Read More >>"> Azzash (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Azzash
MENU 0
About Us  

Udara malam begitu dingin, seolah dapat menusuk dan menguliti hingga ketulang. Angkasa benar-benar dikuasai dewi malam, begitu kelam dan sunyi. Kilat bergemuruh mencambuk marah diangkasa, berteriak pilu memanggil hujan.

Semua makhluk pasti memilih bersembunyi ditempat paling aman jika menjumpai suasana tersebut. Tapi tidak dengan seorang gadis yang terus berlari tanpa henti ditengah belantara hutan. Wajahnya ketakutan seolah ia habis menjumpai malaikat maut, nafasnya terengah, baju putih tulang yang ia kenakan tampak lusuh dan ternodai bercak lumpur.

Kaki jenjang mulusnya telanjang dan tampak ada berbagai goresan lecet disana. Rambut hitam panjangnya tergerai dan tampak berantakan. Sepasang iris onyx-nya membelah benlantara hutan, memancarkan secercah harapan dirinya menemukan cahaya ditengah kegelapan. Alisnya menyernyit tajam ketika ia mendengar suara ricuh dibelakangnya, sesekali ia memanglingkan kepalanya melihat kebelakang. Dan kedua bola mata hitamnya membualat tajam ketika berpuluh meter dibelakangnya telah ada beberapa orang yang mengejarnya.

Ia mempercepat larinya, meskipun rasanya ia ingin berhenti karena kakinya sudah merengek kesakitan. Ia berlari digelapnya hutan belantara tanpa alas kaki, sedang kakinya sekarang sudah penuh bercak darah yang menganga lebar. Sangat perih dan menyakitkan. Tapi ia tidak boleh berhenti jika ia tidak mau hal lebih mengerikan terjadi padanya.

"Akh!" Jeritnya pilu ketika telapak kakinya tertusuk serpihan ranting. Ia terjerembab, dahinya mengicirkan darah akibat terbentur akar pohon tumbang.

Dsttingggg!

Suara gesekan pedang yang dikeluarkan dari sarung menjadi alunan kematian yang begitu mengerikan ditelinganya. Gadis itu mendongakan kepalanya dan tepat saat itu juga lehernya sudah ditodong dengan pedang runcing tajam. Saking tajamnya, bahkan ia dapat melihat pantulan menyedihkan dirinya sendiri dipedang itu.

"Menyerahlah, Queen Ashley. Kau akan bahagia bila menjadi permaisuriku." Ujar seorang pria jakung yang tampak gagah dibalik armor serba besinya.

"Kenapa kau tidak membunuhku saja!" ucap gadis itu penuh dengan tatapan kebencian, sungguh ia tidak sudi disentuh oleh laki-laki lain manapun selain suaminya.

"Hahahahaha... Jika aku membunuhmu, Kau akan lahir kembali dan mungkin kau nanti akan menghancurkanku. Lagi pula kau terlalu cantik dan sangat disayangkan jika mahluk sepertimu mati." Ujar pria itu menyeringai dengan sangat menjijikan sambil membelai lembut pipi semulus dan seputih porselen milik gadis itu.

"Kau sudah menghancurkan negeriku dan merebut tahtaku! Apa kau belum puas Evos!"

"Hahahaha... Aku belum puas jika aku belum memilikimu!"

Gadis itu tampak memancarkan kebencian yang sangat ketara dikedua bola matanya. Ia lemah, ia tidak bisa bertarung, dia hanya dapat menyembuhkan itupun menggunakan darahnya. Ia tidak takut mati, kalaupun ia mati ia akan hidup lagi meskipun dalam dunia yang berbeda. Yang ia takutkan adalah ambisi pria didepannya yang sangat mengerikan. Entah dia keturunan iblis atau apa seolah dihatinya sudah dibutakan.

Pria itu sangat terobsesi dengan dirinya, tapi garis takdirnya sudah ditentukan dan sang pencipta sudah menggariskan dirinya untuk bersama suaminya. Dikehidupan ini, dimasa lalu maupun dimasa yang akan datang. Tapi pria didepannya itu tidak mau menerima kenyataan, pria itu haus akan kekuatan dan selalu iri dan tak pernah bersyukur atas anugrah dan berkat semesta yang diberiakn padanya.

"Sadarlah Evos! Aku sudah dimiliki, aku sudah mempunyai suami! Kita tidak bisa dipisahkan, sekalipun kau membunuh suamiku kami akan tetap bersama. Kau harusnya tau akan hal ini."

"YA! Dan itu mengapa aku benci kalian! Kenapa pencipta menakdirkan kalian bersama! Sedang aku tidak diberi kesempatan untuk memilikimu! Aku hanya ingin bersamamu meski itu hanya satu siklus Ashley, kumohon... bukankah kalian akan terus bersama dalam tahun-tahun berikutnya? Kenapa kau sangat tidak adil Ash... Kenapa?" ujar pria itu dengan pillu.

"Maaf... Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa. Aku harus tetap murni Evos, aku harus tetap berada segaris dengan misi dan tujuan aku diberi kehidupan. Agar aku tidak mencelakai atau merugikan siapapun, agar alam tetap seimbang. Kau harusnya tau akan hal itu Evos, kau adalah seorang Dewa, begitu pula aku yang seorang Dewi. Harusnya kau tau hal ini." Ujar gadis itu dengan suara lembut, mencoba menyadarkan pria dihadapannya.

Kejahatan harus disembuhkan, harus dimurnikan. Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan atau kekerasan maka yang ada hanya kehancuran. Itulah yang ada dipikiran gadis itu sekarang.

"Apa kurangnya aku Ash... katakan, Aku pasti akan melengkapi diriku agar aku terlihat sempurna dimatamu..." ujar pria itu lemah dan pilu.

Sedang gadis itu hanya menggeleng pelan. Sungguh, ia tau seberapa pilu dan hancurnya hati pria didepannya, tapi ia tidak bisa. Hatinya ada, raganya ada, jiwanya ada hanya untuk satu. Suaminya, garis takdirnya, pelengkap jiwanya. "Kau sempurna dimataku Evos, kau tidak perlu melakukan apapun."

"Tapi kenapa kau tidak mau melihatku! Aku mencintaimu Ash! Aku sangat mencintaimu! Bahkan aku bisa lebih mencintaimu daripada pria brengsek itu!"

Gadis itu hanya dapat menatap sendu, ia iba dengan kehancuran hati pria dihadapannya. Bagaimanapun dia adalah Goddesses of Healling, perasaannya lembut, Ia pasti akan tersentuh. Tapi ia juga tidak bisa berbuat apapun.

Sungguh, pria dihadapannya itu tampan meski suaminya jauh lebih tampan. Tapi pria dihadapannya tidak bisa dikategoriakan buruk rupa, dia nyaris sempurna dengan tubuh yang gagah dibalut armor biru gelapnya. Dia tampan dengan pahatan rahang yang kokoh, kulitnya putih bersih. Alisnya tajam, hidungnya sangat mancung dan iris Shapire miliknya sangat jernih seperti kedamaian lautan. Tapi bukan fisik tolak ukurnya, karena fisik akan selalu berubah. Yang utama adalah kemurnian dan kecocokan jiwa. Dan mereka tidak diciptakan untuk satu jiwa dan satu hati.

"Evos, berhenti mengejarku karena itu akan sia-sia. Meskipun kau memiliki disiklus ini, siapa yang akan menjamin aku akan tetap hidup. Karena pada dasarnya aku diberi hidup untuk bersama suamiku, bila aku bersamamu mungkin saja aku akan mati nantinya." Gadis itu masih berusaha memberi pengertian dengan kelembutannya. Berharap ia bisa menjernihkan pikiran dan hati pria didepannya yang sudah terlalu hitam.

"Kembalilah kelaut, pimpin kerajaanmu, pimpin negerimu. Your people need the King. Dan itu kamu. Mereka butuh raja Evos, mereka butuh kamu. Dan mungkin ada seseorang yang juga menanti kepulanganmu... Ratumu, seseorang yang sejiwa denganmu."

Pandangan pria itu- Evos semakin sendu, ia menunduk menatap sepatu yang sekarang ternodai darah. Ia meresapi betul-betul apa yang dikatakan oleh Ashley, gadis sekaligus Dewi yang sangat ia kagumi dan ia cintai. Ia sadar selama ini, selama bertahun-tahun ia berperang dan berusaha merebut hati gadis itu namun selalu sama hasilnya. Ia tidak pernah bisa memilikinya. Tapi hatinya juga tak kunjung berubah, itu sangat menyakitkan.

Trangggggg!

"Jauhkan tangan kotormu dari gadisku!" ujar sosok pria gagah dengan surai sehitam burung gagak dengan nada yang begitu dingin.

Evos dengan sigap meloncat mundur dan mengangkis pedang berkilat tajam yang nyaris memotong lengannya. Sedang gadis itu-Ashley masih terkejut dengan apa yang terjadi. Sekarang dihadapannya sudah ada pria menjulang tinggi nan gagah dibalut pakaian serba hitam, hanya armor dengan aksen ukiran perak dan jubah merah yang semakin merah karena noda darah yang menghiasi.

Tangan kekarnya mengepal erat pedang perak tajam yang pria itu bawa. Rambut sehitam gagak yang ia kucir bergerak lembut ditiup angin malam. Cahaya rembulan memantulkan wajahnya yang terpahat sempurna, alisnya yang terukir tajam dan begitu rapi. Bibirnya yang pucat namun terukir sempurna. Hidungnya yang begitu mancung serta keduai iris onyx yang setajam elang sangat kontras dengan kulitnya yang seputih kanvas.

"A-Aeroz..." lirihnya lembut.

"Tetap disana Ash, tetap dibelakangku. Aku akan bereskan semua ini. Lalu kita pulang ketempat kita yang aman." Ujarnya penuh penekanan dan sangat dingin.

Namun gadis itu- Ashley tersenyum mendengarnya. Suara itulah yang selalu ia rindukan. Suara berat dan penuh perhatian padanya meski terkesan dingin tapi tersirat kekhawatiran disana. Itulah prianya, suaminya dan tak akan ada pria manapun yang bisa menggeser posisinya dihatinya. Aeroz, prianya, suaminya, orang yang sejiwa dan sehati dengannya. Dan selamanya hanya dirinya.

"Khukhukhu... Kenapa kau sangat percaya diri Aeroz? Kenapa kau sangat yakin jika kau lebih kuat dariku?" ujar Evos sembari tertawa meremehkan.

Kedua bola sehitam jelaga milik Aeroz memicing tajam, ada api kemarahan yang sangat berkobar telah menari disana. Ia melirik sekilas keadaan gadisnya yang sangat menyedihkan, gaun putih tulangnya yang sudah sangat lusuh ternodai lumpur. Kaki jenjang putihnya yang tanpa alas sudah dihiasi banyak bercak goresan dan darah. Bibir ranum merah darah yang sangat ia sukai sudah berubah pucat dan mulai membiru, wajah putih bersih bercahayanya yang berubah pucat. Rambut hitam panjang yang tergerai lembut kini sangat berantakan. Dan keadaan seperti itu saja sudah sangat membuat darahnya mendidih. Siapapun yang berani menyakiti apa lagi menyentuh gadisnya ia akan membayarnya.

Apalagi sebelum ia sampai disini, wajah gadisnya telah disentuh oleh tangan kotor iblis itu. Dan apa-apaan menodongkan pedang pada seorang gadis, seorang ratu sekaligus Dewi, istri sekaligus permaisurinya. Sungguh ia ingin memotong lengan orang itu.

Ia-Aeroz sudah mengangkat pedang tajamnya dan sudah siap melesat secepat kilat menebas pria menjijikan didepannya, namun sebuah tangan mungil nan ringkih namun lembut menahannya. "Azza... Jangan seperti ini." Lirih gadisnya lembut, dan ia tidak bisa untuk tidak mendengarkan gadisnya.

Azza adalah panggilan kesayangan dari gadisnya. Hanya Ashley, istrinya yang berhak memanggilnya seperti itu. Jika orang lain yang langsung memanggil namanya tanpa gelar Dewa pasti ia sudah mengutuknya. Ayolah, dia adalah Dewa alam, dia bisa mendatangkan bencana jika ia mau. Dia adalah raja dari segala raja, dan dewa dari segala dewa. Aeroz, itulah nama keagunganya.

"Jangan korbankan orang yang tidak berdosa dalam masalah ini. Mereka tak bersalah dan tak pantas mendapatkannya."

Ya, istrinya adalah The Goddesses of healling. Segala tindak tanduknya adalah kelembutan, dia adalah gambaran kesucian dan perdamaian. Ia tidak akan menyukai kehancuran, dan ia akan sangat sedih melihat orang-orang yang menderita serta sengsara. Ia akan mengurung diri berhari-hari bahkan tahunan untuk memohonkan do'a pada pencipta untuk kedamaian dunia dan kemakmuran siapapun orang yang meminta tolong padanya meskipun kesehatannya menjadi taruhan. Itulah yang ia tidak sukai mengenai istrinya. Mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingannya sendiri.

Makanya ia memilih untuk mendengarkan, karena hanya suara dan kelembutan gadisnyalah yang dapat meredakan amarahnya. Amarahnya yang dapat menimbulkan bencana. "Lalu apa yang harus kulakukan Queen, dia sudah keterlaluan. Dia berani menyentuhmu, dia ingin merebutmu dariku." Ujarnya frustasi. Disatu sisi ia ingin bertarung dan menyelesaikan segalanya, ingin sekali menghabisi Evos- Dewa lautan itu yang begitu brengsek selalu mengusik kedamaiannya disetiap siklus kehidupan. Dan ia ingin sekali memutus siklus membosankan itu dengan cara membunuhnya. Tapi jika Evos mati, tidak ada yang memimpin lautan. Dan dunia akan kehilangan keseimbangan. Dan itu akan berdampak pada manusi atau mahkluk lainnya. Tapi jika ia tidak membunuhnya, maka siklus ini tidak akan pernah berhenti, karena ia tau Evos sangatlah terobsesi pada gadisnya.

"Aku akan mencoba bicara denganya-"

"Aku tidak akan pernah mengizinkannya!" potongnya cepat.

"Azza... kau harus percaya padaku."

Oh sungguh, betapa ia tidak bisa menolak permintaan gadisnya jika sudah seperti ini. Ia tidak akan bisa menolak permohonan gadis yang sangat ia cintai. Apa lagi dengan tatapan memohon seperti itu. "Queen, dengar. Aku percaya padamu, sangat percaya. Tapi tidak dengan makhluk terkutuk itu."

"Tapi Azza, Aku tidak mau kau terluka apalagi sampai terbunuh. Aku tidak mau menunggumu seratus tahun lagi untuk kelahiranmu. Itu sangat sakit, asal kau tau. Aku benar-benar tersiksa."

Aeroz terkekeh ringan mendengar pernyataan gadisnya. Ia tau betul apa yang dimaksud gadisnya. Ia juga pernah menunggu seratus tahun untuk kelahiran gadisnya kembali, saat itu gadisnya jatuh sakit hingga meninggal. Itupun ia harus keliling dunia untuk menemukan reinkarnasi gadisnya. Masih beruntung gadisnya terlahir dengan ingatan yang sempurna, coba saja jika gadisnya terlahir kembali tapi lupa dengannya, lupa dengan segala hal yang sudah dilalui dengannya. Mungkin ia akan lebih memilih untuk mati saja, meskipun ia akan dikutuk nantinya. Lebih baik seperti itu daripada dilupakan oleh orang yang sangat kau cintai.

"Hey, Aku yang lebih sering menunggumu. Kau hanya menungguku sekali." Ya dulu ia pernah terbunuh saat perang, dan itu juga perang yang didalangi oleh Evos. Untung saja ia terlahir dengan ingatan yang utuh dan gadisnya setia menungguinya.

"Tetap saja aku khawatir kau akan lahir lebih lama, atau kau terlahir telah lupa segalanya."

Aeroz tersenyum lembut, ia tidak bisa untuk menahan sudut bibirnya untuk tidak tersenyum jika sudah berhadapan dengan gadisnya yang tengah merengek. Baginya itu sangat lucu dan menggemaskan. Ia mengulurkan lengan kokohnya, jemari besarnya membelai lembut pipi tembam nan lembut milik gadisnya. Ia adalah pria paling beruntung karena dianugrahi dan dicintai oleh gadis dihadapannya. Ia bersyukur atas itu. Wajahnya perlahan mendekat, ia sudah hampir melumat bibir lembut gadisnya jika saja tidak ada belati sialan yang melesat hampir menggores hidungnya.

Tatapan setajam elang miliknya ia lemparkan pada orang yang sudah berani melempar belati itu. Ia menatapnya nyalang, seolah orang itu adalah mangsa yang tidak boleh dilepaskan. Api kemarahan sangat jelas berkobar dimatanya, sudah cukup. Ia sangat marah kali ini.

"Brengsek kau Evos! Kembalilah keneraka!" Rangnya marah.

"Aku hanya menyadarkan kalian jika aku masih berada disini." Ucap Evos sambil menyeringai.

"Azza-"

"Tidak Queen, kali ini aku tidak bisa mendengarmu, Maaf. Tapi percayalah sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu, tunggulah disini. Aku akan kembali padamu, Dan selalu kembali untukmu." Ucapnya sambil mencium penuh kasih jidat lebar gadisnya sebelum ia melesat untuk bertarung dengan sosok yang sangat ia benci.

"Azza.. Aku disini, selalu disini menunggumu kembali." Bisiknya lirih dan berhembus dibawa angin.

---o0o--

Senin, 24 September 2018

-"Untuk apa cinta diberikan jika pada akhirnya tidak untuk bersatu?"_

Ashqueen

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
She Is Falling in Love
486      295     1     
Romance
Irene membenci lelaki yang mengelus kepalanya, memanggil nama depannya, ataupun menatapnya tapat di mata. Namun Irene lebih membenci lelaki yang mencium kelopak matanya ketika ia menangis. Namun, ketika Senan yang melakukannya, Irene tak tahu harus melarang Senan atau menyuruhnya melakukan hal itu lagi. Karena sialnya, Irene justru senang Senan melakukan hal itu padanya.
HADIAH PALING BERHARGA
548      364     4     
Short Story
Seorang wanita yang tidak bisa menerima kenyataan, keharmonisannya berubah menjadi kebencian, sebuah hadiah yang mengubah semua hal tentangnya .
Mr. Kutub Utara
323      247     2     
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
SHEINA
337      236     1     
Fantasy
Nothing is Impossimble
Balada Valentine Dua Kepala
285      175     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.
LANGIT
25895      3751     13     
Romance
'Seperti Langit yang selalu menjadi tempat bertenggernya Bulan.' Tentang gadis yang selalu ceria bernama Bulan, namun menyimpan sesuatu yang hitam di dalamnya. Hidup dalam keluarga yang berantakan bukanlah perkara mudah baginya untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti istilah yang menyatakan bahwa orang yang sering tertawalah yang banyak menyimpan luka. Bahkan, Langit pun ...
Error of Love
1181      573     2     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
Aranka
4032      1358     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
When I Was Young
8665      1745     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Meta(for)Mosis
10030      2170     4     
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya. Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...