Howling Mountain, Luna
Goa ???, Sore Hari
Matahari mulai terbenam, dan bulan mulai tampak jelas di cakrawala, Vain dan Gorla sekarang di hadapi masalah yang lebih besar lagi, sebuah pemandangan yang membuat cakrawala menjadi lebih berwarna.
“ Bagaimana bisa desa terbakar!!! “ Vain hanya bisa terkejut melihat kobaran api yang sangat besar di desa.
“ Kita harus bergegas!!! “ Gorla berteriak, sembari mengepalkan kedua tanganya sangat kuat.
“ Apa yang sedang kalian lakukan? “ Bright yang tiba – tiba saja keluar dari dalam goa tampak kebingungan melihat mereka berdua.
Gorla pun tanpa berfikir panjang lansung berlari menuruni gunung, Vain pun berusaha menghentikan Gorla, namun Gorla tetap pergi tanpa menghiraukan Vain.
“ Tunggu Gorila!! “ Vain berteriak memanggil Gorla yang sudah berlari jauh.
“ Dasar, dia tidak pernah menggunakan otaknya. “ Vain kesal sendiri
“ Memangnya apa yang terjadi? “ Bright bingung dan bertanya.
“ Penjelasanya nanti saja, kita harus cepat menyusul Gorla, apa kamu kuat berlari?, jaraknya lumayan jauh dari tempat ini “ Vain bersiap menyusul gorla.
“ Baiklah “ Bright hanya mengangguk setuju.
Vain dan Bright berlari menuruni Howling Mountain menyusul Gorla, selama perjalanan kembali Vain melihat ada yang aneh, penjaga ataupun penduduk desa Zelt se akan tidak merasakan kejadian apa – apa. Sesampainya Vain dan Bright di Howling Forest matahari pun sudah lama terbenam dan langit sudah gelap, api yang tadinya merubah warna langit menjadi merah terang kini sudah tidak terlihat lagi.
Sesampainya Vain dan Bright di desa Quel, mereka melihat sebuah desa yang telah hangus terbakar, hanya bau hangus yang tercium dan semua sudah menjadi arang, Vain di ikuti Bright berlari ke arah rumah Gorla, namun apa yang di lihat Vain tinggal serpihan kayu – kayu yang hangus terbakar, Vain melihat Gorla berdiri terdiam.
“ Gorla! “ Vain memanggil
“ … “ Gorla tidak berbicara sedikitpun dan hanya diam.
“ Gorla apa yang terjadi “ Vain terus memanggil Gorla.
“ … Mama … “ Gorla menundukan kepalanya
“ Gorla … “ Vain hanya bisa termenung melihat keadaan Gorla.
Gorla yang sedang memegang kedua kapak nya tiba – tiba saja berbalik arah dan mulai mengangkat senjatanya, Vain yang melihat Gorla tampak terkejut karena ada hal aneh yang menyelimuti wajahnya.
“ Mati … Mati. … kalian semua harus MATI! “ Gorla mulai bertingkah aneh
“ HAHAHA! “ Gorla mulai tertawa jahat.
“ Waspadalah, aku merasakan mana sihir jahat “ Bright memberitahukan Vain yang ada di depannya.
Pertarungan antara kedua orang yang sudah menjadi sahabat itupun dimulai. Gorla tanpa berbicara sepatah katapun lansung menyerang ke arah Vain, Vain yang hanya bisa dalam posisi bertahan berusaha menghindari serangan Gorla, Gorla melakukan serangan bertubi – tubi dengan kedua kapaknya, sedangkan Vain hanya bisa menangkis nya dengan tameng dan pedangnya.
“ Gorla sadarlah! “ Vain berteriak mencoba menyadarkan Gorla, namun tidak ada respon sedikit pun dari Gorla.
“ Tidak ada gunanya dia telah di kuasai mana jahat “ Bright mencoba memberitahukan Vain dari kejauhan.
“ ( Mana!? ) tidak ada pilihan lain “ ekspresi muka Vain pun tiba – tiba berubah menjadi serius dan dingin.
Vain sedari tadi menghindari dan menangkis serangan Gorla kini berbalik menyerang. Vain melihat banyak celah untuk mengalahkan Gorla, namun Vain berusaha untuk tidak memberikan luka fatal, Vain berlari ke arah Gorla dengan meletakan tangan kirinya yang memegang Buckler di depan muka, Gorla pun mengayunkan kedua kapaknya secara bersamaan dari belakang kepalanya kea rah depan dan menghantam Buckler Vain sangat keras, Vain pun tertahan serangan Gorla yang menghentikan laju larinya, melihat Gorla penuh celah Vain lansung menjatuhkan pedang di tangan kanannya dan mengepalkan tanganya, Vain memukul Gorla sangat keras dan telak di wajhnya, akibat serangan ini gorla sedikit terdorong ke belakang tapi tidak terjatuh, Vain pun melanjutkan seranganya dengan mendorong Buckler nya dan menabrakanya kea rah wajah Gorla, Gorla pun terpental terjatuh. Tanpa di sadari Bright tiba – tiba saja berlari ke arah Gorla yang terjatuh dan memukul kepalanya dengan sebuah tongkat, hal ini membuat Gorla kehilangan kesadaran dirinya.
“ Hahh … Hahh … apa yang terjadi!? “ Vain kehabisan nafas terlalu lelah, dan kemudian dia jatuh duduk.
“ Ehh … aku hanya memukulnya “ Bright dengan polosnya menjawab.
Setelah beberapa saat Vain duduk mengambil nafas, Vain menyeret Gorla yang berbadan besar, Vain yang di temani Bright terus menarik tangan Gorla menyeretnya hingga masuk Howling Forest, sesampainya di dekat air terjun Vain meletakan Gorla dan mencari cara untuk membuat api unggun.
“ Sukurlah kita tidak melihat monster berkeliaran di tempat ini “ Vain merasa lega dan merasa aman
“ Tapi bagaimana caranya membuat api unggun? “ Vain bingung sendiri.
“ Api? Sepertinya aku bisa menggunakan beberapa sihir “ Bright menghampiri Vain dan berbicara dengan tersenyum.
“ Kalau begitu aku coba cari beberapa kayu “ Vain pun pergi kedalam hutan mencari beberapa kayu.
Beberapa saat kemudian Vain dan Bright berhasil membuat api unggun, Vain yang meletakan Gorla di dekat api unggun, dan mereka duduk di dekatnya. Vain bercerita tentang apa yang terjadi kepada Bright menjelaskan kejadian kenapa dia bisa menemukan Bright dan kenapa desa Quel terbakar.
“ Tapi kemana perginya semua penduduk desa? “ Bright yang duduk dan merapatkan kedua lutunya bertanya.
“ Aku tidak tahu, tidak ada satupun petunjuk, Gorla yang sampai ke sini duluan pun tiba – tiba berubah seperti itu, pasti ada seseorang yang melakukanya “ Vain menjawab.
“ Oh! … aku lupa, sebenarnya kamu itu siapa? “ Vain yang teringat akan seseorang yang mirip dengan Bright mulai penasaran dengannya.
“ Aku Bright tapi nama belakangku aku lupa, umurku 14 tahun, dan terakhir kali aku ingat aku berada di sebuah tempat yang megah, tapi setelahnya aku lupa apa yang terjadi “ Bright bercerita dengan raut muka bingung.
“ ( 14 tahun tapi aku 19 tahun, syukurlah tidak ada polisi di sini ) tapi badanmu tidak menunjukan umur 14 tahun? “ Vain mulai senyum – senyum sendiri.
“ apa maksudmu!, aku hanya belum berkembang saja hmph! “ Bright sedikit kesal dengan perkataan Vain.
Tidak lama mereka berbincang – bincang Gorla pun mulai sadar dan terbangun.
“ Aduh … duh … “ Gorla terbangun dan memegang kepalanya.
“ !!! “ Vain terkejut melihatnya dan segera memeriksa kondisinya.
“ apa yang terjadi … “ Gorla tampak bingung.
“ !!! MAMA! “ Gorla terbangun dari posisi tidur dan berusaha berdiri.
“ Tunggu jangan di paksakan “ Vain berusaha mencegah Gorla dan membantunya duduk.
“ Ceritakan dahulu apa yang terjadi, ketika kamu sampai di desa “ Vain bertanya.
“ Aku sedang mengejar seseorang, tapi setelahnya aku tidak dapat mengingat apa – apa “ Gorla sambil memegang kepalanya menjawab.
“ Istirahat saja dulu besok kita lanjutkan tentang ini, waktu pun sudah sangat malam “ Vain mencoba membaringkan Gorla.
Gorla pun tertidur karena kelelahan, dan Vain yang melihat Bright dan Gorla tertidur merasa bingung.
“ … “
“ … “
“ … “
“ Sebenarnya apa yang sedang terjadi di dunia ini “ Vain merasa bingung dan berbicara sendiri.
“ Memang benar disini lebih berbeda, tapi kalau begini terus sangat berbahaya, hampir mati karena ular saja sangat menyeramkan, sekarang apalagi “ Vain terus mengoceh dan kesal sendiri
“ Apa yang aku lakukan “ Vain berdiri dan mendekati air terjun.
“ Seharusnya aku mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini “ Vain mulai mengambil batu dan melemparnya ke air.
“ Tapi kebakaran sebesar ini kenapa desa sebelah ataupun seluruh wilayah ini tidak ada yang mengetahui “ Vain mengambil batu lagi dan mulai melemparnya ke air.
“ Desa sebelah … desa Zelt! … sepertinya ada yang aneh disana “ Vain berhenti melempar batu dan kembali ke api unggun untuk istirahat.
Vain, Gorla, dan kini Bright, masing – masing memiliki takdir yang berbeda namun waktu dan masa depan mereka berada pada jalur yang sama. Tidak beberapa lama memandangi api Vain pun tertidur dan hari pun mengakhiri malamnya.