Read More >>"> Let Me Go (Her Sudden Appearance) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Let Me Go
MENU
About Us  

Enam Hari, begitu sebutan band yang dibentuk dua tahun yang lalu ini. Enam Hari yang beranggotakan 5 orang, Juno sebagai gitaris utama, Sadewa sebagai vokalisutama dan gitaris juga sekaligus mengemban tugas paling berat yaitu, leader, Brian sebagai bassist, Adama sebagai keyboardist dan Dilan sebagai drummer. Kini empat dari mereka telah hadir di studio, berisap untuk latihan.

"Lo kemana sih, Bri, dua hari yang lalu? Cabut nggak bilang-bilang,"

Mendengar pertanyaan Juno barusan, Brian berhenti melakukan aktivitasnya yaitu masukan kabel kedalam colokan sound sistem. Menoleh kebelakang untuk melihat Juno, Brian menyengir lebar.

"Sori, kemaren ditelepon sama nyokap disuruh buruan balik. Ada sodara baru dateng kemaren," jawab Brian yang berbohongnya kali ini berjalan lancar. Nggak mungkin kan dia bilang kemarin dia bertemu dengan Soraya, seseorang yang berhasil buat pikirannya ruwet akhir-akhir ini seperti kabel earphone.

Berhubung teman satu band-nya nggak ada yang tahu cerita tentang Soraya, jadi menurut Brian lebih baik memang dia simpan sendiri.

"Sodara? Baru dateng jam sepuluh malem? Buset, gimana ceritanya tuh?" celetuk Adama, si kibordis berwajah imut itu.

Brian menelan ludahnya susah payah. Benar juga kata Adama. Tapi, untungnya otak Brian berjalan dengan cepat tanggap jadi alibi selanjutnya pun keluar begitu naturalnya. "Pesawat malem, Dam. Dari bandara ke rumah gue juga jauh, kali. Jadi nyampenya baru malem," padahal nggak ada satu pun anggota saudaranya yang datang dua hari yang lalu. Brian berharap konversasi tidak bermakna ini segera berakhir dan tidak ada lagi teman-temannya yang kepo tentang keberadaannya dua hari yang lalu yang tiba-tiba menghilang.

"Sori-sori, gue telat. Tadi kejebak hujan di jalan," pintu studio terbuka dan tibalah Sadewa dengan membawa tas gitar dibalik punggungnya. Sadewa berjalan masuk diikuti dengan empat pasang mata yang sudah tertuju padanya. Adama dan Dilan tak kuasa menahan tawa melihat Sadewa yang sudah semi basah kuyup sedangkan Brian dan Juno hanya menggeleng-geleng heran.

“Habis dari mana sih lu, Pak?” tanya Adama sambil tertawa kecil.

“Tadi abis nganter temen beli buku di gramed,”

"Keringin dulu sana rambut lo. Kasian bener," ujar Juno sambil melempar handuk kecilnya kearah Sadewa.

"Thanks."

Sadewa mulai mengeringkan rambutnya lalu dia mulai berbicara. "Eh...temen gue masih ada diluar belum sempet gue anter pulang soalnya mepet sama jam latihan trus diluar masih hujan. Gue ajak masuk gapapa, kan?"

"Suruh masuk aja, Sa. Kasian diluar masih ujan gitu. Btw, temen lo yang mana, Sa? Cewek apa cowok?" tanya Brian sambil membenahi bass yang sedang ia pangku itu.

Sadewa menyengir lebar, "Hehe..."

Adama yang sedang berdiri di belakang kibornya menatap Sadewa ragu, lalu senyumnya mengembang lebar saat dia tahu jawabannya siapa.

"CEWEK YA, SA?" tanya Adama dengan semangatnya. "Jangan-jangan ini cewek lo ya? Cewek lo yang nggak pernah lo kasih tahu identitasnya itu?”

Sadewa hanya tersenyum malu sambil menggeleng tanpa membalas perkataan Adama.

Sadewa pun menanggukan kepalanya sambil berjalan menuju pintu studio, menyembulkan kepalanya keluar dan berbicara kepada seseorang yang sudah menunggu diluar tadi. Dengan suara yang samar-samar, Juno, Adama dan Dilan berusaha menguping pembicaraan Sadewa dengan yang katanya ini 'teman'nya, sedangkan Brian masih sibuk mengutak-atik bass miliknya itu.

Sebetulnya, para anak Enam Hari tuh penasaran, Sadewa yang memiliki sederet dedek gemes ini sebenarnya sudah ada yang punya atau belum . Karena Sadewa nggak pernah menyatakan secara gamblang tentang status asli kejombloannya. Dia hanya memberitahu bahwa ada seseorang nun jauh disana yang sedang dia tunggu kehadirannya.

Dan sore ini, mungkin rasa penasaran keempat anggota Enam Hari pun akhirnya akan terjawab!

"Masuk aja, nggak apa-apa. Mereka nggak gigit kok," Sadewa tertawa kecil lalu menarik tangan mungil dari balik pintu.

Masuklah sosok yang mereka tunggu. Tingginya hanya mencapai telinga Sadewa dengan rambut yang semi basah itu terlihat di kepang. Adama, Juno dan Dilan langsung menyapa kehadiran sosok yang dibawa oleh Sadewa.

"Halo! Temennya Sadewa ya?" ujar mereka bertiga kompak sambil melambaikan tangan mereka dengan kompak, sedangkan Brian yang tadi masih sibuk dengan bass-nya kini baru perlahan akan menaikan pandangannya.

"Hai semua, maaf ya ganggu. Diluar masih hujan soalnya, maaf banget nih," si gadis berbicara dengan sungkan karena pemandangan di depannya ini terlalu asing baginya.

“Nggak apa-apa, santai aja. Lumayan kita dapet satu penonton hari ini.” Juno menyengir lebar.

"Kenalin guys, ini Soraya." Sadewa memperkenalkan gadis disampingnya.

Bass yang sedang dipangku Brian pun mendadak terjatuh. Mata Brian tertutup otomatis, memastikan bahwa dia nggak berhalusinasi lagi sore ini. Kepalanya mendadak pusing lalu Brian mencoba menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa tersebut.

Nggak mungkin itu suara dia lagi, batin Brian. Meski suara barusan terdengar sangat familiar di telinganya karena dua hari yang lalu dia masih ingat bagaimana suaranya tersebut keluar dari mulutnya. Dan nama yang disebut oleh Sadewa tadi bukan sebuah kebetulan kan?

"Bri? Lo nggak apa-apa?" Sadewa bertanya, seluruh mata kini tertuju pada Brian dan bass-nya yang terjatuh.

Brian buru-buru mengambil bass yang tergeletak di lantai dan segera mendongakkan kepalanya memastikan kepada temannya bahwa dia nggak kenapa-napa.

"Nggak—nggak apa-apa, kok. Tadi tangan gue yang meleset megangnya," Brian beralibi sedikit kagok dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan mata Soraya yang kini tengah memerhatikannya tak kalah terkejut darinya di samping Sadewa.

Rasanya kini hatinya sudah terjun ke dasar perutnya dan minatnya untuk latihan pun seketika musnah.

"Lo duduk disitu aja, Ray. Kalo mau makan go-food aja nanti gue yang bayar," ujar Sadewa mendorong pelan Soraya untuk duduk di sofa yang letaknya nggak jauh dari posisi tempat Brian duduk.

Brian berharap, sungguh sangat amat berharap kepada Tuhan yang ada diatas sana untuk memberikan hati, pikiran dan tubuhnya ketenangan selama berjalannya latihan. Karena dia tahu, sekali dia melirik Raya yang hanya berjarak kurang dari radius seratus meter itu bisa membuat kakinya terkulai lemas dan sudah bisa dipastikan sesi latihan bakal selesai saat itu juga.

.

.

Adama dengan Dilan menuju gerobak bakso di depan studio. Daritadi sebenarnya mulut Dilan sudah gatal untuk mengajak Adama untuk bergibah tentang gelagat Brian yang aneh semenjak tadi Sadewa bersama 'pacar'nya itu datang.

"Bang Dama, sadar nggak sih Bang Brian aneh hari ini?" tanya Dilan si bungsu di band Enam Hari.

"Aneh kenapa?" tanya Adama balik setelah memesan bakso dengan abangnya.

"Ya aneh, Bang. Masa tadi tiba-tiba bass-nya jatuh dan itu momennya pas banget pas Bang Dewa nyebut nama pacarnya atau siapa sih dia?  Temennya? Terus perhatiin nggak sih? Bang Brian mendadak jadi diem terus tadi main chord bass-nya salah-salah terus?" lanjut Dilan masih antusias gosipin Brian. Kalau kata Dilan, kapan lagi dia bisa gosipin Brian yang biasanya nggak punya bahan buat diomongin?

"Yaelah, Dil, gitu aja lo pikirin. Udahlah. Mungkin Brian lagi banyak pikiran. Jangan diomongin lagi, udah. Bukan urusan kita itu mah." Adama menjawab, mencoba memberhentikan topik yang sedang dibahas si bungsu karena bagi Adama itu nggak penting-penting banget.

Sudah menjadi peraturan tidak tertulis di Enam Hari yaitu tidak boleh mencampuri urusan pribadi anggota sampai anggota itu sendiri yang bersedia untuk bercerita. Jadi mereka berlima sudah terbiasa untuk saling menghormati privasi masing-masing dan nggak pernah menyinggung masalah pribadi sampai salah satu dari mereka ada yang bersedia untuk bercerita.

Meski kadang mereka juga penasaran  kalau ada anggota mereka yang terlihat tertimpa masalah.

Dan karena itu pula anggota Enam Hari nggak ada yang tahu kalau Sadewa sebenarnya udah punya pacar atau belum sampai hari ini dia membawa Soraya. Meski itu nggak menjawab seluruh rasa penasaran mereka karena Sadewa nggak menjelaskan siapa Soraya itu untuknya, tapi setidaknya mereka tahu bahwa saat ini ada perempuan yang sedang berada di dekat Sadewa.

.

.

Saat istirahat latihan, Juno, Sadewa dan Soraya asik mengobrol sambil menunggu Adama dan Dilan membawa pesanan bakso ke dalam. Sedangkan Brian, dia mencoba memperlihatkan dirinya sedang sibuk menciptakan lagu (atau sebenarnya mencoba menghindar dari Soraya) dengan mengambil gitar akustik milik Sadewa sambil duduk di pojokan dengan secarik kertas dan pensil yang ia taruh diatas telinganya.

"Eh, eh, gimana nih komentar lo tentang band kita? Ada masukan nggak?" tanya Juno. Brian yang ada dipojokan ruangan menghentikan jarinya memetik senar gitar, penasaran apa yang akan dijawab oleh Soraya.

"Baguuus! Gue seneng sama genre band kalian. Oh iya, tadi pas bawain lagu sendiri, itu siapa yang bikin? Liriknya bagus banget,"

"Itu Brian yang bikin. Jago dia mah kalo bikin lagu-lagu mellow gitu. Pengalaman pribadi kayaknya," celetuk Sadewa sambil terkikik. Orang yang sedang diomongin pun pura-pura nggak dengar malah sibuk melanjutkan metik gitarnya.

"Bagus liriknya, Brian. Suara lo juga bagus,"

Mati gue, mati gue, mati gue, mati gue, barusan dia ngomong apa, hah!?

Brian memejamkan matanya, sekali lagi mengingatkan dirinya untuk mengontrol diri. Memang benar, dirinya saat ini sedang tidak berhalusinasi dan kehadrian sosok Soraya di ruang studio itu memang nyata. Tapi, kelihatannya Soraya juga sudah mengikuti permainan Brian karena sedaritadi dirinya pura-pura nggak kenal dan nggak pernah tahu tentang Brian sebelumnya.

"Nanti mainin lagu lo yang lain lagi dong, Bri. Pasti bagus-bagus. Masih punya lagu sendiri banyak kan?"

Ini orang sengaja mancing gue atau gimana? Dia lupa sama omongan gue dua hari yang lalu?

Brian masih diam. Dirinya beranjak dari tempat duduknya mengembalikan gitar akustik milik Sadewa pada tempat semulanya dan mulai merapih-rapihkan barangnya. "Sori nih kayaknya latiannya nggak bisa lanjut. Gue ada urusan lain." balas Brian, lalu menyampirkan bass yang sudah dimasukan kedalam tasnya itu ke balik punggungnya.

"Gue cabut duluan, ya. Ada urusan mendadak." Brian pamit tanpa menatap sosok siapapun yang ada diruangan lalu berjalan keluar studio dengan tidak sengaja membanting pintunya.

Dirinya sudah benar-benar tidak  tahan dengan kehadiran Soraya di sekitarnya. Pergi adalah satu-satunya cara untuk menghindar dari sosok yang dapat membuat tangannya bergetar dua hari yang lalu itu.

Raya, kenapa lo harus kembali?

==

 

Tags: twm18 romance

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DEWS OF MOCCACINO ICE
543      373     0     
Short Story
DEVANO
518      321     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
SIBLINGS
6528      1152     8     
Humor
Grisel dan Zeera adalah dua kakak beradik yang mempunyai kepribadian yang berbeda. Hingga saat Grisel menginjak SMA yang sama dengan Kakaknya. Mereka sepakat untuk berpura-pura tidak kenal satu sama lain. Apa alasan dari keputusan mereka tersebut?
The Skylarked Fate
4293      1567     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Hamufield
25014      2876     13     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
Untouchable Boy
531      373     1     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...
Namaste Cinta
9079      1753     5     
Romance
Cinta... Satu kata yang tak pernah habisnya menghadirkan sebuah kisah...
Sunset In Surabaya
324      233     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Snow
2559      848     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Love and Pain
535      311     0     
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.