Athena keluar dari kamarnya setelah selesai bersiap-siap untuk ke acara ulang tahun Elena. Athena melangkah menuruni tangga karena kamarnya terletak di lantai dua. Baru setengah tangga yang dia lewati, matanya sudah bisa melihat Elang yang sedang berbicara dengan kakaknya, terlihat sangat akrab.
Athena memakai baju terusan berwarna hitam, sementara tangannya menenteng sepatu hak setinggi lima sentimeter yang berwarna senada.
Allard bangkit berdiri, detik selanjutnya Elang juga bangkit berdiri supaya terlihat sopan. “Nah, si plinces turun juga,” ucap Allard saat melihat Athena berjalan mendekatinya dan Elang. “Sana, gue kasih izin kalo sama… siapa tadi nama lo?” tanya Allard menoleh pada Elang.
“Elang.”
“Nah iya, Elang.”
Athena berdecih sambil tersenyum. “Murah banget ya, bisa disogok pake martabak,” kata Athena sambil melirik plastik berisi martabak di atas meja.
“Sana, sana,” usir Allard.
Elang pamit pergi, sementara Athena sedang sibuk memakai sepatu hak tingginya.
“Cinderella gue balikin sebelum tengah malem, awas sepatu kacanya ilang,” balas Allard.
“Aye, captain,” jawab Elang dengan dua jari di pelipis dan digerakkan ke atas.
***
“Gue merasa terhura,” ucap Athena sambil berpura-pura terharu. “Padahal, gue baru kenal sama lo beberapa minggu,” lanjut Athena dengan tangan yang memegang sebatang lilin lengkap dengan hiasan bunga di bagian pegangannya.
“Gak usah alay,” balas Elena sambil tersenyum.
“Udah sana keluar, masa yang ulang tahun di toilet lama banget?” ucap Athena.
Elena melambaikan tangannya saat berjalan keluar dari toilet. Perempuan itu memakai gaun berwarna pastel. Rambutnya dibuat bergelombang dan dikepang ke samping kanan. Acaranya diadakan di taman kolam berenang salah satu hotel mewah di daerah Jakarta.
Athena meletakkan lilinnya dan mencuci tangannya sebelum berjalan keluar dari toilet dan melihat Elang yang sedang berdiri di depan toilet perempuan.
“Lama banget, yang lain udah kumpul buat candle ceremony. Elena udah keluar ke taman barusan,” ucap Elang.
“Iya, bawel,” jawab Athena malas.
Athena berjalan di sebelah Elang menuju ke arah pintu keluar menuju taman. Empat belas orang lainnya sudah berkumpul di sana dengan lilin di masing-masing tangan, termasuk orangtua Elena. Lilin dinyalakan satu per satu oleh salah satu orang yang bekerja untuk melancarkan acara tersebut.
“Jadi di sini udah ada enam belas orang terdekat dari princess kita malam ini yang akan melancarkan candle ceremony malam ini,” ucap Theo sebagai pembawa acara.
“Yap. Langsung saja, kita panggil Kirana dan Kinara,” ucap Raka sebagai pembawa acara kedua.
Dua perempuan dengan wajah kembar identik berjalan ke dari pintu keluar menuju tempat Elena dan dua pembawa acara berdiri dengan lilin di tangannya.
“So, kalian kembar, tapi jawabannya gak boleh sama ya,” ucap Theo. “Apa first impression kalian buat Elena?”
“Cantik, mirip artis Korea.”
“Jutek, tapi kalo udah kenal ternyata orangnya baik.”
“Wish buat Elena apa?” tanya Raka.
“Makin humble, makin pinter, makin deket sama kita-kita,” jawab Kirana.
“Sama,” tambah Kinara.
“Yeh, udah dibilang gak boleh sama jawabannya. Tapi ya udah.”
Elena meniup lilin yang ada di tangan Kirana terlebih dahulu, lalu beralih ke lilin di tangan Kinara. Setelah itu dua perempuan kembar tersebut berjalan kembali ke tempat duduknya.
“Lanjut ke pasangan kedua. Ares dan Rain.”
Ares berjalan dengan perempuan bertubuh tinggi dan ramping di sebelahnya. Wajah perempuan itu baby face, bahkan kulitnya terlihat mulus seperti kulit bayi.
“Kalian udah pacaran berapa lama nih?” tanya Theo iseng.
“Belom,” jawab Ares membuat wajah perempuan di sebelahnya memerah.
“Belom. Siap, siap,” balas Raka sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Apa wish kalian buat Elena?” tanya Theo.
“Hujan, coba hujan dulu. Nama lo hujan kan?” tambah Raka.
“Semoga Elena tambah baik, jangan galak-galak, mainnya jangan sama Ciko terus.”
“Lo apa, Res?” tanya Theo pada Ares.
“Makin pinter, jangan main sama Ciko terus nanti lo jadi ikutan receh.” Elena tertawa.
“Oke. Elena tiup lilinnya,” ucap Raka.
Setelah Elena meniup lilin di tangan Ares dan Rain, pasangan itu berjalan ke tempat duduknya masing-masing saat pembawa acaranya memanggil pasangan ketiga.
“Archer dan Cika. Menurut kalian, Elena ini mirip artis siapa sih? Alesannya kenapa?” tanya Theo saat Archer dan Cika sudah berdiri di depan.
“Mirip IU,” jawab Archer.
“Karena Elena cantik, putih, sipit-sipit gitu, lucu,” ucap Cika melanjutkan jawaban Archer.
Elena tidak bisa menahan senyumnya dari tadi, bahkan sejak dibilang judes dan jutek tadi. Bibirnya hanya ingin terus tersenyum, tidak ada rasa kesal sama sekali.
“Sipit-sipit gicu,” ulang Raka.
“Wish buat Elena apa?” tanya Theo.
“Makin jago main pianonya, langgeng sama cowoknya,” jawab Cika.
“Semoga cita-cita lo tercapai, always be yourself and be confident as always,” jawab Archer.
“Boleh ditiup itu lilinnya.”
Elena meniup lilinnya lagi, setelah itu Archer berjalan ke meja yang hanya ada Ares. “Pasangan kita selanjutnya, ada Ciko dan Leta.”
“Ciko, lo kan saudara sepupunya Elena nih. Lo kalo dikasih waktu berdua sama Elena, hal romantis apa yang lo mau lakuin buat dia?” tanya Raka saat Ciko dan Leta sudah berdiri di depan.
“Dinner di pinggir pantai? Elena suka pantai,” jawab Ciko membuat senyum Elena semakin mengembang.
“Elena, kapan-kapan ditagih omongannya Ciko ye,” ucap Theo.
“Pasti,” jawab Elena.
Kemudian Elena meniup lilin Ciko dan Leta setelah Theo menanyakan pertanyaan untuk Leta dan harapan untuk Elena. Ciko berjalan ke meja teman-temannya, sementara Leta berjalan ke meja yang diisi Kinara dan Kirana.
“Elang dan Athena,” panggil Theo.
“Namanya keren juga, ala dewi Yunani gitu,” komentar Raka.
“Lo berdua pacaran nih?” tanya Theo saat Athena dan Elang sudah berdiri di depan.
“Benci tapi cinta,” sahut Ciko yang membuat tawa Elena dan tamu lainnya kembali pecah, sementara Athena dan Elang hanya menatap Ciko malas.
“Kalian berdua sekelas sama Elena kan? Jadi pasti tau dong, Elena biasa gimana sih di kelas?” tanya Raka.
“Ceria, percaya dirinya tinggi banget, kalo gak ada dia kayak ada something missing,” jawab Athena.
“Orangnya seru, bisa bikin orang ketawa lepas, tapi orangnya kritis banget dan gak mau ngalah,” jawab Elang.
“Wish buat Elena apa?” tanya Theo.
“Always be confident, jangan pernah berubah pendiam karena Elena bukan Elena kalo gak ceria,” jawab Athena.
“Jangan terlalu kritis,” jawab Elang.
Elena tersenyum sambil bergerak meniup lilin Athena dan Elang. Setelah itu Athena dan Elang berjalan ke meja Ares dan kawan-kawan.
“Pasangan kita yang selanjutnya, ada Alaric dan Alara.”
“Kalian pacaran nih?” tanya Raka.
“Ya kali, cewek cantik gini gak saya pacarin,” jawab Alaric membuat tawa tamu-tamu pecah, termasuk Elena sebagai pemilik acara.
“Bener nih?” tanya Theo pada Alara untuk memastikan.
“Ya kali, cowok ganteng gini saya tolak,” jawab Alara membuat tawa orang-orang semakin keras, Elena juga sudah tertawa kencang.
“Iya dah, semerek lo berdua,” ucap Raka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ya udah. Lo berdua temen lamanya Elena kan? Elena pas SMP gimana sih?”
“Mainannya geng-gengan, kerjaannya tidur di kelas, tapi untung jago main piano, malah jago banget,” jawab Alaric.
“Orangnya open minded, tapi kalo ngomong suka gak dipikir dulu, but she gets me,” jawab Alara.
“Apa wish buat Elena?” tanya Theo.
“Semakin baik, humble, langgeng juga sama cowoknya,” jawab Alara.
“Makin baik, selalu ceria, lo tau kalo lo ada masalah lo selalu bisa andelin Ciko dan yang lain,” jawab Alaric.
Elena meniup lilinnya di tangan Alaric dan Alara sebelum keduanya kembali ke meja yang kini sudah diisi oleh Archer, Ares, Ciko, Elang dan Athena.
“Selanjutnya ada mama dan Karin—adik dari princess kita malam ini.”
“Elena kalo di rumah gimana orangnya?” tanya Raka pada Karin yang umurnya hanya berbeda dua tahun dengan Elena.
“Galak, suka ngambil barang orang tanpa bilang, kerjaannya marah-marah,” jawab Karin yang membuat Elena cengar-cengir.
“Pertanyaan buat mama, apa sih kebiasaan buruk Elena?” tanya Theo.
“Elena suka meletakkan barang sembarangan, lalu nanti saat barangnya mau dipakai, dia bingung sendiri nyari barangnya dimana.”
“Buat Elena, ada yang mau disampaikan ke mama?”
“Mom, I love you. Sorry kalo misalnya Na suka sembarangan taruh barang, and thank you for always help me find that something yang Na lupa taruh mana. Intinya, I love you and I’m grateful to be in this family.”
“Tiup dong lilin mama dan Karin,” ucap Raka.
Elena meniup lilin yang berada di tangan ibu dan adiknya, lalu ibu dan adiknya berjalan ke arah meja yang diisi oleh keluarga.
“Nah selanjutnya ada kejutan buat Elena. Jadi boleh dong Elena matanya ditutup dulu.”
Elena mengerutkan dahinya sebelum menutup matanya.
“Surprise!” ujar Theo tidak lama kemudian. “Matanya boleh dibuka sekarang.”
Elena terdiam. Senyum diwajahnya hilang, bersamaan dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Orang di depannya saat ini bukan orang yang seharusnya berdiri di depannya sekarang.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!