Athena bungkam sampai saat pengumuman mereka dipulangkan lebih cepat karena gempa satu jam yang lalu diumumkan. Athena masih duduk di sebelah Elang, tapi mereka tidak berbicara sama sekali. Elang dari tadi pagi banyak menelungkupkan kepalanya di atas meja, sementara Athena sibuk mencatat.
“Lo berdua kenapa sih?! Gak biasanya akur kayak gini,” tanya Ciko heran.
“Lo itu bego, tolol atau gimana? Mereka lagi diem-dieman, bukan akur,” sahut Elena.
“Gue balik duluan. Bilang Karel, gue gak ikut ngumpul sama dia nanti malem,” ucap Elang pada Ciko sambil meraih tasnya dan berjalan keluar kelas.
“Perasaan tadi pagi masih debat soal martabak. Kenapa sih lo berdua?” tanya Ciko sambil menatap Athena.
“Gak tau!” sinis Athena.
“Lo mau kemana?” tanya Ciko yang melihat Athena sudah berdiri dan mulai berjalan dengan buku kimia dan alat tulis di pelukannya, tapi tanpa membawa tas ranselnya.
“Belajar kimia sama guru kimia tercintahhh,” jawab Athena dengan suara agak kencang tanpa menoleh.
“Kesambet?!” tanya Ciko heran.
Athena berjalan menyusuri koridor yang masih ramai menuju ruang guru untuk mencari guru kimianya. Athena terus membuang napasnya kasar, saat kata-kata Elang tadi saat gempa masih terus terulang di pikirannya.
Setengah jam selanjutnya, Athena berusaha mencerna apa yang dijelaskan guru kimianya. Sampai akhirnya guru kimianya menyerah untuk mengajar Athena karena Athena masih belum mengerti juga walaupun sudah dijelaskan tiga kali.
Athena berjalan sambil memeluk buku kimianya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya memegang cone es krimnya. Setelah dari ruang guru Athena mampir ke kantin membeli es krim untuk mengembalikan suasana hatinya. Banyak kejadian hari ini yang membuat suasana hati Athena menjadi buruk, mulai dari ditertawai Ciko dan Elang, dimaki-maki Elang, dan niat belajar kimianya sia-sia karena Athena tetap tidak mengerti. Mungkin hari ini adalah hari sial Athena.
“Sedih banget sih jadi gue. Kimia gak ngerti-ngerti,” gerutu Athena sambil sibuk menjilat es krimnya.
Kesialan Athena kembali bertamah saat Athena menabrak seseorang sampai es krimnya jatuh ke lantai. Orang tersebut membalikkan tubuhnya.
“Es krim gue,” lirih Athena.
Athena mendongakkan kepalanya tanpa semangat setelah menatap es krimnya yang jatuh ke lantai. “Es krim gue… Ares! Lo kenapa… nyebelin… banget!” tangis Athena sambil terisak-isak.
Ares tertegun, tidak peduli dengan bajunya yang terkena es krim Athena. Tangis Athena semakin kencang membuat beberapa murid yang masih berada di sekitar mereka memperhatikan.
“Lah, dia nangis. Nanti gue ganti es krimnya, udah jangan nangis,” kata Ares, bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
Tangis Athena semakin kencang membuat Ares jadi panik sendiri. “Gue ganti es krimnya sekarang! Ayo ke kantin.”
“Es krimnya… sisa satu, Ares!” ujar Athena masih sesenggukkan. “Gak ada lagi! Gak ada lagi es krimnya kayak nilai kimia gue yang udah gak ada kesempatan buat lulus lagi!” sembur Athena tidak menyambung.
“Gak jelas. Lagian lo yang nabrak, kenapa gue yang harus ganti ya?” tanya Ares. “Ya udah, besok gue ganti. Jangan nangis,” ucap Ares cepat saat tangis Athena yang tadinya mulai mereda langsung bertambah kencang lagi.
“Lagian, emang gue kasar banget? Gue annoying? Gue gak bawel kok. Lagian, dia pikir dia siapa ngatain gue barbar sampe gak ada cowok yang mau sama gue?! Terus… terus gue gak berniat jadi tukang bikin roti, jadi ngapain gue harus belajar enzim buat bikin roti?!” cetus Athena masih menangis.
“Dih, lo ngapain curhat sama gue?” tanya Ares heran. “Lagian siapa yang ngatain lo kasar?” tanya Ares yang hanya dibalas tatapan mata sembab Athena. “Bilangin sama itu orang, gue setuju, setuju banget.”
Athena melayangkan tatapan tajamnya sebelum menendang tulang kering Ares untuk yang kedua kalinya. “Rasain!”
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!