andri sengaja ia tinggal direstoran bersama makanan yang belum sempat leo sentuh. Om bowo dan direktur bowo terkadang leo bingung harus bersikap seperti apa didepan laki-laki paling berkuasa itu. Sesaat om bowo adalah ayah yang paling leo kasihani dan direktur bowo adalah laki-laki yang paling leo segani.
Leo melangkah panjang dan cepat menuju bangunan utama tempat ruangan direktur. Melewati dengan tanpa menoleh karyawan yang menyapa dan membungkuk dengan hormat. Leo membuka pintu besar dengan kedua tangan.
Direktur bowo berdiri didepan sebuah jendela besar dengan menyilangkan tangannya dibelakang punggung. Direktur bowo tidak bergeming meski ia mengetahui leo memasuki ruangannya.
“siang pak. .” leo menyapa lebih dulu.
Direktur bowo berbalik perlahan, laki-laki itu tidak terlihat seperti pria dengan umur 50tahun pada umumnya. Dengan tubuh yang tegap dan garis wajah yang masih tegas, direktur bowo tersenyum tipis saat melihat leo.
“apa saya menganggu mu ?, silahkan duduk leo . . jangan terlihat sungkan begitu. .” tanya direktur bowo sambil duduk pada kursi besarnya.
Leo mengangguk samar sebelum akhirnya duduk dikursi berhadapan langsung dengan direktur bowo. Sebuah meja besar diantara mereka memberikan jeda yang membuat leo bisa bernafas.
“tidak pak. . bapak tidak menganggu sama sekali . .”
“sudah makan siang ?” direktur bowo masih berputar pada kata-kata penyambut standar. Pertanyaan yang berbasa-basi.
Leo mengangguk samar, “sudah pak. .” leo menjawab dengan sopan santun yang tinggi. Meski mengenal direktur bowo secara pribadi, namun bila dikantor kekuasaan laki-laki didepannya itu begitu tinggi.
Direktur bowo mulai menegakkan duduknya. Kedua tangannya menyangga diatas meja. Itu lah posisi serius dari direktur bowo.
“ada hal penting yang ingin saya bicarakan. .maka dari itu saya menganggilmu saat istirahat, karna saya tidak ingin diganggu oleh siapapun. .”
Leo mengerutkan kening. Jantungnya mulai berdegup kencang. Hal penting, leo tidak bisa menebaknya.
“apa ada yang bermasalah dari presentasi saya ?”
“tidak. .tidak. . presentasi sangat bagus. .” jawab direktur bowo cepat.
“lalu ?”
“saya ingin memberikan mu jabatan sebagai direktur cabang untuk anak perusahaan kita yang ada di singapura. .”
Leo mematung. Telinganya bisa mendengar kata-kata direktur bowo dengan jelas namun otaknya memproses dengan lambat.
“memang belum final, karna itu saya ingin mendengar jawaban dari mu, leo . .” direktur bowo berbicara dengan santai, seolah sedang menawarkan permen pada leo.
“tapi. .saya belum siap. .” leo akhirnya bisa bersuara dengan susah payah.
“kamu pikir saya main-main ?, karna kamu dekat dengan saya maka dengan mudahnya saya memberikan kepercayaan pada mu. .?!, saya cukup tersinggung leo. .”
Leo dengan cepat berdiri dan membungkukkan badan, “maaf pak. . saya tidak bermaksud seperti itu. . saya hanya terkejut, dan mencoba meyakinkan diri saya sendiri. .”
“leo. .” direktur bowo melepaskan kaca matanya, meletakkannya perlahan dan kembali menyandarkan pungungnya pada kursi, “saya sudah memperkirakan kemampuan mu. . banyak hal yang sudah kamu berikan pada perusahaan. Dan saya yakin kamu bisa berkembang baik seiring dengan tantangan yang kamu hadapi. .”
Leo mendengarkan dengan khidmat, meski tenang tapi jiwanya seolah berpergian ketempat lain. “saya sudah menyakiti hal yang paling berharga bagi hidup saya pak. . seolah saya tidak pantas mendapatkan hal baik lagi pak. .”
“jadi kamu mau sekarang saya menjadi om bowo atau direktur bowo ?”
leo tersentak mendengar pertanyaan tersebut. Leo semakin menundukkan kepalanya.
“masalah pribadi mu adalah milikmu sendiri. . saya adalah direktur yang mementingkan bisnis diatas segalanya. . saya berikan waktu untuk mu berfikir. .saya harap keputusan mu berdasarkan akal sehat . .”
Leo berdiri dari kursinya, menunduk sebelum akhirnya meninggalakn direktur bowo. Tapi tangan leo berhenti tepat diatas handel pintu, leo berbalik.
“kalau kau pikir saya tidak bersedih karna kehilangan jasmine. . kamu salah leo. . saya memang brengsek dan bukan ayah yang baik tapi saya masih mempunyai nurani untuk merasakan simpati. . tapi hidup terus berjalan, waktu tidak berhenti karna jasmine yang tiada. . kamu harus berusaha leo. .”
Kata-kata leo menguap diudara. Direktur bowo berubah menjadi om bowo yang leo kenal. Perasaan mereka sama, namun jalan yang diambil leo sedikit lebih rumit.
-
Jari rindu masih menempel diatas keyboard tidak memperdulikan satu persatu karyawan yang ada diruangannya mulai meninggalkan meja menuju kantin. Beberapa ajakan singkat sekedar basa-basi mereka lontarkan kepada rindu. Dan dibalas rindu hanya dengan anggukan kepala singkat atau senyum yang tipis.
“makan siang yuk. .”
Rindu menghela nafas, tapi mata gadis itu masih terfokus didepan komputer, “terimakasih, kamu duluan saja. .”
“kamu bener, nolak saya dua kali ?”
Rindu mendongkak, terkejut melihat wajah edo yang sedang cemberut didekat pintu ruangannya.
“mas edo, maaf mas saya pikir rekan kerja . .”
“saya memang rekan kerja kamu rindu, .”potong edo cepat, “bukan pacar kamu kan ?, ya. .kalau kamu mau ganti status saya, saya nggak keberatan kok. .”
Rindu menahan tawa dengan berpura-pura merapihkan meja kerja, tiba-tiba ia merasa salah tingkah dipandang begitu lama oleh edo.
“jadi kamu mau makan siang ?,” edo mengulang pertanyaan nya dengan lebih tegas.
Berbalik memasang wajah enggan, mulut rindu terbuka tapi edo lagi-lagi lebih dulu bersuara, “ya,ampun rindu. . kamu itu satu-satu nya perempuan yang menolak saya dua kali dalam satu hari. Tapi pagi kamu nggak mau sarapan sama saya dan siang ini. .
“oke mas,.”rindu menyela edo, “oke, kita makan siang bareng. .” rindu menyerah karna rentetan ocehan edo yang tidak ada habisnya. Seketika itu wajah edo kembali sumuringah. Senyum nya sangat lebar, seolah baru mendapatkan hadiah yang sangat ia inginkan.
“ayo. .” edo langsung menarik cepat tangan rindu keluar dari ruangnnya sebelum gadis itu berubah pikiran lagi.
-
Leo kembali keruangannya denga n masih dengan menundukan kepala. Dibukanya pintu ruangan kerja nya yang terpisah dengan staf lain lebar-lebar. Leo melangkah perlahan menuju rak paling kanan dari ruangannya, mengeluarkan kotak hitam berukuran sedang dan meletakkannya diatas meja. Hanya sebentar leo mengusap bagian atas kotak sekedar menghilangkan debu sebelum akhirnya membuka kotak itu. Sebuah bingkai leo keluarkan, seorang gadis cantik berambut panjang sedang memeluk pingang leo dengan senyum yang sangat lebar. Senyum jasmine.
“kamu benar jasmine. . aku hanya butuh kamu . .” airmata leo menetes tanpa ia sadar, tapi dengan cepat ia mengahapus butiran bening itu dengan pungung tangan.
Ponsel leo berdering, tanda pesan masuk dari andri. Segera leo memasukkan kembali foto dan kotak itu ke tempat semula. Dan cepat keluar dari ruangan itu. Meninggalkan sosok leo yang menangis dibelakang. Kembali dengan wajah keras, seorang leo yang tidak bisa dikalahkan.
-
Leo mengetik pesan singkat kepada andri agar menunggunya di restaurant. Mobil leo sampai 10 menit kemudian. Langkah panjangnya melewati baseman parkir dengan cepat. Dahi leo tiba-tiba berkerut melihat pemandangan yang sangat menganggu matanya.
Rindu. Gadis yang selalu membuat amarahnya meledak. Duduk dengan tenang bersama laki-laki didepannya. Leo menajamkan penglihatannya saat rindu tersenyum tipis pada laki-laki itu. Tangan leo mengepal keras. Kaki leo berjalan dengan terburu-buru bahkan pelayanan yang sedang membawa makanan ditabrak begitu saja oleh leo.
“PRANG. .” piring yang berjatuhan membuat seisi restaurant menatap kepada leo begitu pula dengan rindu. Saat mata rindu dan leo akhirnya bertemu. Rindu tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Gadis itu ketakutan melihat leo. Leo terus berjalan kearah meja rindu. Dalam hitungan detik tangan leo menarik rindu dari meja. Edo berdiri dari meja, kali ini edo menarik rindu lebih keras dari sebelumnya, hingga leo terkejut dengan sikap agresif edo.
“kita memang tidak saling mengenal, tapi anda 2x menarik seseorang yang sedang bersama saya dengan cara yang tidak sopan. .” edo menegur leo dengan tajam.
Leo merasakan aura peperangan yang edo berikan, “lepaskan tangan rindu. .” suara leo berubah menjadi rendah
Rindu menarik tangan nya dari gengaman edo, tapi edo tidak akan melakukan kesalahan yang sama 2x. edo justru semakin erat menganggam pergelangan tangan rindu. Beberapa tamu dan pegawai restaurant hanya berani melihat dari tempatnya masing-masing.
Rindu merasakan tatapan tidak nyaman itu, berusaha melerai keduanya, “sudah, jangan bertengkar disini. . ini hanya salah paham. .”
Andri datang tergopoh-gopoh setelah mendengar keributan, menarik leo dengan kekuatan penuh hingga tangan leo terlepas dari rindu, “hei, hentikan. . tidak benar kalau lo membuat keributan disini. .” bisik andri di telinga leo.
Seolah tersadarkan dengan kata-kata andri, leo mengusap wajahnya. Raut keras itu berangsur melunak.
“andri bayar makanan yang tadi jatuh. .” kata leo sambil memperbaiki kemejanya, leo berjalan santai seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya, ia berhenti sekilas di telinga rindu, “kau dalam masalah besar sayang. .” desis leo mengancam.