Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sang Penulis
MENU
About Us  

Bel pulang sekolah berbunyi dengan sangat merdu di telinga para pelajar SMA Nusa Satu. Suasana kelas-kelas yang tadinya sepi pun berubah menjadi riuh akibat suara bel yang sangat dirindukan oleh para murid SMA Nusa Satu.

“Baiklah, saya rasa hari ini sampai di sini saja,” kata Bu Sarah yang merupakan guru Biologi di kelas Marsya.

Setelah murid-murid di kelas XII MIPA 5 memberikan hormat kepada Bu Sarah, beliau pun keluar dari kelas itu.

“Cin, lo langsung pulang atau sama Arsen dulu?” tanya Marsya.

“Gue langsung pulang, Sya, Arsen lagi ada urusan katanya. Emangnya kenapa?” tanya Cindy balik.

“Engga ada apa-apa, Cin,” jawab Marsya.

“Gue balik duluan, ya, Sya,” pamit Cindy lalu dia menyampirkan tasnya di bahu kanannya dan kemudian berjalan menjauhi Marsya.

Marsya mengambil ponselnya dari dalam saku roknya, bermaksud untuk mengirimkan pesan kepada Fira dan Lala.

“Marsyaku sayang!” panggil Lala yang sudah berdiri di ambang pintu kelas Marsya dengan Fira di sampingnya.

Marsya pun menoleh ke sumber suara dan mendapati kedua sahabatnya sudah berdiri di ambang pintu kelasnya.

Marsya pun berjalan ke arah mereka tanpa membawa tasnya karena Marsya masih harus menyelesaikan beberapa hal penting terkait pergantian artikel yang ada dan penambahan rubrik yang baru diberitahu Fika tadi pagi.

“Lo berdua bisa bantu gue gak?” tanya Marsya.

“Bantu apaan?” tanya Fira.

“Meriksa mading-mading yang ada di gedung B, C, dan D,” jawab Marsya.

Lala menganggukkan kepalanya. “Sekarang nih?”

“Kalau lo berdua bisa sekarang, ya, sekarang,” jawab Marsya.

“Kita titip tas di kelas lo, ya,” ucap Fira.

Marsya menganggukkan kepalanya lalu Fira dan Lala pun meletakkan tas mereka di dekat tas Marsya.

“Sya, bukannya mading di gedung D udah gak dipakai lagi, ya?” tanya Fira saat mereka sedang dalam perjalanan menuju mading gedung B.

Marsya mengedikkan bahunya pertanda dia tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan Fira. “Setau gue, yang ngelola itu anak kelas sebelas. Jadi, gue gak tau.”

“Gila, gue baru pertama kali baca mading gedung B,” kata Lala saat mereka sudah berada di depan mading gedung B.

Sekadar informasi, gedung SMA Nusa Satu terdiri dari empat gedung, yaitu gedung A, B, C, dan D. Keempat gedung itu membentuk bangun persegi panjang dengan gedung A sebagai gedung utama dan terletak di tengah. Gedung B terletak di kiri, gedung C terletak di sebelah kiri dan berhadapan dengan gedung B, sementara itu gedung D terletak di belakang gedung C. Dan di hadapan gedung A adalah kantin sekolah, perpustakaan, dan musala.

Gedung D sudah lama tidak dipakai oleh pihak sekolah dikarenakan ruangan gedung A, B, dan C sudah cukup untuk menampung seluruh murid SMA Nusa Satu. Terkadang gedung D juga dipakai sebagai ruang rapat organisasi sekolah. Namun beberapa bulan belakangan ini, gedung D tidak lagi dipakai karena adanya cerita mistis yang disebarkan oleh para anggota organisasi sekolah yang pernah mengadakan rapat di gedung D

“Ya, iyalah, kelas lo ‘kan di gedung A, ngapain capek-capek ke gedung B cuma buat baca mading?” tanya Fira.

“Iya, juga, ya?” tanya Lala kepada dirinya sendiri.

“Ini yang ngelola anak kelas berapa?” tanya Fira.

“Kelas sebelas,” jawab Marsya. “Yang ngelola mading di gedung itu sesuai dengan kelas mereka. Gedung A ‘kan isinya kelas dua belas, jadi, ya, kelas dua belas yang ngelola. Kalau gedung B kelas sebelas, dan gedung C kelas sepuluh.”

Fira dan Lala mengangguk-anggukan kepala mereka. Mereka berdua baru tahu kalau yang mengelola mading adalah kelas yang berada di gedung itu.

“Terus yang gedung D kenapa kelas sebelas, Sya?” tanya Lala.

“Itu karena mereka angkatan utama dari tiga angkatan,” jawab Marsya. “Kelas dua belas terlalu sibuk buat ngurus mading itu sementara kelas sepuluh dianggap anak baru gitu, jadi, belum dikasih tanggungjawab bauat ngurus mading gedung D.”

“Mereka ada best Instagram post of the week, ya,” kata Fira. “Ada si Jevan, La.”

“Hah? Mana?” tanya Lala lalu dia berjalan ke arah Fira yang masih memandangi foto yang ada di depannya.

“Jevan famous banget ternyata,” kata Marsya.

Caption-nya kok bagus banget? Gak nyangka gue dia pandai buat caption bijak kayak gitu,” kata Fira.

“Itu yang buat gue,” ucap Lala.

“Serius lo?” tanya Marsya.

Lala menganggukkan kepalanya.

“Menurut lo berdua mading ini perlu penambahan atau pergantian gak?” tanya Marsya.

Lala menggelengkan kepalanya. “Kayaknya mading yang ini udah lengkap, Sya, gak usah ada penambahan, nanti ramai banget.”

Fira menganggukkan kepalanya pertanda dia setuju dengan apa yang diucapkan oleh Lala.

“Oke, kalau gitu kita ke mading gedung C, yuk,” ajak Marsya.

Lalu mereka bertiga pun berjalan menuju mading gedung C.

“Ini kenapa mereka balas-balasan tisam coba?” tanya Fira setelah ia membaca dua kertas yang berisikan tisam, titip salam, dan tisam yang kedua membalas tisam yang pertama.

“Paling buatan mereka,” jawab Marsya.

“Fir, Fir, ada yang nulis nama Archie,” kata Lala setelah ia membaca sebuah tisam yang di dalamnya terdapat nama Archie.

“’Andai saja aku mengenalmu, aku ‘kan menjagamu. Untuk Bang Archie, kukirimkan salammu walau kutahu kau takkan membacanya di mading ini’.” Fira membacakan isi tisam itu.

“Alay banget gila,” komentar Lala.

“Kayaknya itu seharusnya ditempel ke mading gedung A biar dibaca Archie,” kata Marsya.

“Jangan dong, nanti kalau Archie penasaran terus nyari tau dia terus mereka jadi dekat gimana dong?” tanya Fira.

“Gila, Fir, lo lebih alay dari adik kelas ini ternyata,” kata Lala.

“Biarin alay, yang penting dia gak diambil orang,” ucap Fira membela dirinya sendiri.

“Emangnya lo siapanya dia sampai lo gak mau dia diambil orang?” tanya Marsya.

Fira terdiam. “Sya, sumpah, ya, lo jahat banget.”

Marsya tertawa melihat respons dari Fira. Marsya sangat senang melihat Fira sedih jika mengingat ketidakpastian hubungannya dengan Archie.

“Sya, kayaknya yang ini perlunya di koreksi deh, soalnya ‘kan ada beberapa tisam yang seharusnya ditaruh di gedung A atau B karena tujuannya ke kakak kelas,” kata Lala.

Marsya menganggukkan kepalanya. Ia setuju dengan perkataan Lala.

“Penambahan juga perlu, Sya, mereka kurang dekorasi. Konten mereka bagus, cuma mereka masih harus mendekorasi mading supaya banyak yang baca,” tambah Fira.

Marsya memperhatikan mading gedung C untuk yang kedua kalinya dan ia menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh Fira benar adanya, mading gedung C harus diberi hiasan sebagus mungkin.

“Ya udah, kita ke mading gedung D, yuk,” ajak Marsya.

Mereka bertiga pun berjalan menuju gedung D yang terletak di belakang gedung D.

Ada sebuah pagar yang diletakkan di antara gedung A dan gedung C, pagar itu merupakan jalan masuk mereka ke gedung D.

“Di kunci, Sya,” kata Fira setelah ia memeriksa gembok yang ada di pagar itu.

Marsya mengambil kunci pagar yang tadi telah ia minta kepada penjaga sekolah dari saku bajunya. “Gue udah minta kuncinya tadi.”

Marsya pun membuka gembok itu dengan kunci yang baru saja diambilnya.

“Kok madingnya ditutupin koran gini sih?” tanya Lala setelah mereka sampai di depan mading gedung D.

“Kayaknya mading gedung ini emang gak dipakai lagi deh, Sya,” jawab Fira.

“Coba kita buka korannya,” kata Marsya sembari menyobek bagian tengah koran itu karena Marsya tahu bagian pinggir koran itu pasti diberi lem.

Lala dan Fira pun membantu Marsya menyobek koran itu dan tampaklah secarik kertas putih yang berisikan sebuah tulisan.

Tulisan tersebut adalah:

Siapa yang mengira kalau siswa terpintar di sekolahmu bisa menjadi orang terbodoh yang ada di dunia?

Mungkin saja dia terlihat sempurna, mempunyai kecerdasan yang luar biasa, wajah yang rupawan serta memilik senyum manis  yang selalu terlukis di wajahnya.

Tapi, siapa yang tahu kalau dia adalah seorang penipu ulung? Siapa yang tahu kalau dia tidak sempurna yang kita bayangkan? Siapa yang tahu kalau dia akan menjadi orang terbodoh yang ada di dunia?

Tak ada yang tahu sampai orang mencaritahu.Untuk Y, kuharap kau tetap bersabar.

Marsya, Fira, dan Lala saling bertukar pandang setelah mereka membaca tulisan itu.

“Siapa yang kurang kerjaan nulis kayak gini di mading ini?” tanya Fira kepada Marsya.

Marsya menggelengkan kepalanya. Lalu ia mengambil ponselnya, bermaksud untuk bertanya kepada Fika mengenai pengurus mading gedung D.

Marsya Nadhifa: Fik

Marsya Nadhifa: Yang ngurus mading gedung D siapa?

Tak berapa lama kemudian, balasan dari Fika pun muncul.

Fika Anandia: oh ya gue lupa kasih tau

Fika Anandia: mading gedung D gak usah diperiksa lagi

Fika Anandia: gak dipakai lagi soalnya

Marsya Nadhifa: oh gitu

Marsya Nadhifa: makasi fik

Tanpa menunggu balasan dari Fika, Marsya menyimpan ponselnya ke dalam saku roknya.

“Mading ini udah gak dipakai lagi,” kata Marsya.

Fira dan Lala terkejut mendengar perkataan Marsya. Menurut mereka berdua, tulisan yang ada di dalam mading itu masih baru. Dan itu berarti, seharusnya ada murid yang mengurus mading ini dan menempelkan kertas yang berisi tulisan aneh itu.

“Lo gak lagi bercanda, ‘kan?” tanya Lala.

“Gue serius,” jawab Marsya.

“Kunci mading siapa yang pegang?” tanya Fira.

“Fika,” jawab Marsya.

“Gak mungkin Fika yang nulis kayak ginian,” kata Lala.

Marsya dan Fira mengangguk-anggukkan kepala mereka pertanda mereka juga yakin bukan Fika yang menuliskan tulisan aneh itu.

“Coba lo tanya sama Fika siapa yang nyimpan kunci mading ini,” suruh Lala.

Marsya kembali mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Fika.

Marsya Nadhifa: Kuncinya masih ada sama lo?

Fika Anandia: Kuncinya udh ilang sya

Fika Anandia: Makanya gak dipakai lagi

Marsya Nadhifa: Lo serius?

Fika Anandia: Iyaa

Fika Anandia: Emangnya knp sya?

Marsya Nadhifa: Gak ada apa-apa fik

Setelah mengirimkan balasan itu kepada Fika, Marsya langsung menyimpan ponselnya.

“Demi apa, kunci mading ini udah hilang, makanya gak dipakai lagi,” kata Marsya.

“Gue takut gila,” ucap Lala sembari melihat ke sekeliling.

“Kita pergi dari sini, tapi gue foto dulu tulisannya,” ucap Marsya lalu dia membuka fitur kamera di ponselnya.

Belum sempat Marsya mengambil foto tulisan itu, tiba-tiba saja mereka bertiga mendengar suara benda jatuh yang berasal dari salah satu ruangan yang ada di gedung D.

Tanpa saling memberi instruksi satu sama lain, mereka bertiga lari secepat mungkin. Suara itu cukup membuat mereka bertiga berinisiatif untuk pergi dari gedung D.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sebuah Musim Panas di Istanbul
404      291     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Rumah Laut Chronicles
2674      1136     7     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
Just Me [Completed]
29828      3307     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Werewolf Game
558      415     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
Meet You After Wound
264      221     0     
Romance
"Hesa, lihatlah aku juga."
Shades Of Nuance
1607      854     2     
Romance
"seandainya kita diciptakan untuk menjadi satu, pasti suatu saat kita akan bertemu – Putri Zein" "aku selalu teringat tentang pertama kali aku bertemu dengan mu, kau hanya menatapku datar bukan tatapan memuja. Seorang siswi pindahan yang selalu membuatku muak, dengan kelakuan nya yang selalu ikut campur urusan orang lain. – Choi Min Ho" "mata kami saling bertemu, m...
Sherwin
371      250     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
ONE SIDED LOVE
1512      667     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
When I Was Young
9216      1918     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Bullying
570      350     4     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...