Farah membatu, menatap nanar ke arah langit, ditemani hilir mudik angin sore dan deburan ombak yang menyejukan hati. Kedua kaki Farah ditekuk, wajah manisnya sudah terbenam di lutut dengan tangan yang masih setia memeluk kakinya. Rambut hitam legam nan panjangnya melambai pada butir pasir di sekeliling Farah.
Pikiran Farah terbang ke masa lalu. Ingin sekali rasanya ia kembali pada masa itu. Saat ini hanya pengandaian saja yang ada di dalam benak gadis mungil ini. Farah berharap semoga seseorang yang ia cintai dapat kembali hadir dan semua akan sama seperti sebelumnya.
"Aku masih di sini," lirih Farah sembari menatap jauh ke arah laut lepas, kelopak matanya terasa berat untuk dibuka lebih lebar.
Bergantinya latar pemandangan ini seakan menghipnotis Farah. Cerahnya langit oleh warna-warna yang merona perlahan digantikan oleh biru kusam yang temaram. Sama seperti suasana hatinya.
Ya. Ternyata benar apa yang telah dibaca Farah beberapa tahun lalu; kadang orang harus kehilangan sesuatu lebih dulu untuk menyadari arti dari sesuatu yang lain. Itu benar adanya, dan Farah sedang merasakan hal tersebut.
Dulu Farah pernah membaca novel karya penulis favoritnya. Ada sebuah kutipan demikian. Saat itu, ia berpikir bahwa dirinya tidak akan mengalami nasib yang sama dengan tokoh di dalam novel tersebut. Tapi nyatanya? Walau dengan versi yang berbeda, Farah mengalaminya. Ini menyakitkan.
Pikiran Farah terus saja menari-nari dan mendarat dengan cantik pada memori itu. Air mata dan senyum manis siap menemaninya.
sukaaaaa::*
Comment on chapter Prolog