Athena buru-buru menekan warna hijau yang tertera di layar ponselnya saat Elang menelepon lagi, lalu mengatur ponselnya agar mengeluarkan suara. Setelah itu Athena merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan ponsel di samping kepalanya yang menghadap langit-langit kamar.
“Apa bos?” tanya Athena saat Elang tidak juga mengeluarkan suara.
Elang terperanjat kaget saat mendengar suara Athena yang tiba-tiba. “Gila, lo ngagetin gue!” ujar Elang kesal. “Kenapa lama banget angkatnya? Gue udah missed call berkali-kali,” gerutu Elang.
“HP gue di kamar, gue dipanggil Allard tadi,” jawab Athena malas dengan mata yang masih tertuju pada langit-langit kamarnya.
“Suara lo kok bindeng gitu?” tanya Elang.
“Flu,” jawab Athena singkat.
Jam setengah delapan, Elang selalu menelepon Athena saat jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Hal ini sudah menjadi bagian dari rutinitas Elang selama satu minggu terakhir. Bermain basket dengan teman-temannya, lalu pulang ke rumah, membersihkan diri dan menelepon Athena untuk sekedar mengoceh dan bercerita.
Elang bercerita panjang lebar, sementara Athena hanya sibuk menanggapi cerita Elang dan sesekali menyela omongan Elang. Waktu terasa berjalan sangat cepat, bahkan Athena sudah memasuki dunia mimpi karena terlalu mengantuk, sementara Elang masih belum sadar jika dia berbicara sendiri.
“Na? Hai? Halo? Woi?” panggil Elang, tapi tidak ada jawaban. “Sleep tight, αγ?πη μου.”
***
Tiga bulan berlalu, perdebatan Athena dan Elang sudah berkurang jauh. Elang yang cenderung mengalah, Elang yang tiba-tiba bersikap baik dan Elang yang tidak lagi mencari ribut. Elang menelepon Athena setiap hari, itu sudah menjadi rutinitas Elang, rutinitas Athena juga untuk mendengarkan ocehan dan cerita Elang. Di sisi lain, Ares juga pasti akan datang ke rumah Athena paling sedikit dua kali dalam satu minggu dengan membawa es krim untuk Athena. Selain dua hal itu tidak ada yang menarik, hanya kehidupan sekolah biasa.
Athena menyenggol lengan Elang yang duduk di sebelahnya. “Lang? Itu Ares, Archer, Alaric kok gak gabung di sini?” tanya Athena saat melihat Alaric, Archer dan Ares yang baru masuk ke kantin duduk di meja lain.
Hal lainnya, Athena juga semakin dekat dengan teman-teman Elang dan dengan Elena yang baru resmi berstatus sebagai pacar Karel. Berbicara tentang Karel, Athena berteman dengan laki-laki itu setelah acara ulang tahun Elena.
“Biasa, berantem,” sahut Ciko. “Perang dingin ini, perang dingin.”
Athena mengerutkan dahinya. “Kenapa?”
“Kepo,” balas Elang sambil menggeser mangkuk bakso yang baru dia ramu ke depan Athena.
“Gracias,” ucap Athena, lalu mulai meraih sendok dan menghirup kuah baksonya.
“Bentar lagi juga baikan,” sahut Elena.
“Gue gak yakin sih. Ares dan Elang? Sama-sama keras kepala!” dengus Karel.
“Gue ada di sini loh,” kata Elang sarkas.
“Ya makanya, mending gue ngomong di depan lo kan? Daripada di belakang?” balas Karel sambil tersenyum miring.
“Hoho. Ini tuh namanya mengutarakan fakta,” timpal Ciko.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!