Read More >>"> Like Butterfly Effect, The Lost Trail (Bab 11 // Lying To Oneself [END]) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Like Butterfly Effect, The Lost Trail
MENU 0
About Us  

Nasi sudah menjadi bubur, arang yang hitam tidak akan kembali menjadi kayu. Tidak peduli dengan masa lalu yang kelam, aku tidak pernah melakukan hal sia-sia untuk mengungkit apa yang sudah terjadi, tidak ada gunanya untuk saling menyalahkan. Jika aku melempar semua pada Ryan sekarang, tidak akan ada yang kudapat darinya. Sesuatu yang hilang tetap hilang, apa yang terjadi juga tidak akan berubah. Jika aku tetap melakukannya demi nafsuku, masa depan yang menunggu hanyalah kehampaan. Aku tidak cukup bodoh untuk mau membuang apa yang kumiliki sekarang.

Memang benar, luka yang kudapat tidak dapat sembuh total. Aku sendiri tidak pernah mencari usaha untuk mengembalikan arang menjadi kayu secara langsung. Tapi sesuatu seperti itu bukan bukanlah mustahil, hanya saja tekniknya tidak instan. Jika aku membakar kayu sampai menjadi abu, semua gas yang dihasilkan akan diserap oleh tumbuhan sebagai nutrisi, sedangkan abu yang tersisa bisa kita pakai sebagai pupuk. Mereka akan tumbuh menjadi kayu baru.

Luar biasa kan? Artinya, pengembalian bukan bergerak mundur tetapi bergerak maju. Daripada menyalahkan, lebih baik memperbaiki apa yang sudah ada.

Aku tidak membenci Ryan. Aku tidak menyalahkan Mia kalaupun dia tidak memberitahuku apa-apa. Sesuatu seperti pengembalian kayu memang hal yang sulit. Sampai sekarang, aku tidak punya gambaran apapun tentang apa yang kulupakan.

Masih ada beberapa hal yang ingin kutahu, masih ada yang ingin kucari, tapi masa abu-abu tidak ingin kuulang kembali. Lebih baik syukuri apa yang ada dan biarkan semuanya berjalan perlahan.

Setelah bicaraku dengan Ryan selesai, kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan dengan para wanita, suatu terminal di pinggir jalan utama. Walaupun tujuan sebenarnya sudah terpenuhi, aku tetap tidak bisa mengabaikan janji umpan yang sudah kubuat.

Waktu satu setengah jam ternyata sangat lama. Aku menghabiskan waktuku dengan sedikit berbelanja makanan.

Jam tanganku menunjukkan pukul 10:10. Aku tidak peduli mereka terlambat, karena tidak ada harapan tinggi yang kutaruh. Atau mungkin, mereka memang tidak terlambat, karena beberapa jam milikku disetting lima belas menit lebih awal.

"Hh... Hah... Maaf yah, kalian nunggu lama?"

"Bukan nunggu lagi, Gua udah bulak-balik nyari kalian"

"Ryan, harusnya kamu bilang kalau kamu juga baru sampai"

"Gua baru sampai kok"

"Sudah telat"

Aku tidak menyadari kedatangan mereka, waktu itu aku sedang di sibukkan dengan jam tangan dan penglihatan ke bawah.

Mereka masih melakukan lawakan seperti biasa. Aku tidak tahu apa Ryan sadar telah melakukan lawakan itu, tapi aku yang melihatnya masih terhibur.

"Kak"

Suara kecil mungil datang dari arah samping. Awalnya aku tidak menyadarinya karena Mia datang dari sudut yang sedikit berbeda dengan Hana. Dia memakai pakaian terusan panjang berbahan lembut berwarna biru dan berumbai-rumbai dengan pola hitam di beberapa ujung kainnya.

Ha? Mia? Apa ini? Kenapa dia selalu seperti ini? Apa iblis succubus sedang mengutukku sekarang? Kembalikan diriku yang masih polos.

Wajahnya yang mungil dengan hidung, mulut dan garis muka yang sangat enak dipandang. Ditambah lagi kacamata frame hitamnya. Hidung yang kecil membuat kacamata besarnya sedikit melorot, tapi itu tidak buruk sama sekali. Seolah hidung itu mengatakan kalau dirinya memang sudah ditakdirkan menjadi singgasana sang kacamata. Dari semua itu, yang paling membuatku heran adalah tatapannya.

Kejam, sangat kejam.

Seolah menghancurkan akal sehat, dia selalu membuatku seperti ini. Tanpa ada niat, tanpa ada strategi dan tanpa ada serangan, hasil yang dibuatnya sudah luar biasa.

Wanita benar-benar mengerikan. Padahal dari sudut pandangannya dia hanya melihat biasa.

Entah karena kebiasaan atau bukan, dia jarang menggerakan lehernya, tapi justru inilah yang membuatnya berbeda. Tubuhnya yang lebih pendek dariku, membuat arah pandangnya membentuk sudut ke atas. Memperlihatkan bola mata layaknya bayi kucing yang membesarkan pupilnya. Setiap detail tindakannya mengartikan hal yang sama.

Sial, aku ingin melindunginya.

Dari awal saja dia memang sudah... Oke, aku tidak akan berkomentar lagi. Aku tidak tahu ini perbuatan Hana atau bukan. Intinya dia tampil berbeda dengan dandanan natural yang menghiasinya.

"Kak?"

"Ah, Iyak? Kenapa?"

"..."

Hn?

"Ryan, temenmu payah yah"

Suara mengejek terdengar dari arah lain. Tidak perlu ditanya siapa pelakunya. Hanya ada satu orang di kelompok ini yang kutahu bisa mengatakan itu.

Apa aku melakukan kesalahan? Aku bahkan belum melakukan apapun.

"Harusnya kamu puji dia atau apalah, kayak gitu aja kok gak ngerti sih san"

Aku memang tidak melakukan itu, tapi kau tidak berhak menghinaku karena Ryan juga tidak melakukan hal tersebut. Asal kamu tahu, laki-laki yang tulus tidak akan jujur begitu saja ketika melihat wanita cantik. Semakin banyak kata itu keluar, semakin rendah derajatnya.

"..."

Tapi yang sebenarnya terjadi, aku hanya tidak punya keberanian untuk mengatakannya.

"Hana..."

Kali ini Ryan yang membuka mulutnya.

Tunggu, apa yang akan dikatakannya? Apa dia benar-benar akan mengatakan itu?

"Cepet berangkat, nanti keburu panas"

Woi. Menurut pembicaraan tadi, bukankah sudah jelas apa yang harus kau katakan. Lagipula...

Ah, bodohya aku.

Mana mungkin Ryan mengatakannya. Dia pria super dingin yang tidak mengerti situasi. Aku memang sedikit berharap untuk melihat pujian keluar dari mulutnya, tapi perkataan Ryan barusan ada benarnya juga. Kami tidak berkumpul untuk berjembur di sini.

Setelah mengatakan itu, Ryan memimpin jalan ke arah bus yang berhenti. Kami menyusulnya dengan cepat dari belakang.

Aku tidak berniat membuat rencana ini menjadi spesial, tapi karena melihat penampilan mereka, aku jadi ingin sedikit lebih serius. Sebuah rencana bermain ke pusat perbelanjaan, kami berempat, dan di hari libur. Mungkin inilah yang mereka biasa sebut sebagai kencan.

“Oh iya, Mia...”

“Kenapa kak?”

Aku sendiri penasaran bagaimana reaksi Mia tentang pengetahuanku sekarang. Apa yang dia akan katakan jika aku mengetahui tentang sinyal itu? Apa dia akan berhenti melakukan pencarian? Apa hubungan kita akan berakhir?

“...”

“Kak?”

“Enggak, gak jadi”

Mungkin bukan hari ini.

Aku takut, aku memang pengecut. Berhenti bertidak karena melihat risiko yang ada. Mia, tetaplah seperti ini, untuk sementara aku tidak ingin berubah dulu.

Kemampuanku memang sampah, kemampuanku tidak pernah membahagiakan orang lain. Tapi hanya satu orang, satu individu yang tidak pernah menolak perkataanku. Satu dari ratusan manusia yang yang terus ada di sampingku. Entah dia sadar atau tidak, aku sekarang bisa menikamati hidup lebih nyaman.

Aku tidak yakin hubungan kami saling menguntungkan. Hanya ini yang bisa kulakukan, menjawab semua pertanyaan penasarannya.

Ravi, apa kekuatanku sekarang sudah digunakan dengan benar? Apa pedang bermata dua akan tetap berbahaya? Jika itu hanya istilah yang kuberikan, bisa saja aku salah. Mungkin bukan pedang bermata dua, melainkan pendekar pedang buta.

Aku memang memiliki pedang tajam, tapi tidak bisa menggunakannya. Jika bisa melihat, mengetahui dan mengerti, mungkin saja kekuatan ini akan membentuk kebahagiaan.

“Oi... Kalian ngapain berdua? Cepet naik”

Hana berteriak dari kejauhan. Aku dan Mia menyusulnya dan segera masuk ke dalam bus.

Banyak bayangan tentang bagaimana hari ini akan berjalan dan bagaimana kelanjutan dari pertemenan kami. Oleh sebab itu, aku memilih untuk mengabaikan hasrat besarku yang menggebu-gebu ini. Ada satu pertanyaan yang sebenarnya ingin sekali aku ucapkan.

Aku tahu aku sudah memutuskan, tapi tetap saja perasaan ini tidak bisa diabaikan.

Jika aku sudah tahu banyak, bukankah tidak ada gunanya untuk bersembunyi? Aku sudah tahu penyakitku, aku sudah tahu apa yang kualami dan aku masih waras dibuatnya. Bukankah ini menjadi bukti kalau aku tidak akan rusak hanya karena ingatan buruk. Bukankah aku yang sudah mengetahu ini menandakan sudah siap menerima kenyataan? Aku bicara pada Ryan seperti itu untuk menunjukkan kalau aku baik-baik saja. Aku tahu aku sakit jiwa, tapi itu hanya masa lalu. Memang ini hanya pendapatku saja, tapi pikiran ini terus lewat di benakku.

Ryan, Apa benar kalau yang kualami itu bukan murni kecelakaan?

 

 

 

END

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Matchmaker's Scenario
1017      540     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
A & O
1512      707     2     
Romance
Kehilangan seseorang secara tiba-tiba, tak terduga, atau perlahan terkikis hingga tidak ada bagian yang tersisa itu sangat menyakitkan. Namun, hari esok tetap menjadi hari yang baru. Dunia belum berakhir. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya dan matahari akan terus bersinar. Tidak apa-apa untuk merasakan sakit hati sebanyak apa pun, karena rasa sakit itu membuat manusia menjadi lebih ma...
Last Voice
990      559     1     
Romance
Saat SD Aslan selalu membully temannya dan gadis bernama Hina yang turut menjadi korban bully aslan.akibat perbuatannya dia membully temannya diapun mulai dijauhi dan bahkan dibully oleh teman-temannya hingga SMP.dia tertekan dan menyesal apa yang telah dia perbuat. Di SMA dia berniat berubah untuk masa depannya menjadi penulis."aku akan berusaha untuk berubah untuk mengejar cita-citaku&quo...
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
Putaran Roda
532      351     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...
Jika Aku Bertahan
11885      2481     58     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
SATU FRASA
14222      2883     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Cute Monster
633      357     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
A Perfect Clues
5570      1553     6     
Mystery
Dalam petualangan mencari ibu kandung mereka, si kembar Chester-Cheryl menemukan sebuah rumah tua beserta sosok unik penghuninya. Dialah Christevan, yang menceritakan utuh kisah ini dari sudut pandangnya sendiri, kecuali part Prelude. Siapa sangka, berbagai kejutan tak terduga menyambut si kembar Cherlone, dan menunggu untuk diungkap Christevan. Termasuk keberadaan dan aksi pasangan kembar yang ...
Cinta Datang Tanpa Menyapa
737      476     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?