Jenazah dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat, dokter sudah memastikan dan mengeluarkan surat kematian untuk kedua jenazah. Amanda duduk membujur kaku menatap kedua jasad terbaring di depannya. Dia membelai Raka dan berharap putranya akan kembali. Lalu berpaling ke jasad suaminya berharap dia akan bangun dan mengusap air matanya. Amanda mencoba untuk menenangkan diri walaupun air mata masih terus mengalir deras. Dua jasad tertutup kain putih berjejer di depannya. Hati mana yang sanggup menangani situasi ini, suami dan anaknya meregang nyawa tepat di depan matanya.
Papa dan mama Amanda sampai lebih dulu ke rumah sakit . Mama mempercepat langkahnya menghampiri Amanda. Ibu tua itu memeluk putrinya yang duduk terpaku menghadapi duka ini sendirian. Amanda hanya terdiam menyambut pelukan mamanya. Abah , umi dan Sinta juga terlihat memasuki IGD . Tangisan pun pecah , mereka bergantian memeluk Amanda. Apalagi yang bisa dilakukan , hanya tangisan yang dapat mengekspresikan sebuah kesedihan. Apapun yang akan dilakukan tidak ada yang dapat membawa orang mati untuk kembali.
Prosesi pemakaman dilangsungkan sore hari di hari yang sama. Suasana haru dan penuh tangis mewarnai sore yang kelam ini. Puluhan santri ikut menghantar ke pemakaman, ratusan orang datang untuk memberikan ucapan bela sungkawa. Keluarga mencoba sabar dan tawakal , menerima semua takdir dari Sang Maha Kuasa.
Malam setelah isya dilaksanakan tahlil dan akan berlangsung selama 7 hari. Tahlil dipimpin langsung oleh Kyai Hasan Guru Besar pondok pesantren. Puluhan santri juga ikut memadati rumah Amanda untuk mengikuti tahlil. Beberapa teman dari rumah sakit tempat Amanda bekerja juga telihat disana, saudara – saudara dari Jawa juga sudah datang. Rumah penuh sesak oleh orang – orang yang ingin mengirim doa untuk kedua almarhum. Sebagian orang mencoba memberikan kekuatan bagi Amanda agar kuat menerima cobaan ini.
Amanda duduk bersandar pada tembok dengan tatapan kosong. Dia tahu banyak sekali orang yang mencoba bersalaman dengan dirinya, tapi tidak satupun dari kata – kata mereka yang dia mengerti. Yang dia tahu hanya kegelapan yang terlihat jelas di matanya, kesepian, dan kekosongan. Amanda beberapa kali tampak memegang dadanya yang terasa sesak, selalu saja sesak setiap dia mengingat kejadiaan nahas tersebut.
Semua keluarga menginap di rumah Amanda . Berusaha untuk mengurangi beban dan memberi hiburan untuk Amanda. Sinta juga ada disana untuk menemani. Tapi Amanda tidak membutuhkan teman saat ini, dia hanya ingin sendiri. Amanda belum bisa menerima kenyataan pahit ini, dia butuh seseorang yang dapat menjelaskan takdir ini. Bukan orang – orang yang hanya bisa memberikan kata – kata ketabahan, tapi dia mulai mempertanyakan keadilan ALLAH .
Amanda tidak mau pindah ke kamar lain, dia ingin tetap menempati kamarnya sendiri. Amanda tidak pernah tidur tiap malam, dia terus menangis sambil memandang album kenangan suami dan putranya. Papa, mama , umi dan Sinta bergantian masuk untuk menenangkan Amanda. Tapi Amanda terlalu larut dalam duka yang begitu dalam. Mereka sadar duka ini memang terlalu dalam dan hanya waktu yang bisa menyembuhkannya.
Ini hari ke 7 kematian almarhum, dilaksanakan tahlil dan khataman Qur’an. Para santri sudah membaca ayat – ayat yang membuat hati Amanda sedikit tenang. Amanda terlihat kurus , lemah dan sayu. Dan dia sempat sedikit tersenyum saat membayangkan suaminya pasti senang karena banyak sekali orang – orang yang mendoakannya disini. Banyak sekali orang – orang yang menghantarkan di pemakamannya, banyak orang yang mencintai dirinya dan peduli padanya. Amanda kembali berurai air mata sampai acara selesai.
Seperti biasa, malam ini Amanda tidak dapat tidur. Dia masih terbayang – terbayangi oleh mobil yang terpental dan terguling – guling, kata – kata terakhir Raka saat mati dalam pangkuannya dan berlumuran darah, mayat suaminya yang dikeluarkan dari mobil dalam keadaan tidak bernyawa.
“ Ooohhhhh .... kenapa , kenapa !!!!” Amanda menarik – narik rambutnya dan menangis terisak – isak. Amanda berpikir kebahagian keluarganya baru saja dimulai, dia mempunyai keluarga yang sangat sempurna, dia mempunyai suami sholeh, dia mendidik anaknya dengan baik, tapi kenapa ALLAH mengambil semua darinya. Semua kebahagiaan itu hilang dan berganti lubang yang sangat dalam di hatinya. Lubang yang tidak akan pernah tertutup bahkan akan semakin terbuka lebar.
Kali Amanda sudah tidak sanggup menahan deritanya, dia ingin seseorang untuk menemaninya. Dia mencari Sinta yang tidur di kamar Raka bersebelahan dengan kamarnya.
Jam menunjukkan pk. O1.10, Amanda membuka pintu dan masuk ke kamar Raka. Dia melihat Sinta dan Umi tidur disana . Sinta tertidur dengan memeluk robot Bumblebee milik Raka yang dia berikan saat Raka selesai menghafal surat An Naba. Amanda memandangi robot itu dan mengenang saat Raka menghafal dan memamerkan beberapa surat. Betapa lucunya bibir Raka melafalkan dengan sedikit cedal.
Membayangkan tentang ini , tiba – tiba Amanda merasakan sesak di dadanya lagi. Dia meremas dadanya , sesak ini disertai nyeri yang hebat. Amanda berjalan tertatih memasuki kamar, lalu duduk di kursi disamping meja belajar Raka. Dia menghirup nafas perlahan dan mengatur pernafasannya. Keringat dingin keluar membasahi keningnya. Amanda memandang sekeliling kamar mencari segelas air. Lalu dia memandang menelusuri meja didepannya berharap Sinta atau Umi meletakkan air. Tapi tidak ada air disitu.
Pandangan Amanda malah terhenti pada sebuah plastik kecil yang diletakkan di sudut meja belajar. Dia mengambil plastik itu dan penasaran dengan isinya.
Terdapat 10 butir obat di dalam plastik, Amanda mengerutkan dahi mencoba berpikir siapa yang sakit disini. Apakah Umi ? atau Sinta ?. Kemudian dia membaca dan mengamati obat yang dia pegang. Ya, itu adalah obat tidur yang sengaja dibeli Sinta untuk diminumkan ke Amanda. Dia merasa iba dengan sahabatnya yang sama sekali belum beristirahat selama 7 hari setelah kematian. Mungkin obat itu akan membantu beristirahat untuk sejenak.
Amanda mulai memikirkan hal lain, dia mengambil obat tidur tersebut lalu kembali ke kamarnya. Entah apa yang ada dipikirkan, Amanda meminum semua obat tidur tersebut. Amanda cepat – cepat meminumnya sebelum ada orang yang memergoki, dan ada beberapa obat yang jatuh dan tercecer di lantai. Amanda tidak memperdulikan apapun, yang dia tahu adalah rasa sakit ini tidak akan terobati.
Adzan subuh berkumandang , Abah , umi dan Sinta sholat berjamaah dirumah. Awalnya Umi ingin membangunkan Amanda dan mengajak berjamaah sholat, tapi Umi mengurungkan niatnya. Baru selesai sholat subuh Umi memberanikan diri mengetuk pintu dan masuk ke kamar Amanda
“ Astagfirullahaladzim, Ya ALLAH ... astagfirullah , abahhh , Sintaaa “ teriak Umi dari dalam kamar.
Sontak Abah dan Sinta berlari menyusul. Alangkah terkejutnya , mereka melihat Amanda tergeletak di lantai dengan memegang foto keluarganya. Umi berusaha menepuk – nepuk membangunkan , tapi Amanda tidak bergerak sedikitpun. Sinta mendekat dan mengecek keadaan Amanda. Tubuhnya dingin, wajah pucat, mulutnya penuh bercak putih yang mengering sehingga membuat Sinta curiga kalau Amanda habis meminum sesuatu. Dan untung saja nadinya masih ada walaupun lemah. Sinta meminta abah menggendong Amanda ke mobil untuk segera dibawa ke rumah sakit. Saat hendak keluar kamar tanpa sengaja Sinta menginjak sesuatu yang tercecer di lantai. Sinta pun tambah terkejut saat tahu bahwa itu adalah obat tidur yang sengaja dia beli.
“ Bodohh ..” sinta mengumpat untuk dirinya sendiri dan untuk Amanda. Bagaimana bisa dia berpikir untuk bunuh diri dan menyerah pada keadaan seperti ini.
Amanda langsung mendapat penanganan di IGD . Dokter mengatakan bahwa pasien mengalami over dosis obat dan shock, ritme jantung juga tidak stabil, untung saja pasien belum terlambat dibawa ke rumah sakit. Sehingga masih dapat dilakukan penanganan , tapi efek sedatif ( tidur) dari obat masih tersisa. Dokter meminta keluarga menunggu sampai pasien sadar. Setelah sadar akan dilakukan cek jantung dan cek kadar obat dalam darah kembali.
Selang beberapa jam Amanda mulai membuka mata, dia merasa pusing dan mual. Dia memandang ruangan di sekeliling nya yang tampak asing. Dia menatap satu per satu orang di dalam ruangan itu, papa , mama , abah , umi dan juga Sinta. Mereka berkumpul dengan mata sembab menatap mengarah ke dirinya.
“ Ada apa ini ?” tanya Amanda tampak bingung
“ Kamu baik – baik saja Nak ?” tanya mama yang duduk disebelah ranjang Amanda, menangis dan menggenggam tangan dan mengelus – elus rambutnya dengan kekhawatiran
“ Pusing “ jawab Amanda sedikit lemas. Amanda menatap tangannya yang menggantung selang infus. Dia mulai meruntutkan kejadian apa yang terjadi padanya semalam. Ah , dia mulai teringat. “ tapi kenapa aku masih hidup ?” tanya Amanda pada dirinya sendiri
Dan belum ada satu orangpun di ruangan itu yang menanyakan kejadian ini padanya.
Tapi tiba – tiba “ PLAKKK “ Sinta sudah tidak dapat menahan amarahnya lalu berjalan ke arah Amanda dan menamparnya dengan keras
Semua orang kaget dengan perilaku Sinta. Dan Mama mendorong Sinta untuk menjauh dari putrinya. Amanda hanya terdiam, dia tahu akan kesalahannya
“ Kenapa ? apa yang coba kamu lakukan ? kamu pikir bunuh diri dan mati akan membuatmu bahagia. Kenapa ? Jawabbbb !!” Sinta terlampau emosi dan berbicara keras kepada Amanda.
“ Ya .... aku memang pingin mati “ jawab Amanda tegas membalas tatapan Sinta
“ kamu pikir setelah mati kamu akan bertemu dengan suami dan anakmu . kamu pikir mas Zain akan senang melihatmu bunuh diri dan mati konyol , kamu pikir Raka akan bangga mempunyai ibu yang mati bunuh diri . kamu pikir dengan bunuh diri kamu akan bisa masuk surga ??” Sinta memaksa Amanda untuk memberi satu alasan masuk akal akan tindakan gegabahnya
“ Lalu apa yang harus aku lakukan. Aku seperti tidak bernyawa, aku seperti mayat hidup juga, hidupku sudah berakhir, hidupku hancur, apa yang DIA inginkan. DIA memberikan suami untukku disaat aku tidak meminta, DIA memberikan seorang anak disaat aku belum menginginkan, DIA memberikan keluarga yang sangat sempurna disaat aku tidak pernah membayangkan berumah tangga sebelumnya. DIA yang memberikan kehidupan ini disaat aku belum menginginkannya. Lalu apa yang terjadi sekarang, DIA mengambil semuanya ... semuanya. Siapa yang harus aku salahkan ?? pantaskah kalo aku menyalahkan DIA ?? “ air mata kembali menetes dari mata dua sahabat itu.
Lalu Sinta mendekat dan duduk di sebelah Amanda. Dia memegang wajah sahabatnya dan menghadapkan ke tatapannya
“ Kamu bilang DIA yang memberikannya untukmu kan? DIA adalah ALLAH , pemilik dari semua yang kamu miliki. DIA berhak mengambil miliknya kapan saja DIA mau ... dan kita hanya bisa bertawakal untuk itu. kita hanya perlu percaya bahwa semua keputusanNYA adalah yang terbaik untuk kita. Mati bunuh diri bukanlah cara yang disenangi ALLAH bahkan akan ditolak oleh pintu surga manapun. Apa bisa kamu bertemu keluargamu jika kamu tahu kalau tempat mereka sudah pasti di surga ? Apa kamu tidak berpikir kalo mas Zain juga akan menerima hukuman karena tidak dapat mendidik keimanan istrinya dengan benar ? “ Sinta menatap lekat sahabatnya yang berurai air mata
“ Ini terlalu singkat “ kata Amanda lirih, dia menangkupkan tangan menutupi wajahnya
Sinta memeluk erat Amanda “ mas Zain adalah kakakku, Raka adalah keponakanku. Aku juga merasakan sakit kehilangan .. jika kamu merasa terlalu berat, bagikan derita itu padaku juga. Jangan kamu simpan sendiri, itulah guna keluarga. Aku akan selalu jadi teman , sahabat, dan adik buat kamu. Kita hanya perlu melanjutkan hidup dengan baik sehingga mereka tidak akan merasakan kepedihan juga karena meninggalkanmu sendiri disini “
Tangisan pecah diantara kedua sahabat itu. mereka berpelukan erat .
Terima kasih untuk like dan coment.nya mb. Dede_pratiwi
Comment on chapter aku