Athena berjalan cepat mengikuti langkah Ares yang lebar-lebar. Bel istirahat kedua baru saja berbunyi, kali ini bukan Ares yang datang ke kelas Athena, tapi sebaliknya, Athena yang datang ke kelas Ares untuk meminta Ares mengiringinya bernyanyi dengan bermain gitar.
“Ares,” rengek Athena. “Ayolah, ya?”
“Gak ada yang lain?” tanya Ares tanpa menoleh.
“Gak ada. Gue gak akan mau kalo ada yang lain.”
Ares berhenti melangkah dan meraih gagang pintu di sebelahnya. “Lagu apa?”
Athena diam sambil mengikuti Ares masuk ke dalam ruang musik. Ares duduk di kursi setelah mengambil salah satu gitar di sana, sementara Athena berdiri di sebelah Ares yang sedang membunyikan gitarnya.
Ares mendongakkan kepalanya. “Lagu apa?” ulang Ares.
“HP lo,” pinta Athena sambil mengulurkan tangannya.
Ares merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya, lalu menaruh ponselnya di tangan Athena yang terulur.
“Betewe, kok lo bisa bawa HP? Gak takut disita?” tanya Athena sambil mengutak-atik ponsel Ares.
“Siapa yang mau sita?” tanya Ares.
“Iya deh, iya. Siapa gitu ya yang berani sita HP lo,” ucap Athena sambil mengangguk-angguk. “Ini,” kata Athena mengembalikan ponsel Ares.
Ares menatap ponselnya untuk beberapa detik sebelum mulai membunyikan gitarnya lagi. Beberapa kali tersendat sebelum akhirnya lancar.
Athena mulai bernyanyi. “I remember the first day that we met. Your pretty eyes I can never forget. In my heart and mind, the thoughts of you, sealed and tattoed.”
Percobaan pertama selesai dengan sedikit tersendat di tengah. Athena menarik kursi ke sebelah Ares dan duduk di kursi itu. Athena memperhatikan Ares yang mencoba menghafal sambil membunyikan gitarnya.
“Acara ulang tahun Elena lusa lo dateng?” tanya Ares tanpa mendongakkan kepalanya.
“Iya,” jawab Athena singkat. “Eh, bel udah lewat lima menit,” ujar Athena panik saat dia melihat jam dinding di ruangan itu.
“Pelajaran siapa?” tanya Ares santai.
“Sejarah,” jawab Athena yang masih belum ingat semua nama guru.
Ares menaikkan sebelah alisnya. “Lo ke kelas sekarang juga udah dikunci pintunya, percuma.”
“Terus? Gue bolos?” tanya Athena.
“Terserah.”
Athena terlihat berpikir sebentar sebelum mengangguk. “Kalo gitu lo juga bolos. Kantin aja, yuk?” ajak Athena.
“Masih mau latihan?” tanya Ares sambil bangkit berdiri dengan gitar di tangan kanannya.
“Boleh,” jawab Athena.
Ares dan Athena berjalan keluar dari ruang musik untuk ke kantin. Sebenarnya niat Athena ingin beli es krim, bukannya latihan di kantin, tapi setelah Athena pikir-pikir lagi, dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri besok.
“Gue mau beli es krim, lo duduk aja dulu,” ucap Athena bergerak meninggalkan Ares dan berjalan cepat ke arah penjual es krim.
“Gue temenin,” balas Ares mengikuti langkah Athena.
Athena mengambil es krim yang sama dengan yang sebelum-sebelumnya, lalu membayar. Setelah itu Athena mengikuti Ares berjalan ke meja yang terletak di tengah kantin.
“Sebenernya gue mau beliin lo es krim, tapi gue inget lo gak suka es krim. Jadinya gak jadi gue beliin deh,” ucap Athena basa-basi sambil membuka bungkus es krimnya.
Ares menahan tawanya, tapi Athena tidak melihat kejadian langka itu karena sibuk dengan es krimnya.
“Bukannya gara-gara lo pelit?” tanya Ares.
Athena menatap Ares jengkel. “Jangan asal nuduh!”
“Mau coba lagi?” tanya Ares sambil membunyikan gitarnya yang dijawab dengan anggukan Athena.
Athena bernyanyi lagi, membiarkan es krimnya meleleh di tangannya.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!