Amanda mendekap kerudung itu di dadanya, dia berpikir bagaimana Zain bisa tau apa yang sebenarnya ia harapkan. Padahal dia sama sekali tidak pernah bercerita ke Sinta mengenai teka – teki yang dia berikan. Amanda mengernyitkan dahi, memikirkan bagaimana mungkin Zain tau ... atau mungkin ini hanya kebetulan saja ?
Lalu tanpa sengaja Amanda menjatuhkan kotak merah tersebut, selembar kertas ikut berlari keluar dari dalam kotak. Rupanya Zain meletakkan sebuah surat di dalamnya. Amanda memungut kertas tersebut, memposisikan diri duduk di pinggir kasur , dan mulai membaca surat.
“ Aku tidak tahu apa yang akan kubawakan untukmu, dan entah kenapa sepertinya aku harus mendapatkan kunci untuk mendapatkan jawabanmu. Kamu bukan tipikal gadis yang materialistis ataupun konsumtif, jadi pertama kali yang aku pikirkan adalah kamu tidak akan memintaku untuk membawakan barang – barang mewah atau apalah sejenisnya. Dan aku cukup paham kalo ini pasti teka – teki yang harus aku pecahkan.”
Amanda berhenti membaca dan tersenyum sejenak, dia berpikir mungkin dia sudah berhasil membuat Zain sedikit kerepotan untuk ini. Lalu amanda mulai malanjutkan membaca
“ Maaf karena aku hanya dapat memikirkan kerudung ini, karena hidayah hijab inilah yang dapat membuka mata dan mengukuhkan hatiku untuk segera meminangmu. Hanya ini yang dapat aku pikirkan untuk memecahkan teka – tekimu , hijab inilah yang mengawali dan meyakini bahwa kau adalah pilihanku dan insyaallah jodoh yang dikirimkan ALLAH untukku. Terlepas dari apa jawabanmu , aku berharap kau terus mengenakan hijab dan jangan pernah kau tanggalkan. Sungguh kau terlihat lebih anggun dengan hijab yang menutup auratmu”
Pertanyaan Amanda mulai terjawab melalui surat itu, lalu dia bersiap untuk keluar kamar.
Papa dan Mama Amanda masih mengobrol dengan Zain, sepertinya suasana di ruang tamu sudah mencair. Tidak sekaku saat Zain datang, papa juga sudah bisa tertawa menceritakan tentang klien – kliennya kepada Zain. Sesekali justru Mama yang memotong pembicaraan untuk menanyakan aktifitas Zain sehari – hari.
Amanda berjalan memasuki ruang tamu , dia menghampiri mamanya . Amanda mencium tangan mama dan papa lalu berpamitan, rupanya dia mendapat telpon dari rumah sakit untuk mengisi shift temannya yang ijin karena sakit. Papa dan mama memberikan ijin dan tidak menanyakan apapun. Disini Zain yang mulai bingung , kenapa Amanda tidak menanggapi atau berhenti menemuinya terlebih dahulu. Zain menatap Amanda yang berjalan berlalu melewatinya begitu saja tanpa sepatah kata. Amanda pergi dan memacu motor maticnya tanpa menoleh kearah Zain.
Dan ini terasa aneh , Amanda pergi dengan mengenakan hijab yang dibawa Zain untuknya. Ditambah papa dan mama Amanda tidak mencegah Amanda untuk duduk sebentar membicarakan masalah pinangannya. Ada apa ini sebenarnya ?
“ Ada apa nak Zain ?” tanya papa yang melihat Zain bingung dengan tindakan Amanda
“ Amanda kemana pak ?” Zain bertanya dengan sedikit ragu
“ Oh ... dia ke rumah sakit . disuruh gantiin temannya yang ijin sakit mendadak. Pasiennya banyak , jadi kepala perawat memintanya untuk masuk menggantikan dulu.” Papa menjelaskan sambil mengamati ekspresi Zain yang tampak tambah bingung
Mama Amanda menatap Zain , dan akan menyampaikan inti dari pertemuan ini
“ Baru tadi pagi Amanda cerita ke mama, dia bilang kalo hari ini ada seorang laki – laki datang bertamu. Dia juga bilang ... jika laki – laki itu bernama Zainal Ahmad Mustafa, jika laki – laki itu datang meminta ijin taaruf ... Amanda meminta mama untuk menyampaikan jawabannya.” Mama menatap kosong ke depan dengan berurai air mata, lalu melanjutkan percakapan
“ Amanda meyakinkan mama dan papa kalo dia bersedia menanggung semua resiko dari pilihannya ini, Amanda meyakinkan mama dan papa untuk hidup yang akan dia tempuh. Mama melihat cahaya kebahagiaan di matanya, mama melihat sesuatu menggebu – gebu yang terlihat jelas di matanya, mama melihat sesuatu yang memang sudah dia nantikan sejak lama. Mama tidak bisa menahannya walau sebenarnya mama ingin mengundurnya “ suara mama bergetar menahan air mata yang penuh bertumpuk
“ Dia menjawab Ya .... dia menerima pinanganmu dan mau taaruf denganmu” mama terlihat lebih tegar mengucapkan kata – katanya kali ini.
Zain menangkupkan tangan ke wajahnya , dia bersyukur, amat sangat bersyukur. Setelah semua kebingungan yang diberikan Amanda ... akhirnya Zain mendapat jawaban yang dia inginkan. Air mata juga mulai berlinang juga dari mata Zain , air mata kebahagiaan, kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan apapun. Bibirnya terus mengucap syukur atas kebahagiaan ini.
Papa Amanda melanjutkan perbincangan , dia ingin Zain mengucapkan banyak janji untuk selalu menjaga , mencintai , menafkahi, tidak menyakiti, dan memperlakukan putrinya dengan baik. Tentu saja Zain mengucap semua janji itu dengan lantang dan optimis. Papa juga meminta selang 1 minggu setelah ini Zain datang bersama orang tua nya dan menentukan prosesi taaruf yang akan dilaksanakan.
Sesampai dirumah , Zain tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan. Abah, umi dan Sinta ikut senang untuknya. Akhir dari kisah cinta yang manis , memang tidak terlalu banyak kisah cinta yang terukir disini , kisah terukir hanya dihati masing – masing dan tidak akan ada satu orang pun yang mengerti. Cinta yang menyertakan ALLAH ikut andil di dalamnya, dan ALLAH juga yang akan menyatukan mereka dalam sebuah bahtera rumah tangga.
Waktu 1 minggu sudah lewat, rumah Amanda terlihat penuh sesak oleh saudara – saudara yang datang sesuai undangan dari mama. Mereka ingin ikut menyaksikan momen bahagia Amanda . Ada pakde bude , pak lik bu lik , keponakan ... hari ini rumah penuh logat jawa yang Amanda sendiri tidak begitu mengerti semua obrolan mereka. Amanda senang sodara – sodaranya ikut berbahagia besamanya. Walaupun ini baru menerima pinangan secara resmi dari keluarga laki – laki.
Mama dibantu bude dan bu lik menyiapkan banyak makanan dan berbagai menu. Ini akan menjadi makan besar untuk menyambut penyatuan 2 keluarga. Sekali lagi Amanda merasa senang, banyak orang yang mendukung keputusannya tanpa meragukan dirinya ataupun Zain.
Akhirnya yang ditunggu – tunggu datang, Zain datang bersama keluarganya dengan membawa barang bermacam – macam. Pertemuan langsung dimulai, para orang tua membicarakan hal – hal yang serius untuk acara prosesi. Amanda dan Zain hanya menjadi pendengar saja. Sinta mendekat duduk disebelah Amanda, seolah – olah memang sudah dari lama dia masuk dalam keluarga Amanda. Dan ALLAH mengijinkan kalau mereka akan menjadi keluarga yang sebenarnya.
Hari, tanggal dan jam sudah ditetapkan, acara selanjutnya adalah makan siang. Mama mempersilahkan semua tamu dan keluarga untuk makan . Mama sudah menyiapkan karpet panjang untuk makan dibawah, agar terlihat lebih erat dan santai. Padahal mama dan umi memang sudah saling mengenal , bahkan kadang ikut pengajian bareng.
Tiba – tiba umi teringat kalo ada barang yang masih tertinggal di dalam mobil. Umi meminta Zain untuk mengambilnya dan meletakkannya di ruang belakang.
Zain berjalan menuju ruang yang disebutkan umi, tidak sengaja dia malah melihat Amanda yang menyendiri di taman belakang rumah. Taman itu terlihat simple dan asri dengan tanaman – tanaman hijau.
Ada sesuatu yang menarik Zain untuk mendekati Amanda, dan dia berpikir sepertinya memang harus ada yang disampaikan setelah Amanda memberikan kebahagiaan untuknya. Dan Zain memutuskan mendekat ke arah Amanda yang berdiri sendiri di taman.
“ Lagi ngapain , kok malah disini sendirian?” Zain berdiri disebelah Amanda dengan tatapan lurus ke tanaman – tanaman di depannya
“ Ah ... ngangetin aja kamu mas” Amanda meloncat kaget. Dan Zain tertawa kecil melihatnya
“ Aku mau ngucapin terima kasih, terima kasih sudah menghadirkan kebahagiaan ini untukku. Dan aku sudah mengucap sederet janji ke papa untukmu. Insyaallah .. aku akan menepati semua janji itu. aku ingin hidup denganmu . “ perkataan Zain membuat Amanda dag dig dug tidak karuan. Tapi dia juga masih punya pertanyaan yang dia pikirkan sedari tadi
“ mas Zain , gimana kalo aku tidak bisa menjadi istri seperti yang kamu harapkan ?” amanda menatap ke Zain disebelahnya
“ Memangnya istri seperti apa yang aku harapan. Aku sudah memilihmu , berarti kamu sesuai harapanku. Aku hanya ingin hidup bahagia denganmu, aku hanya ingin kamu disampingku dan menjadi ibu dari anak – anakku. Jika kamu ingin berubah menjadi lebih baik, berubahlah karena ALLAH ... aku tidak akan memaksakan apapun kepadamu. Dan aku siap membimbingmu, karena aku suamimu.” Kali ini pertama kalinya Zain menatap mata Amanda, menatap calon istrinya , dia berkata penuh keyakinan.
“ Ok , kita nikah.” Amanda bergegas pergi dan bergabung dengan keluarga yang lain. Dia tidak bisa berlama – lama bersama Zain , jantungnya sudah bergejolak ingin meloncat keluar. Tatapan Zain membuatnya meleleh.
Persiapan prosesi mulai dilakukan .Mama dibantu oleh sodara mempersiapkan semuanya sendiri. Amanda dibantu Sinta untuk memilih kebaya pengantin. Amanda memilih kebaya putih panjang , dengan aksen minimalis yang cocok untuk menggambarkan kepribadiannya. Ijab qabul akan dilaksanakan di rumah , dipimpin oleh Kyai Hasan Guru Besar pondok pesantren tempat Zain mengajar. Amanda meminta acara yang sederhana hanya mengundang teman dekat dan kerabat. Dia tidak suka sesuatu yang terlalu mewah walaupun mama memaksa untuk menyewa Wedding Organizer.
Hari pernikahanpun tiba ... rumah Amanda dihias dengan dekor serba putih , meja – meja prasmanan sudah ditata dengan rapi. Para tamu undangan sudah memenuhi kursi – kursi yang disiapkan. Teman – teman dari rumah sakit juga banyak yang datang untuk menyaksikan babak baru dalam kehidupan sahabatnya ini.
Kyai Hasan sudah menempati meja ijab Qabul , papa Amanda dan Zain juga sudah bersiap diikuti saksi nikah. Amanda menunggu didalam kamar ditemani Sinta, dan akan keluar setelah ijab Qabul selesai diucapkan. Prosesi ijab Qobul dimulai, Zain mengucap ijab Qabul dengan lancar dalam bahasa arab .
Amanda terlihat sudah keluar berjalan, Sinta menggandeng menemani di sebelahnya. Suasana berubah menjadi haru dan penuh tangis kebahagiaan melihat Amanda yang anggun dalam balutan kebaya putih. Mama Amanda menangis dan mencium pipi Umi seperti menandakan penyerahan putrinya ke putra Umi. Acara berjalan hikmat dan tidak ada hambatan, semua melebur dalam kebagiaan untuk Amanda dan Zain.
Terima kasih untuk like dan coment.nya mb. Dede_pratiwi
Comment on chapter aku