Athena duduk di atas motor Ares dengan es krim di tangannya, sementara Ares berdiri di samping motornya. Hari ini genap hari keempat Ares membelikannya es krim. Mata keduanya tertuju pada lapangan voli di depan mereka.
“Sana lo main aja,” usir Athena.
“Nggak,” jawab Ares.
“Daripada lo bengong di sini,” kata Athena sambil menyenggol lengan Ares.
“Gue lagi gak niat main.”
“Sana, gue di sini aja. Nonton lo main voli,” ucap Athena sambil mendorong pelan tubuh Ares.
Athena masih bisa mendengar Ares berdecak sebelum berjalan ke arah lapangan dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Baru setengah jalan, Ares membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah Athena.
“Bel,” jelas Ares singkat lalu mulai berjalan ke arah gedung sekolah.
Athena melompat turun dari atas motor Ares, lalu mengejar Ares dan berjalan di sampingnya.
“Gue penasaran deh, lo kenapa tiba-tiba jadi baik?” tanya Athena sambil menatap Ares sehingga dia berjalan mundur.
Ares menoleh malas. “Lo gak tau terima kasih ya?”
“Ih. Gue penasaran kena…” ucapan Athena terpotong saat Ares berhenti berjalan dan menarik lengan seragamnya untuk bergeser sehingga dia tidak ditabrak seseorang yang sedang berlari.
“Jalan liat ke depan. Kalo lo punya mata di belakang kepala lo baru jalan mundur,” tegur Ares.
“Galak,” ucap Athena malas, lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah kelasnya.
Athena langsung duduk di tempatnya saat masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, Athena menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan topi jaket yang dia naikkan. Samar-samar Athena bisa mendengar guru kelasnya masuk ke dalam kelas dan berbicara mengenai talent show yang diadakan sekolahnya dua minggu sekali.
“Saya mau stand up dong, bu,” ujar salah satu penghuni kelas.
“Candaan lo gak ada yang lucu, jangan malu-maluin satu kelas!” protes Ciko. “Mending gue yang stand up.”
“Kenapa tadi lo gak calonin diri?” jawab orang itu sinis.
“Oh, maaf, gue ini orang sibuk. Mau nyebar proposal,” ucap Ciko bangga.
“Athena aja,” sela Elena lalu menoleh ke belakang dan mengetuk meja Athena sampai Athena bangun dan menegakkan tubuhnya.
“Apa?” tanya Athena malas sambil menurunkan topi jaketnya.
“Suara lo bagus. Besok lo nyanyi ngewakilin kelas ya?”
“Hah? Apaan, gak mau,” jawab Athena cepat.
“Dua minggu lalu kelas kita udah flash mob. Dua miggu lalu-lalunya kelas kita flash mob juga. Masa flash mob terus?”
Athena berdecak lalu mengiyakan permintaan Elena. “Siapa yang main musiknya?”
“Lo ngapain ikut Archer nyebar proposal sih? OSIS aja bukan,” tanya Elena sambil menendang kursi Ciko.
“Berhubung di kelas ini gak ada yang bisa main musik. Ralat, gak ada yang bisa belajar satu lagu dalam satu hari, kecuali Elang, tapi Elang lagi gak ada,” ucap Ciko berpikir.
“Lo minta Ares aja,” sela Elena.
“Heh?! Lo mau Ares sama Elang berantem?” tanya Ciko sewot.
“Elah. Elang gak bilang juga dia suka Athena, Ares juga nggak. Kenapa mereka harus berantem?” tanya Elena kesal.
“Sudah, sudah. Kalian diskusikan saja bersama-sama. Saya kasih waktu dua sesi pelajaran saya untuk kalian berdiskusi dan latihan untuk besok,” potong Bu Rika, lalu berjalan keluar kelas.
“Lo minta tolong Ares aja,” ulang Elena.
“Gak bisa, gak bisa. Ini namanya lo mencetuskan perang,” bantah Ciko.
“Nanti gue ngomong ke Ares. Sekarang lo berdua bisa diem? Gue butuh tidur,” ucap Athena menaikkan topi jaketnya dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!