I
Kerajaan Banadis bertransformasi, Tampilannya tampak seperti Las Badass.
Lebih tertata dari sebelumnya,
Juga tampak lebih modern.
Orang – orangnya pun bersikap lebih terbuka, dan lebih materialistis dari sebelumnya.
Kesenangan menjadi tema utama kerajaan.
Perjudian dan pelacuran adalah alatnya.
Serta pertarungan di arena merupakan obat keduniawian.
Tindakan aborsi pun telah dilegalkan oleh kerajaan Banadis.
Kenyataan yang baru seolah – olah membuat sirna kesadaran Banadis yang lama.
Tapi beberapa orang masih mempunyai kesadaran yang santun.
Harapan mereka atas masa lalu kerajaan Banadis yang melegenda tetap ada.
“Suatu saat kelahiran baru kita dimulai dari taman ini.”
Dengan tersenyum kecil seseorang meninggalkan kerajaan Banadis.
II
Pasar Godas,
Sebuah tempat yang sangat asri di daerah Cempelan.
Dengan dihiasi ornamen – ornamen khas Darmasih, tempat itu menjadi surga kuliner yang sangat terkenal di persekutuan Darmasih.
Belum lengkap tampaknya jika para pengelana melewati tempat itu tanpa menikmati sajian khas Cempelan, yaitu nasi basah.
“Emm,, Demi kehendak Nya,, Enak banget rasanya,”
“Iya, nggak nyangka bakal seenak ini, padahal dulu kita sering makan nasi basah waktu tinggal di Cempelan.”
“Bener – bener nostalgia banget.”
Dona hanya tersenyum kecil mendengarkan ucapan rekan – rekannya.
“Eh, Don,, Ka ,,”
“Heh, manggilnya nona,”
“Udahh,, biar aja, Aku kebiasaan manggil Dona.”
“Dibiasakan pake nona dong, Tan,”, sahut Serdi, sambil makan.
“Iya dehh, Iyaa,, Nona Dona tadi waktu di taman Banadis berucap seperti itu apakah ada maksudnya?”
“Hihi,, Kamu ngomong diformal – formalkan gitu jadi lucu, Tan.”
“Nha kan, ni nona malah ngejek aku,”
“Hihi,, Iya, iya,, Maksud aku ngomong seperti itu tadi, Suatu saat Banadis akan menjadi Banadis yang dulu lagi, dan dimulainya perubahan itu dari taman tadi.”
“Hah? Gimana bisa dari taman itu Banadis bisa kembali kayak dulu?” Matan tampak tidak sampai akal sehatnya.
“Udahh,, kamu mending makan aja daripada pusing mikirin itu, itu yang mudeng cuma nona Dona aja.”
“Ah, kamu ini,, kamu padahal ngerti kan maksudnya nona Dona tadi?”
Sambil menyendok kuah. “Yaa,, sedikit,, Aku bingung aja kok bisa dimulai dari taman itu? Apa hubungannya?”
“Nha kan, Serdi aja bingung,, Aduh, nona Dona,, Kamu itu lama – lama mirip pak Tuwang aja suka bermain teka – teki.”
“Hehe,, Ntar kalian juga bakal mengerti kok, Suatu saat perubahan Banadis itu akan tiba dulu di Taragam.” Dona menyendok nasi basah itu.
@SusanSwansh hahaha,, iya,,
Comment on chapter Penglihatan Masa Depan