“Sya, lo dicariin Bu Rania tadi,” ucap Archie saat Marsya baru saja memasuki kelasnya.
“Ibu itu bilang apa?” tanya Marsya sembari meletakkan tasnya di atas kursinya.
“Kata Ibu itu, kalau lo datang, lo temuin Ibu itu,” jawab Archie.
“Berarti gue harus datengi sekarang?” tanya Marsya.
“Gak, Sya, gak, lo datang lusa aja,” jawab Archie yang sedikit kesal dengan pertanyaan Marsya yang tidak berbobot.
“Temani gue dong, Arch,” pinta Marsya.
“Manja banget lo kayak anak gadis,” ledek Archie sembari beranjak dari kursinya.
“Gue emang anak gadis kali, Arch,” balas Marsya.
“Ya udah, ayo, gue lagi balik nih,” ucap Archie.
Lalu Marsya dan Archie pun berjalan menuju kantor guru.
“Lo tunggu di sini, ya, Arch, jangan ke mana-mana,” pesan Marsya sebelum ia memasuki kantor guru dan Archie menanggapi pesan Marsya dengan sebuah anggukan.
“Pagi, Bu,” sapa Marsya sembari menyalam Bu Rania.
“Pagi, Nak,” balas Bu Rania. “Kamu hari ini bisa pergi gak? Semalam Ibu lupa ngasih tau kamu karena Ibu sibuk ngurusin Nadya.”
Marsya menganggukkan kepalanya. “Dari jam berapa, ya, Bu?”
“Belum tentu, sih, tapi nanti kalau surat izin kamu sudah masuk ke kelas, kamu langsung ke kelas XII IPS 3, ya, jangan lupa bawa tas kamu,” jawab Bu Rania.
“Oke, Bu,” ucap Marsya.
“Ya sudah, kamu bisa balik ke kelas,” ucap Bu Rania.
Marsya pun menganggukkan kepalanya lalu pamit kepada Bu Rania dan berjalan keluar kelas.
“Ibu itu bilang apaan, Sya?” tanya Archie saat ia dan Marsya sedang dalam perjalanan menuju kelas mereka.
“Ibu itu minta gue buat ikut ke acara yang diselenggarakan sama lembaga kemasyarakatan,” jawab Marsya.
“Cuma lo sendiri?” tanya Archie.
Marsya menggelengkan kepalanya. “Ibu itu sebenarnya ngajak anak IPS 3, cuma karena gue penulis artikel, gue diajak sama Ibu itu.”
“Berarti lo gak masuk dong?” tanya Archie.
Marsya menganggukkan kepalanya.
“Marsya!!!” panggil Cindy ketika melihat Marsya dan Archie masuk ke kelas mereka.
“Heboh banget cewek alay,” ucap Archie sembari berjalan ke kursinya.
“Lo kenapa gak bilang kalau hari ini gak masuk sih?” tanya Cindy. “Lo jahat banget biarin gue sendiri menghadapi hari yang berat ini.”
“’Kan ada Archie, Cin,” jawab Marsya sembari duduk di kursinya.
“Gak, gak, gue gak mau sebangku sama Cindy,” tolak Archie.
“Marsya!” panggil Thomas.
“Apaan, Thom?” tanya Marsya dengan sedikit berteriak.
“Lo disuruh ke IPS 3 sekarang,” jawab Thomas dengan volume suara yang besar.
“Selamat menikmati, Cin, gue pergi dulu, ya,” kata Marsya sebelum menyampirkan tas miliknya di bahunya dan beranjak dari kursinya lalu berjalan keluar kelas.
***
Saat ini, Marsya bersama dengan Bu Rania dan juga murid kelas XII IPS 3 sedang berada di ruang yang disediakan oleh panita bagi sekolah yang diundang.
Sebenarnya acara sudah selesai, akan tetapi, Bu Rania memutuskan untuk mengumpulkan murid-muridnya untuk mengevaluasi apa yang sudah mereka dapat selama acara berlangsung. Dan tugas Marsya adalah mencatat hal-hal penting yang diucapkan oleh para murid XII IPS 3 setelah itu Marsya akan membuat artikel berdasarkan apa yang ia catat.
“Baiklah, saya rasa itu saja untuk hari ini,” ucap Bu Rania. “Kalian bisa kembali ke rumah kalian masing-masing, kecuali Marsya dan Kenzo.”
Semua murid XII IPS 3, kecuali Kenzo, beranjak dari kursi mereka masing-masing dan secara bergantian berpamitan dengan Bu Rania sehingga yang tertinggal hanyalah Marsya, Bu Rania, dan Kenzo.
“Saya tahu kalian berdua tidak saling mengenal. Tapi, saya tahu ada potensi di dalam diri kalian yang mungkin sudah kalian ketahui juga. Maka dari itu, saya ingin kalian bekerja sama dalam membuat artikel ini,” kata Bu Rania. “Saya sangat ingin artikel ini dapat dipandang oleh Ibu Kepala Sekolah sehingga kita bisa lebih sering diberikan izin untuk mengikuti acara penting seperti ini.”
“Kenapa harus saya, Bu?” tanya Kenzo.
“Saya tahu kamu punya potensi di sini, Ken. Kamu tidak bisa bohongi saya,” jawab Bu Rania. “Saya sudah menjadi wali kelas kamu selama tiga tahun berturut-turut, tidak mungkin saya tidak mengenal kamu.”
“Artikelnya kapan dikumpul, Bu?” tanya Marsya.
“Kalau bisa besok sudah dapat dimuat di mading utama,” jawab Bu Rania.
“Tapi, Bu, artikel untuk minggu ini sudah ada,” ucap Marsya.
“Saya sudah berdiskusi dengan Fika, kamu tenang saja,” balas Bu Rania. “Ya sudah, kalian saya tinggal, ya? Kalau bisa kalian jangan diskusi di sini, tempatnya mau dibersihin.”
Marsya menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Kenzo.
***
“Lo mau kita ngerjainnya di mana?” tanya Marsya kepada Kenzo setelah mereka berdua sudah berada di luar gedung tempat selenggaranya acara tadi.
Kenzo mengedikkan bahunya. Sebenarnya dia sangat malas untuk bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu, tetapi mengingat ini adalah perintah dari gurunya, Kenzo harus melakukannya.
“’Gimana kalau di warung kopi yang ada di dekat sini?” usul Marsya.
Kenzo menganggukkan kepalanya. Untuk hari ini, Kenzo memberikan perempuan itu membawa dirinya ke mana saja asalkan pekerjaan mereka dengan cepat.
Sesampainya mereka di warung kopi yang dimaksud oleh Marsya, keduanya langsung duduk di tempat yang tersedia dan memesan minuman mereka masing-masing.
“Kita belum kenalan,” ucap Marsya. “Nama gue Marsya.”
“Kenzo,” balas Kenzo dengan singkat walaupun ia sudah tahu bahwa Marsya sudah mengetahui namanya.
“Oh ya, lo coba baca catatan dari gue dulu, biar buat artikelnya gampang,” ucap Marsya sembari mengambil buku catatan kecil dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Kenzo.
Kenzo menerima buku milik Marsya tanpa mengucapkan sepatah katapun dan membukanya. Tanpa Kenzo sengaja, ia membuka halaman yang lain dan di sana tertulis sesuatu yang tidak seharusnya ia baca. Kenzo pun langsung mencari halaman yang tepat sebelum Marsya menyadarinya.
“Kayaknya yang bagian narasumber lo aja yang nulis, biar gue yang nulis bagian awal,” ucap Kenzo setelah ia membaca catatan milik Marsya. “Bagian akhirnya kita diskusikan.”
Marsya menganggukkan kepalanya lalu mengambil buku catatan miliknya yang sudah diletakkan Kenzo di meja yang berada di depan mereka. “Lo nulisnya di handphone, ‘kan?”
Kenzo menganggukkan kepalanya seraya mengambil ponsel dari dalam saku celananya.
“Nanti lo kirim file lo lewat LINE aja, e-mail gue lagi error,” ucap Marsya.
Kenzo pun menyodorkan ponselnya kepada Marsya. “Lo masukin ID LINE lo terus add sendiri.”
Marsya menganggukkan kepalanya lalu melakukan apa yang dikatakan oleh Kenzo dan setelah itu memberikannya kembali kepada Kenzo.